Sabtu, 05 Juni 2010

Kisah Relawan Indonesia Saat Penyerbuan Kapal Mavi Marmara.


addakwah.com - Beberapa relawan Indonesia yang telah bebas dari penahanan pihak Israel menceritakan detik-detik penyerbuan ke kapal bantuan kemanusiaan yang mereka tumpangi, Mavi Marmara oleh pasukan Komando Israel yang berlangsung pada Senin, 31 Mei 2010. Serbuan brutal oleh pasukan khusus terhadap relawan tidak bersenjata tersebut mengakibatkan 19 orang aktivis kemanusiaan pro-Palestina tewas dan puluhan lainnya luka-luka termasuk dua warga Indonesia.  Ada dari mereka sempat di ancam dengan todongan senjata api dan bahkan ada pula yang dianiaya karena mencoba melindungi hasil rekaman gambarnya yang akan di sita oleh tentara Israel untuk menghapus barang bukti kebrutalan mereka.

Dzikrullah Wisnu Pramudya dari Sahabat al-Aqsa menuturkan bahwa penyerbuan pasukan elit Israel bersenjata lengkap pertama dilakukan lewat boat kecil namun gagal. Setelah itu mereka menerjunkan pasukan komando dari helikopter.

"Saat itu kami hampir menyelesaikan sholat subuh berjamaah yang dilakukan di buritan (bagian belakang) kapal pesiar Mavi Marmara," ujar Wisnu yang dihubungi oleh Asyari Usman dari BBC melalui telefon, Rabu malam.

"Orang-orang yang belum selesai sholat pun berhamburan, dan saya sendiri tidak konsentrasi lagi."

Menurut Wisnu, para relawan spontan melemparkan apa saja yang mereka dapat ketika pasukan elit Israel mencoba menaiki kapal mereka. Begitu juga ketika mereka turun dengan tali dari helikopter, sebagian relawan merasa tentara Israel melakukan tindakan melawan hukum sehingga mereka melakukan perlawanan.

Walaupun terjadi perkelahian antara relawan dengan pasukan komando Israel, akhirnya kapal Mavi Marmara berhasil dikuasai setelah banyak korban berjatuhan, tewas atau luka-luka.
..penyerbuan pasukan elit Israel bersenjata lengkap pertama dilakukan lewat boat kecil namun gagal. Setelah itu mereka menerjunkan pasukan komando dari helikopter..
Wisnu mengatakan, tidak mungkin para relawan akan menimbulkan ancaman serius terhadap pasukan Israel karena perlawanan yang dilakukan hanya dengan senjata seadanya.

1,5 jam yang menegangkan

Wisnu menjelaskan, sejak pasukan Israel mendarat dari helikopter sampai mereka menguasai kapal Mavi Marmara hanya berlangsung sekitar 1,5 jam saja. "Satu setengah jam yang mengerikan, penuh dengan kebrutalan tentara Israel," kata Wisnu.

"Kami relawan yang tidak membawa apa-apa dihadapkan pada pembajak yang bersenjata lengkap.

"Masing-masing mereka membawa pistol, senjata dengan peluru tajam, senapan mesin, dan sebagainya," tambah Wisnu Pramudya.

Tindakan kekerasan yang dilakukan pasukan elit Israel itu, menurut Wisnu, menyebabkan banyak relawan yang luka-luka.

"Saya lihat sendiri orang yang luka-luka, ada yang di kepala, di tangan, ada yang tertembus peluru, dsb," kata Wisnu.

Ditambahkannya, semua relawan --termasuk anggota-anggota parlemen dari berbagai negara-- diborgol dan di suruh berjalan menuruni kapal sewaktu merapat di pelabuhan Ashdod.

Salah seorang relawan kemudian meminta tentara Israel agar berhenti menembak, dan mengatakan kepada seluruh penumpang kapal agar tidak melawan, kata mantan Pemred salah satu majalah terbitan Jakarta itu.

Isteri Wisnu, Santi Soekanto --putri penulis kawakan Soekanto-- mengatakan dia sempat ditodong dengan senapan mesin ketika tentara Israel itu memerintahkan para wanita untuk duduk di tempat tetapi masih melihat Santi melakukan gerakan.

Misi kemanusiaan

Ketua Komite Indonesia untuk Solidaritas Palestina (Kispa) Ferrry Noor yang juga berada di kapal saat penyerbuan terjadi menegaskan bahwa misi armada yang dipimpin Mavi Marmara murni untuk tujuan kemanusiaan.

Dia membantah tuduhan yang diungpakan berulangkali oleh Israel bahwa armada itu bermaksud untuk melakukan konfrontasi.

"Kita sudah berkomiten di Istanbul dan membuat pernyataan yang ditandatangai bahwa kita murni misi kemanusiaan dan kita tidak membawa senjata," kata Ferry.

Dianiaya tentara Israel

Sementara itu Muhammad Yasin, wartawan tvOne, dalam perbincangan di Apa Kabar Indonesia Pagi tvOne, Kamis 3 Juni 2010 mengatakan bahwa ia sempat menerima kekerasan dari tentara Israel saat penyerangan kapal Mavi Marmara berlangsung, Senin 31 Mei dini hari. Yasin dituding berbohong karena menyembunyikan kaset rekaman peristiwa penyerangan.

"Saya mencoba agar kaset rekaman ini bisa disaksikan seluruh warga Indonesia," kata M Yasin.
..Bila gambar-gambar itu bisa dilihat dunia, maka akan terbuka jelas apa yang sebenarnya terjadi," ungkap Yasin..
Saat kejadian, Yasin dan rekan jurnalis lainnya berada di ruang pers kapal itu. Tentara Israel sudah berkumpul di bagian luar.

Sebelum para wartawan menjalani pemeriksaan, Yasin memberikan kaset itu kepada Nur Fitri, koordinator Medical Emergency Rescue Committe (Mer-C) Indonesia. Berharap, kaset itu lolos dari pemeriksaan.

"Saat itu kamera saya dirampas dan diperiksa kasetnya. Saya bilang, kasetnya ada di dalam kamera," aku Yasin. Saat kaset itu diperiksa dan tidak ada gambar rekaman yang diharapkan, tentara Israel menjadi berang dan menganiaya Yasin.

"Itulah yang membuat saya diikat lebih kencang dan ditampar dengan tentara Israel. Saya mungkin dinilai paling nakal. Tangan saya diborgol selama dua jam dan saya dijemur di bawah terik matahari," kata dia.

Yasin mengatakan bahwa saat ini barang-barang yang berada di dalam kapal Mavi Marmara dan rencananya akan diamankan ke perwakilan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang ada di Turki. Tetapi belum ia belum bisa memastikan apakah kaset itu bisa lolos dari razia tentara Israel.

"Bila gambar-gambar itu bisa dilihat dunia, maka akan terbuka jelas apa yang sebenarnya terjadi," ungkap Yasin. (bbc,vivanews)

8 Hal Penting untuk Mencetak Anak yang Shaleh

Berikut ini diantara tuntunan syar’i dalam pendidikan anak yang dibawakan oleh seorang ‘alim Syaikh Abu ishaq Al-Huwainy :
1.Anak kecil adalah manusia kecil yang selalu membutuhkan kelembutan, cinta yang dalam dan kasih sayang yang murni.
Bermain dan bercanda dengan mereka merupakan bentuk kasih sayang dan menunjukkan kepahaman seseorang terhadap dien ini. .

Dalam sebuah hadits shahih riwayat Bukhari:
“Bahwa Nabi Shallahu’alaihi wasallam mencium Hasan bin Ali, dan disamping beliau ada Aqro’ bin Habis at-Tamimy, maka berkatalah Aqro’: Sesungguhnya aku punya 10 orang anak tetapi tidak seorangpun yang pernah kucium. Lalu Rasulullah Shallahu’alaihi wasallam melihat kepadanya seraya berkata : Barangsiapa yang tidak mau menyayangi maka ia tidak akan disayangi”.

Dari ‘Aisyah Radhiyallahu’anha, ia berkata:
“Telah datang seorang badui kepada Nabi Shallahu’alaihi wasallam dan ia berkata: kalian menciumi anak-anak kecil, tapi kami tidak pernah menciumi meraka. Berkatalah Nabi Shallahu’alaihi wasallam: Aku tak kuasa (memberi kasih saying di hati kalian) jika Allah telah mencabut kasih saying itu dari hati kalian.

2. Mengajarkan adab yang baik.
Mencandai anak kecil tidak berarti meniadakan pendidikan dan pengajaran kebaikan kepada mereka. Maka tidak ada kebaikan yang diberikan orang tua kepada anaknya yang lebih baik selain adab yang baik. Kebaikan yang pertama kali yang harus dipelajari adalah tentang pelaksanaan sholat wajib.

Berdasarkan sabda Nabi Shallahu’alaihi wasallam :
“Perintahkanlah anak-anakmu shalat ketika mereka berumur 7 tahun, dan pukullah mereka jika berumur 10 tahun. Dan pisahkanlah mereka di tempat tidur” ( Hadits shahih dikeluarkan Abu Daud, Tirmidzi, Ad-Darimi, Ahmad, Ibnu Abu Syaibah, Ibnu Khuzaimah, Thahawy)

3. Hendaklah ditanamkan pada jiwa anak untuk cinta Allah dan Rasul-Nya dan hendaklah pula ditanamkan sifat dan sikap untuk mengutamakan Allah dan Rasul-Nya daripada yang selainNya.

Berdasarkan sabda Rasulullah Shallahu’alaihi wasallam:
“Tidak sempurna iman seseorang diantara kalian hingga aku lebih dicintai dari orang tuanya, anaknya dan seluruh manusia”. (Hadits Shahih dikeluarkan Bukhari, Muslim, Abu’Awanah, Nasa’i, Ibnu Majah)

4. Hendaknya anak diajari Al-Qur’an dengan logat-logat Arab. Menjadikan anak hafal Al-Qur’an serta mengajarkan Al-Qur’an kepada mereka. Terdapat keutamaan yang banyak dan tak terhitung.

Berdasarkan sabda Nabi Shallahu’alaihi wasallam:
“ Sebaik-baik kalian adalah yang mempelajari al-Qur’an dan mengajarkannya”.
(Hadits Shahih dikeluarkan Bukhari, Abu Daud, Nasa’i)

Dan dalam sabda Beliau yang lain:
“Barangsiapa membaca 1 huruf dari kitabullah maka ia mendapatkan satu kebaikan. Dan satu kebaikan itu akan dilipatkan menjadi 10 kali lipat. Aku tidak mengatakan Alif Lam Mim itu satu huruf, tetapi alif satu huruf, lam satu huruf dan mim satu huruf”. (Hadits Shahih dikeluarkan tirmidzi, Darimi, Abu Nu’aim dll)

5. Hendaknya anak dijadikan cinta kepada sunnah.
Dan hendaknya sunnah tersebut dihiaskan pada diri anak sehingga sunnah tersebut meresap ke dalam hatinya.

Berdasarkan sabda Rasulullah Shallahu’alaihi wasallam:
“Barangsiapa yang diberi umur panjang diantara kalian, maka ia akan melihat perpecahan yang banyak. Maka hendaklah kalian berpegang pada sunnahku dan Khulafa’ur rasyidun yang mendapat petunjuk. Gigitlah sunnah tersebut dengan gigi gerahammu”. (Hadits Shahih dikeluarkan Abu Daud, Tirmidzi, Ibnu Majah, Ad-Darimi,Ahmad, Ibnu Hibban)

6. Hendaklah anak dibuat tidak suka terhadap bid’ah dan segala perkara yang mengantarkan kepada bid’ah.
Tidak akan berkumpul sunnah dan bid’ah di hati seorang mukmin selamanya!
Dan tidak ada yang dinamakan bid’ah hasanah (bid’ah yang baik).

Sabda Nabi Shallahu’alaihi wasallam dalam sebuah hadits shahih yang merupakan potongan dari khutbatul hajah yang masyhur:
“Setiap perkara baru dalam agama adalah bid’ah, dan setiap bid’ah adalah sesat, dan setiap kesesatan di neraka”.

7. Hendaklah anak dijadikan cinta kepada ilmu dan ahlinya.
Juga diajarkan kepada anak tentang sabar ketika sedang mencarinya terlebih ilmu-ilmu syar’i. Karena sesungguhnya itu merupakan ilmu yang mulia.

Berdasarkan hadits Zirr bin Hubaisy, ia berkata:
“Aku mendatangi Shofwan bin ‘Assal al-Murady, maka ia berkata: Apa yang mendorongmu dating kemari? Aku menjawab: Karena untuk mencari ilmu. Ia berkata: Sesungguhnya para malaikat meletakkan sayap-sayapnya kepada pencari ilmu syar’i karena ridha atas apa yang sedang ia cari”.

8. Berlaku adil kepada setiap anak.
Hal ini merupakan kewajiban bagi orang tua. Sedangkan membeda-bedakan sesama mereka merupakan keberanian melawan batas-batas (hukum-hukum) Allah dan pelanggaran kehormatan dienNya.

Bersabda Nabi Shallahu’alaihi wasallam:
“Berlaku adillah diantara anak-anakmu. Berlaku adillah terhadap anak-anakmu. Berlaku adillah terhadap anak-anakmu”.

Itulah diantara kiat-kiat syar’i yang harus diperhatikan pendidik untuk mencetak anak yang shalih. Generasi terakhir ummat ini tidak mungkin menjadi baik kecuali dengan apa yang telah menjadikan baik generasi awalnya. Wallahua’lam bishowab.
(voa-islam.com)

Bolehkah Bersedekah untuk Orang Tua yang Sudah Meninggal?


Berbakti kepada orang tua sangat dianjurkan Islam. Bahkan, dalam beberapa ayat disebutkan bergandengan dengan perintah ibadah kepada Allah Ta'ala. Hal ini untuk menunjukkan besarnya urusan berbakti kepada orang tua.
Allah Ta'ala berfirman,
وَقَضَى رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا
"Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya." (QS. Al Isra': 23)
Berbuat baik kepada orang tua mencakup seluruh kebaikan, baik dengan berkata yang baik, bersikap yang sopan, mentaati perintahnya, menjauhi larangan, dan menafkahi mereka.
Ringkasnya, berbakti kepada kedua orang tua ketika masih hidup adalah berbuat baik kepada mereka dengan lisan, sikap, bantuan fisik dan harta. Semua Ini hukumnya wajib. Tidak boleh seseorang cuek tidak perhatian kepada kedua orang tuanya, apalagi sampai menyakiti keduanya.
Sebaliknya, durhaka kepada kedua orang tua termasuk dosa besar. Di samping berlawanan dengan perintah Allah untuk berbuat baik pada mereka, juga karena perilaku kufur kepada kebaikan mereka berdua. Padahal di antara akhlak Islam yang dijunjung tinggi adalah bersyukur atau berterima kasih kepada yang telah memberikan kebaikan padanya.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
لَا يَشْكُرُ اللَّهَ مَنْ لَا يَشْكُرُ النَّاسَ
"Tidak bersyukur kepada Allah orang yang tidak bersyukur kepada manusia (atas kebaikan mereka)." (HR. Ahmad, Abu Dawud, Ibnu Hibban, dan juga oelh al Abukhari dalam al Adab al Mufrad. Dishahihkan oleh Syaikh al Albani dalam al Shahihah)
Dan secara khusus Alah memerintahkan agar bersyukur kepada orang tua,
أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ
"Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu." (QS. Luqman: 14)
Adapun sesudah meninggal, maka cara berbakti kepada orang tua sebagai bentuk terima kasih kepada keduanya adalah dengan mendoakan dan memohonkan ampunan bagi mereka, melaksanakan wasiat mereka, menghormati teman-teman mereka, dan memelihara hubungan kekerabatan yang hanya bisa disambung melaului keduanya. Itulah lima perkara yang merupakan bakti kepada kedua orang tua setelah mereka meninggal dunia.
Kemudian di masyarakat kita, sering cara berbakti kepada orangtua setelah tiada dengan bershadaqah di atasnamakan mereka. Bagaimana hukumnya, boleh ataukah tidak?
Bersedekah atas nama keduanya hukumnya boleh. Tapi tidak harus, misalnya dengan mengatakan kepada sang anak, "Bersedekahlah." Namun yang lebih tepat, "Jika engkau bersedekah, maka itu boleh." Jika tidak bersedekah, maka mendoakan mereka adalah lebih utama, berdasarkan sabda Nabi shallallahu 'alaihi wasallam,
إِذَا مَاتَ اْلإِنْسَانُ اِنْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إِلاَّ مِنْ ثَلاَثَةٍ إِلاَّ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُوْ لَه
"Jika seorang manusia meninggal, terputuslah semua amalnya kecuali dari tiga; Shadaqah jariyah, atau ilmu yang bermanfaat, atau anak shalih yang mendoakannya." (HR. Muslim dalam al-Washiyah no. 1631).
Bershadaqah atas nama keduanya hukumnya boleh. Tapi tidak harus . .
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menyebutkan bahwa doa itu berstatus memperbaharui amal. Ini merupakan dalil bahwa mendoakan kedua orang tua setelah meninggal adalah lebih utama daripada bersedekah atas nama mereka, dan lebih utama daripada mengumrahkan mereka, dan membacakan Al-Qur'an untuk mereka. Sebabnya, karena tidak mungkin Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menggantikan yang utama dengan yang tidak utama, bahkan tentunya beliau pasti menjelaskan yang lebih utama dan menerangkan bolehnya yang tidak utama. Dalam hadits tadi beliau menjelaskan yang lebih utama.
Adapun tentang bolehnya yang tidak utama, disebutkan dalam hadits Sa'd bin Ubaidillah, yaitu saat ia meminta izin kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam untuk bershadaqah atas nama ibunya, lalu beliau mengizinkan. (HR. Al-Bukhari dalam al-Washaya no.2760).
Juga seorang laki-laki yang berkata kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, "Wahai Rasulullah, ibuku meninggal tiba-tiba, dan aku lihat, seandainya ia sempat bicara, tentu ia akan bersedekah. Bolehkah aku bersedekah atas namanya?" Beliau menjawab, "Boleh." (HR. Al-Bukhari dalam al-Jana'iz no.1388; Muslim dalam al-Washiyah no. 1004).
Yang jelas, disarankan untuk banyak-banyak mendoakan kedua orang tua yang sudah wafat sebagai pengganti pelaksanaan umrah, sedekah dan sebagainya, karena hal itulah yang ditunjukkan oleh Nabi shallallahu 'alaihi wasallam. Kendati demikian, tidak boleh diingkari bolehnya bersedekah, umrah, shalat atau membaca Al-Qur'an atas nama mereka atau salah satunya. Adapun bila mereka memang belum pernah melaksanakan umrah atau haji, ada yang mengatakan bahwa melaksanakan kewajiban atas nama keduanya adalah lebih utama daripada mendoakan. Walllahu a'lam.
Disarankan untuk banyak-banyak mendoakan kedua orang tua yang sudah wafat sebagai pengganti pelaksanaan umrah, sedekah dan sebagainya, karena hal itulah yang ditunjukkan oleh Nabi shallallahu 'alaihi wasallam.
Fatwa Syaikh Ibnul Utsaimin
Beliau rahimahullah pernah ditanya;
Apakah boleh saya bersedekah dari harta saya atas nama ibu saya ? Dan apakah pahala sedekah saya itu akan sampai kepadanya? Semoga Allah mengasihimu!
Jawaban :
Ya, boleh. Seseorang boleh bersedekah atas nama ibunya atau ayahnya yang sudah meninggal dunia dan pahalanya akan sampai kepada yang diatasnamakan. Dalilnya adalah hadits yang disebutkan dalam Shahih al-Bukhari, bahwa seorang laki-laki datang kepada Nabi shallallahu 'alahi wasallam dan berkata,
إِنَّ أُمِّي افْتُلِتَتْ نَفْسُهَا وَأُرَاهَا لَوْ تَكَلَّمَتْ تَصَدَّقَتْ أَفَأَتَصَدَّقُ عَنْهَا
"Ibu saya meninggal tiba-tiba, dan saya yakin seandainya dia bisa bicara, dia bersedekah. Bolehkah aku bersedekah atas namanya ?”
Beliau shallallahu 'alaihi wasallam menjawab:
نَعَمْ تَصَدَّقْ عَنْهَا
“Ya, boleh, bershadaqahlah atas namanya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Juga berdasarkan izin Nabi sallallahu 'alahi wasallam kepada Sa’ad bin Ubadah yang hendak menjadikan pohon kurmanya yang ada di Madinah sebagai sedekah atas nama ibunya yang sudah meninggal. (HR. Bukhari)
Namun demikian, perlu diketahui, bahwa yang lebih utama bagi seseorang adalah mendoakan ibu bapaknya dan menjadikan pahala amal shalihnya untuk dirinya sendiri, karena seperti itulah yang dilakukan oleh para penghulu umat ini, bahkan itulah yang tersirat dalam sabda Nabi sallallahu 'alahi wasallam:
إِذَا مَاتَ ابْنُ آدَمَ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثٍ: صَدَقَةٌ جَارِيَةٌ، أَوْ عِلْمٌ يُنْتَفَعُ بِهِ، أَوْ وَلَدٌ صَالِحٌ يَدْعُوْ لَهُ
"Apabila anak Adam (manusia) meninggal dunia, maka terputuslah semua amalnya, kecuali tiga hal: Sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak shalih yang mendoakannya." (HR. Muslim).
bahwa yang lebih utama bagi seseorang adalah mendoakan ibu bapaknya dan menjadikan pahala amal shalihnya untuk dirinya sendiri, karena seperti itulah yang dilakukan oleh para penghulu umat ini . . .
Kendati begitu, tidak apa-apa seseorang melakukan amal-amal shalih dengan niat atas nama ayahnya atau ibunya yang telah meninggal.
(Kitab ad-Da’wah (5), Syaikh Ibnu Utsaimin, 2/151)
Oleh: Purnomo WD
(PurWD/voa-islam.com)

Muslimah Penentu Kemenangan Ummat

addakwah.com ----BUKANLAH suatu kebetulan bahwa Al-Qur’an menginformasikan kita di dalam surat Al-Qashash mengenai konflik antara Nabi Musa dan Firaun, lalu menjadikan wanita sebagai fokus titik tolak kebangkitan. Allah menyatakan, “Dan Kami hendak memberi karunia kepada orang-orang yang tertindas di bumi (Mesir) itu dan hendak menjadikan mereka pemimpin dan menjadikan mereka orang-orang yang mewarisi (bumi).” (Al-Qashash 5).

Maka, proses menjadikan orang-orang tertindas itu sebagai pemimpin merupakan inisiasi kebangkitan, yang dimulai dengan seorang wanita. Allah berfirman, “Dan kami ilhamkan kepada ibu Musa; "Susuilah dia, dan apabila kamu khawatir terhadapnya maka jatuhkanlah dia ke sungai (Nil). Dan janganlah kamu khawatir dan janganlah (pula) bersedih hati, karena sesungguhnya Kami akan mengembalikannya kepadamu, dan men jadikannya (salah seorang) dari para rasul.” (Al-Qashash 7).

Dengan demikian, wanita menjadi titik fokus dari konflik kita dengan lawan-lawan kita. Potensi kemenangan dan kekalahan umat Islam sangat bergantung erat kepada wanita. Ini bukan kata-kata untuk ceramah ataupun puisi. Ini merupakan preposisi aksiomatik yang menjadi realita, dan harus mendapatkan perhatian lebih.

Tidak percaya? Kita bisa melihat bahwa sosok-sosok terbaik aset umat ini yang kebanyakan para laki-laki, mereka berada di penjara, diasingkan dari negeri mereka, atau berjuang habis-habisan dalam perjuangan mereka. Lantas, siapa yang akan menjaga keluarga dan merawat anak-anak, serta menunaikan sejumlah tugas domestik? Maka, tiada lain, jawabannya adalah para wanita muslim. Dan bersyukur kepada Allah, bahwa dakwah Islam sanggup untuk memenangi ‘pertempuran’.

…Islam sangat menghormati wanita dan mengapresiasinya dengan memberi hak pendidikan, kepemilikan harta, dan waris yang selaras dengan petunjuk syariat…

Di saat para mujahid Islam diperangi, keberadaan mereka satu persatu dihabisi, maka dakwah juga harus dipikul para muslimah. Kendati mereka dihadapkan pada kekurangan-kekurangan mereka. Hal ini dipahami dengan baik oleh musuh-musuh Islam. Tidak puas hanya dengan memberangus sosok-sosok laki-laki terbaik umat, mereka juga berupaya melemahkan kaum wanitanya. Mereka sepertinya sadar bahwa wanita kekuatan second line umat. Sebagai istri, para muslimah menjadi batu loncatan para suami untuk bisa melompat lebih tinggi. Lalu sebagai ibu, mereka adalah madrasah pertama bagi anak-anaknya. Sebagai anak, mereka sanggup menggembleng adik-adik mereka, dan menyemangati kakak-kakak mereka.

Belum selesai terlibat dalam konflik kebenaran vis a vis kebatilan, para muslimah sudah harus dihadapkan pada konflik lainnya. Ya, para pendengki tak ingin wanita muslim menjelma menjadi kekuatan signifikan. Sehingga mereka merasa perlu untuk menghadapkan para muslimah dengan berbagai konflik. Konflik selanjutnya terjadi ketika situasi yang dijalani para muslimah umat sangat tidak Islami, semisal –pertama— banyaknya pembatasan dan –kedua— interaksi sosial yang bertentangan dengan syariah.

Sebagai contoh, adanya pembatasan yang menghalangi para muslimah untuk mendapatkan pendidikan, hak kepemilikan harta, dan lain sebagainya. Atau merebaknya interaksi sosial bernuansa jahiliyah. Yang terakhir ini sangat berbahaya, karena memberi kesempatan kepada kaum liberal modern untuk merangkul para perempuan muslim miskin dan juga tidak berpendidikan. Para liberalis itu menginginkan agar wanita menjadi tak ubahnya sebuah produk yang dipajang dan dipamerkan.

Karena hal-hal di atas, setiap individu muslim yang terlibat dalam dakwah harus membebaskan masyarakat muslim dari dua bentuk jahiliyah tersebut. Bentuk pertama, alih-alih ingin menjaga wanita dari dampak buruk pergaulan kekinian, justru sampai mengharamkan sama sekali hak mencari ilmu, kepemilikan harta, dan lainnya. Sementara bentuk kedua terlalu bebas, sampai-sampai tidak mengindahkan syariat.

Jalan terbaik adalah jalan Islam yang hanif. Islam sangat menghormati wanita dan mengapresiasinya dengan memberi hak pendidikan, kepemilikan harta, dan waris yang selaras dengan petunjuk syariat. Di antara hal-hal yang harus diperjuangkan dalam rangka menutup jalan setan untuk menyebarkan bujuk rayunya adalah tingginya mahar (mas kawin) dalam pernikahan.

…Muslimah merupakan intisari dan pokok umat. Segala sesuatu yang merefleksikan kekurangan dan kelemahan para muslimah berpotensi menciptakan kekalahan serta kemunduran…

Muslimah merupakan intisari dan pokok umat. Segala sesuatu yang merefleksikan kekurangan dan kelemahan para muslimah berpotensi menciptakan kekalahan serta kemunduran. Maka kita harus menjaga setiap aspek tersebut dan memberinya perhatian yang layak. Kita mungkin sering menyaksikan para ikhwan gagal dalam perjuangan mereka. meski demikian, kita jangan sampai melihat para wanita muslim gagal dalam perjuangan mereka mendidik generasi muslim tangguh atau gagal dalam menopang perjuangan kaum laki-laki. Para laki-laki itu boleh saja terbuang dan terbunuh, tapi ‘percetakan’ kader-kader mujahid tangguh itu jangan sampai terhenti. Kita harus senantiasa melihat kesabaran, ketetapan hati, tekad kuat, keimanan, dan determinasi tinggi para muslimah.

Saudari-saudari muslimah kita di Irak, Afghanistan, Palestina, Somalia, Mindanau, Thailand Selatan, dan lainnya merupakan keajaiban-keajaiban Allah dalam hal ini. Beberapa di antara mereka bahkan melebihi ratusan mujahid dalam hal perjuangan, kesabaran, dan ketetapan hati. Pun demikian, kita bisa melihat di negara-negara Arab, betapa kesadaran religius dan eskatologis para muslimah lebih kuat daripada para laki-laki. Keikhlasan mereka untuk menopang perjuangan penegakan syariat Islam lebih tinggi dari kaum Adam.

Alhamdulillah, Rabb semesta alam, di negara-negara Barat kita menyaksikan keislaman, keimanan, dan kesadaran para istri ikhwan non-Arab yang jauh lebih dahsyat dari kalangan laki-lakinya. Dan bahkan, para istri ikhwan-ikhwan imigran Arab, mereka secara umum lebih baik dan ikhlas daripada suami mereka. Penulis pernah membaca sebuah artikel yang menceritakan keluhan-keluhan para wanita muslim mengenai kelesuan suami mereka dalam melakoni berbagai ibadah keagamaan. Jelas, keluhan-keluhan tersebut membuktikan betapa tinggi status saudari-saudari kita, dan membuktikan bahwa mereka bisa lebih baik dari para laki-laki, dengan bantuan Allah.

Tingginya perhatian setan, musuh-musuh Islam dan para pengikutnya terhadap hijab muslimah menunjukkan kepada kita pentingnya konflik ini. Oleh karena itu, tak heran jika Prancis –dengan segala permasalahannya— akan meluangkan perhatiannya untuk memerangi hijab, dan membuat undang-undang untuk mengharamkannya. Dan masih banyak lagi negara-negara Eropa yang mengikuti Prancis dengan segenap gerakan jahat mereka.

Demikian juga, tidak aneh jika kita mengikuti apa yang terjadi di banyak konferensi yang dilakukan musuh-musuh Islam, bahwa perhatian dan upaya akan dicurahkan untuk menghancurkan tatanan keluarga muslim, serta menjauhkan para muslimah dari identitas keislaman mereka.

Untuk menghancurkan Islam, mereka menghancurkan dahulu para wanita, para muslimah, para ‘tulang punggung’ umat. Maka kini terlihat kerusakan bukan saja pada kaum wanita, tetapi kerusakan moral umat pun telah terasa. Para musuh Islam membingkai usaha jahat mereka dengan kedok yang memesona dan bahasa-bahasa menyihir, semisal gerakan feminisme dan emansipasi wanita.

Para musuh Allah ini telah mengangkat isu-isu hak asasi, kebebasan, dan modernisasi untuk menghantam para muslimah. Padahal itu semua mereka lancarkan untuk kehancuran moralitas wanita secara umum dan muslimah secara khusus. Segala media dikerahkan, segala daya dicurahkan agar isu-isu ini termakan oleh para muslimah. Para muslimah dicekoki dengan ‘warna’ mereka. Para intelektual Barat dikerahkan untuk mengangkat isu-isu tersebut dengan menjelek-jelekkan dan menghujat Islam.

Para pendengki menyadari betapa muslimah merupakan salah satu benteng kuat yang signifikan dalam perjuangan Islam. Ya, mereka adalah benteng kokoh, jika dianalogikan dengan konstelasi pertempuran, sedangkan para laki-laki adalah prajurit yang secara langsung terjun di medan tempur. Jadi, peperangan ideologi ini tidak bisa diabaikan begitu saja.

Maka, setiap muslimah harus menyadari posisi mereka. ketahuilah bahwa kalian adalah intisari dan benteng umat. Para muslimah harus membekali diri dengan ilmu dan keimanan yang kokoh. Muslimah yang bodoh dan loyo adalah musuh untuk dirinya, suaminya, keluarganya, dan komunitasnya. Jangan terpedaya jebakan setan yang terejawantahkan dalam adat dan kebiasaan jahiliyah. Karena kebiasaan sosial jahiliyah yang rapuh adalah senjata para musuh Islam dan kaum liberal untuk ‘menjinakkan’ wanita muslim.

Wahai saudari-saudariku, jalanilah segenap wasilah kemenangan, dan bersabarlah. Jadilah seperti ibunda Nabi Musa dalam konteks pertikaiannya dengan Firaun. Dia harus bersusah payah dan mengorbankan putranya untuk dijatuhkan ke Sungai Nil, demi sebuah keyakinan bahwa Musa akan menjadi seorang rasul dan datang kembali memberangus kebatilan, serta mengibarkan bendera tauhid di bumi Mesir.

…Untuk menghancurkan Islam, mereka menghancurkan dahulu para muslimah. Para musuh Islam membingkai usaha jahat mereka dengan bahasa-bahasa menyihir, semisal gerakan feminisme dan emansipasi wanita…

Perteguhlah keislaman, dan bentengilah diri dari serangan yang dilancarkan musuh Allah lewat berbagai kedok dan tipu muslihatnya. Dalam kolomnya berjudul Golongan Perempuan Penghuni Surga, Saukya Singgih menyatakan, dengan keislaman yang teguh dan ketakwaan kepada Allah dan berusaha secara sungguh-sungguh untuk mencapai profil muslimah sejati, maka akan dapat melihat jelas segala tipu daya mereka.

Sesungguhnya jalan kepada pembentukan pribadi muslimah sejati bukanlah jalan yang mulus dan indah. Tetapi jalan yang penuh pendakian dan rintangan, jalan yang penuh onak dan duri, jalan melawan arus globalisasi jahiliyah. Hendaknya kita pahami betul hal ini. Seorang muslimah yang baik adalah muslimah yang menjadikan muslimah di zaman Rasulullah SAW sebagai cermin dan teladan kita.

Yakinlah bahwa kerja keras, keimanan, dan konsistensi kalian akan dibalas keridhaan dan pahala Allah, serta mendapatkan cinta kami, para laki-laki. Kami memiliki cinta, penghormatan, dan apresiasi sepenuhnya untuk para ibu, saudari, dan putri-putri muslim. Pun demikian, untuk para istri yang penyabar, kami senantiasa menyimpan cinta, pujian, dan rasa syukur. Tanpa kehadiran dan kerja keras kalian –dengan bantuan dan izin Allah— kami bukanlah apa-apa, dan putra-putri kami mungkin takkan memiliki masa depan. [ganna pryadha/voa-islam.com]
 

Media Dakwah Copyright © 2010 LKart Theme is Designed by Lasantha