addakwah.com - Beberapa relawan Indonesia yang telah bebas dari penahanan pihak Israel menceritakan detik-detik penyerbuan ke kapal bantuan kemanusiaan yang mereka tumpangi, Mavi Marmara oleh pasukan Komando Israel yang berlangsung pada Senin, 31 Mei 2010. Serbuan brutal oleh pasukan khusus terhadap relawan tidak bersenjata tersebut mengakibatkan 19 orang aktivis kemanusiaan pro-Palestina tewas dan puluhan lainnya luka-luka termasuk dua warga Indonesia. Ada dari mereka sempat di ancam dengan todongan senjata api dan bahkan ada pula yang dianiaya karena mencoba melindungi hasil rekaman gambarnya yang akan di sita oleh tentara Israel untuk menghapus barang bukti kebrutalan mereka.
Dzikrullah Wisnu Pramudya dari Sahabat al-Aqsa menuturkan bahwa penyerbuan pasukan elit Israel bersenjata lengkap pertama dilakukan lewat boat kecil namun gagal. Setelah itu mereka menerjunkan pasukan komando dari helikopter.
"Saat itu kami hampir menyelesaikan sholat subuh berjamaah yang dilakukan di buritan (bagian belakang) kapal pesiar Mavi Marmara," ujar Wisnu yang dihubungi oleh Asyari Usman dari BBC melalui telefon, Rabu malam.
"Orang-orang yang belum selesai sholat pun berhamburan, dan saya sendiri tidak konsentrasi lagi."
Menurut Wisnu, para relawan spontan melemparkan apa saja yang mereka dapat ketika pasukan elit Israel mencoba menaiki kapal mereka. Begitu juga ketika mereka turun dengan tali dari helikopter, sebagian relawan merasa tentara Israel melakukan tindakan melawan hukum sehingga mereka melakukan perlawanan.
Walaupun terjadi perkelahian antara relawan dengan pasukan komando Israel, akhirnya kapal Mavi Marmara berhasil dikuasai setelah banyak korban berjatuhan, tewas atau luka-luka.
..penyerbuan pasukan elit Israel bersenjata lengkap pertama dilakukan lewat boat kecil namun gagal. Setelah itu mereka menerjunkan pasukan komando dari helikopter..Wisnu mengatakan, tidak mungkin para relawan akan menimbulkan ancaman serius terhadap pasukan Israel karena perlawanan yang dilakukan hanya dengan senjata seadanya.
1,5 jam yang menegangkan
Wisnu menjelaskan, sejak pasukan Israel mendarat dari helikopter sampai mereka menguasai kapal Mavi Marmara hanya berlangsung sekitar 1,5 jam saja. "Satu setengah jam yang mengerikan, penuh dengan kebrutalan tentara Israel," kata Wisnu.
"Kami relawan yang tidak membawa apa-apa dihadapkan pada pembajak yang bersenjata lengkap.
"Masing-masing mereka membawa pistol, senjata dengan peluru tajam, senapan mesin, dan sebagainya," tambah Wisnu Pramudya.
Tindakan kekerasan yang dilakukan pasukan elit Israel itu, menurut Wisnu, menyebabkan banyak relawan yang luka-luka.
"Saya lihat sendiri orang yang luka-luka, ada yang di kepala, di tangan, ada yang tertembus peluru, dsb," kata Wisnu.
Ditambahkannya, semua relawan --termasuk anggota-anggota parlemen dari berbagai negara-- diborgol dan di suruh berjalan menuruni kapal sewaktu merapat di pelabuhan Ashdod.
Salah seorang relawan kemudian meminta tentara Israel agar berhenti menembak, dan mengatakan kepada seluruh penumpang kapal agar tidak melawan, kata mantan Pemred salah satu majalah terbitan Jakarta itu.
Isteri Wisnu, Santi Soekanto --putri penulis kawakan Soekanto-- mengatakan dia sempat ditodong dengan senapan mesin ketika tentara Israel itu memerintahkan para wanita untuk duduk di tempat tetapi masih melihat Santi melakukan gerakan.
Misi kemanusiaan
Ketua Komite Indonesia untuk Solidaritas Palestina (Kispa) Ferrry Noor yang juga berada di kapal saat penyerbuan terjadi menegaskan bahwa misi armada yang dipimpin Mavi Marmara murni untuk tujuan kemanusiaan.
Dia membantah tuduhan yang diungpakan berulangkali oleh Israel bahwa armada itu bermaksud untuk melakukan konfrontasi.
"Kita sudah berkomiten di Istanbul dan membuat pernyataan yang ditandatangai bahwa kita murni misi kemanusiaan dan kita tidak membawa senjata," kata Ferry.
Dianiaya tentara Israel
Sementara itu Muhammad Yasin, wartawan tvOne, dalam perbincangan di Apa Kabar Indonesia Pagi tvOne, Kamis 3 Juni 2010 mengatakan bahwa ia sempat menerima kekerasan dari tentara Israel saat penyerangan kapal Mavi Marmara berlangsung, Senin 31 Mei dini hari. Yasin dituding berbohong karena menyembunyikan kaset rekaman peristiwa penyerangan.
"Saya mencoba agar kaset rekaman ini bisa disaksikan seluruh warga Indonesia," kata M Yasin.
..Bila gambar-gambar itu bisa dilihat dunia, maka akan terbuka jelas apa yang sebenarnya terjadi," ungkap Yasin..Saat kejadian, Yasin dan rekan jurnalis lainnya berada di ruang pers kapal itu. Tentara Israel sudah berkumpul di bagian luar.
Sebelum para wartawan menjalani pemeriksaan, Yasin memberikan kaset itu kepada Nur Fitri, koordinator Medical Emergency Rescue Committe (Mer-C) Indonesia. Berharap, kaset itu lolos dari pemeriksaan.
"Saat itu kamera saya dirampas dan diperiksa kasetnya. Saya bilang, kasetnya ada di dalam kamera," aku Yasin. Saat kaset itu diperiksa dan tidak ada gambar rekaman yang diharapkan, tentara Israel menjadi berang dan menganiaya Yasin.
"Itulah yang membuat saya diikat lebih kencang dan ditampar dengan tentara Israel. Saya mungkin dinilai paling nakal. Tangan saya diborgol selama dua jam dan saya dijemur di bawah terik matahari," kata dia.
Yasin mengatakan bahwa saat ini barang-barang yang berada di dalam kapal Mavi Marmara dan rencananya akan diamankan ke perwakilan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang ada di Turki. Tetapi belum ia belum bisa memastikan apakah kaset itu bisa lolos dari razia tentara Israel.
"Bila gambar-gambar itu bisa dilihat dunia, maka akan terbuka jelas apa yang sebenarnya terjadi," ungkap Yasin. (bbc,vivanews)