Anak- anak, terutama balita, amat membutuhkan perhatian orangtuanya. Coba saja perhatikan, apabila orangtua sibuk melakukan sesuatu dan seperti mengabaikan balita, pasti ada saja ulah yang dilakukan balita untuk menarik perhatian ibu atau ayahnya. Itu biasanya berupa kenakalan atau perbuatan yang menjengkelkan sehingga biasanya amarah si orangtua pun terpancing.
Untuk mengatasi terjadinya kenakalan anak yang berulang-ulang tersebut, berikut beberapa tip yang bisa dipraktikkan di rumah.
Ekspresikan kasih sayang
Balita selalu menginginkan perhatian lebih dari orangtuanya. Mereka akan bahagia kalau orangtua menunjukkan ekspresi kasih sayang. Misalnya dengan memeluk, mengusap kepala, atau sekadar berbicara dengan lemah lembut.
Selalu sabar
Kesabaran orang tua memang sangat dituntut ketika mendidik anak. Kesabaran orang tua terkadang bisa membuat anak mengerti bahwa apa yang dilakukannya salah.
Jangan langsung membentak
Walaupun yang dilakukan balita salah, jangan langsung membentak balita karena itu akan melukai perasaannya. Hal itu bisa menyebabkan dendam hingga anak dewasa nanti.
Berilah nasihat
Marahlah jika anak benar-benar telah salah, misalnya meludahi ibu atau ayahnya (rps/SI)
Minggu, 26 September 2010
Al-Azhar: Pernyataan Uskup Bishoy Dapat Ancam Persatuan Nasional Mesir
Al-Azhar Mesir pada hari Sabtu kemarin (25/9) mengeluarkan pernyataan kecaman terhadap seorang uskup Koptik senior atas pernyataanya yang menyatakan bahwa ada beberapa ayat dalam Al-Quran, kitab suci umat Islam, merupakan tambahan pada waktu prosesi kodifikasi di masa pemerintahan Utsman, khalifah Nabi ketiga.
Anggota Lembaga penelitian Islam al-Azhar harus mengadakan pertemuan darurat yang dipimpin oleh kepala institusi, Syaikh Ahmad al-Tayyib dan mengeluarkan pernyataan yang menjelaskan bahwa pernyataan uskup Bishoy sebagai "tidak bertanggung jawab."
"Ini perilaku yang tidak bertanggung jawab dan hanya mengancam kesatuan nasional pada saat kita sangat membutuhkan persatuan untuk melestarikan dan mendukungnya," menurut salinan pernyataan yang diperoleh oleh Al Arabiya.
"Ini perilaku yang tidak bertanggung jawab yang bertujuan secara universal menyatakan permusuhan terhadap Islam, Muslim, budaya dan peradabannya, yang mengharuskan mereka bertanggung jawab dibalik pelanggaran ini ," tambah pernyataan tersebut.
Pernyataan uskup Bishoy memicu kemarahan di kalangan Kristen dan pemimpin Muslim, mereka mengatakan bahwa pernyataan tersebut dapat menyebabkan ketegangan sektarian, namun Bishoy mengatakan bahwa pernyataannya hari Rabu lalu telah terjadi salah paham.
"Pertanyaan saya, apakah beberapa ayat dari Quran disisipkan setelah kematian nabi bukan kritik atau tuduhan," katanya. "Ini hanyalah sebuah pertanyaan tentang sebuah ayat tertentu yang saya percaya bertentangan dengan iman Kristen," kata Bishoy seperti dilaporkan oleh surat kabar al-Masry al-Youm.
"Saya tidak mengerti bagaimana pernyataan saya tersebut dapat berubah menjadi serangan terhadap Islam," kata Bishoy.(fq/aby) (sumber: eramuslim.com)
Anggota Lembaga penelitian Islam al-Azhar harus mengadakan pertemuan darurat yang dipimpin oleh kepala institusi, Syaikh Ahmad al-Tayyib dan mengeluarkan pernyataan yang menjelaskan bahwa pernyataan uskup Bishoy sebagai "tidak bertanggung jawab."
"Ini perilaku yang tidak bertanggung jawab dan hanya mengancam kesatuan nasional pada saat kita sangat membutuhkan persatuan untuk melestarikan dan mendukungnya," menurut salinan pernyataan yang diperoleh oleh Al Arabiya.
"Ini perilaku yang tidak bertanggung jawab yang bertujuan secara universal menyatakan permusuhan terhadap Islam, Muslim, budaya dan peradabannya, yang mengharuskan mereka bertanggung jawab dibalik pelanggaran ini ," tambah pernyataan tersebut.
Pernyataan uskup Bishoy memicu kemarahan di kalangan Kristen dan pemimpin Muslim, mereka mengatakan bahwa pernyataan tersebut dapat menyebabkan ketegangan sektarian, namun Bishoy mengatakan bahwa pernyataannya hari Rabu lalu telah terjadi salah paham.
"Pertanyaan saya, apakah beberapa ayat dari Quran disisipkan setelah kematian nabi bukan kritik atau tuduhan," katanya. "Ini hanyalah sebuah pertanyaan tentang sebuah ayat tertentu yang saya percaya bertentangan dengan iman Kristen," kata Bishoy seperti dilaporkan oleh surat kabar al-Masry al-Youm.
"Saya tidak mengerti bagaimana pernyataan saya tersebut dapat berubah menjadi serangan terhadap Islam," kata Bishoy.(fq/aby) (sumber: eramuslim.com)
BIN Perlu Perjelas Pernyataan Kapolri Soal Teroris
Jakarta (ANTARA News) - Ketua Dewan Direktur Sabang-Merauke Circle (SMC) Syahganda Nainggolan, meminta Badan Intelijen Negara (BIN) memperjelas penegasan Kapolri Jenderal (Pol) Bambang Hendarso Danuri terkait adanya indikasi jaringan teroris di tanah air yang akan mengambilalih pemerintahan negara dengan membangun Daulah Islamiyah.
"Kebenaran yang disampaikan Kapolri pada Jumat (24/9) di Jakarta itu perlu dikonfirmasi lagi sekaligus diperjelas dengan pernyataan Kepala BIN Jenderal Sutanto, agar tidak sekadar asal pernyataan atau hanya untuk menyenangkan Presiden SBY alias ABS (Asal Bapak Senang)," kata Syahganda di Jakarta, Senin.
Dikatakannya bahwa BIN lebih memiliki kompetensi. Institusi itu dipercaya untuk menyatakan kondisi negara dalam ancaman bahaya, termasuk mengumumkan teroris yang kini berkembang di Indonesia dan berpotensi mengganti kekuasaan sah melalui ideologi tertentu sehingga pemerintahan SBY berada dalam taraf mengkhawatirkan baik poltik maupun keamanan.
Penjelasan BIN, kata Syahganda, diperlukan agar masyarakat tidak dibuat bingung akibat pernyataan Kapolri tersebut, mengingat Kapolri tidak cukup detil menyampaikan sejauh mana kekuatan dimiliki kalangan teroris untuk kemudian mengambilalih negara.
"Apakah informasi Kapolri itu berasal atas data intelijen yang kuat dan akurat, atau cuma untuk konsumsi sensasi publik dan berangkat dari kepanikan sebuah instutusional," kata mantan Direktur Eksekutif for Information and Development Studies (CIDES) itu.
Syahganda sendiri tidak yakin kekuatan teroris di tanah air dapat mengambilalih kekuasaan pemerintah, karena kekuatannya memang tidak terlalu besar, di samping tak memiliki basis persenjataan hebat dan kemampuan bergeraknya pun tidak sebanding sama sekali dengan Tentara Nasional Indonesia.
"Bahkan, dengan polisi saja jauh sekali perbandingannya," ujar Syahganda.
Jaringan kaum teroris, lanjutnya, juga sulit mendapat dukungan dalam upaya menggulingkan pemerintahan, sebab gerakan teroris tidak mendapat kepercayaan rakyat di tempat mana pun, lebih lagi dukungan pihak internasional dalam hal politik dan besarnya pendanaan.
"Teroris juga tidak berhasil menyusup ke dalam TNI dan kepolisian, karenanya kecil sekali kemungkinan mampu mengambilalih kekuasaan," ungkapnya.
Dengan demikian, Syahganda mengharapkan Kapolri bersikap cermat dan tidak menciptakan kecemasan publik dengan pernyataan apa pun, khususnya kaitan teroris di Indonesia yang akan menduduki negara dan mengganti kekuasaan.
"Kita acungi jempol aparat kepolisian berhasil menumpas berbagai kelompok dalam agenda memerangi terorisme, tapi serta merta boleh menyatakan negara akan diambilalih para teroris yang jumlahnya tidak banyak itu. Biar hal itu menjadi kewenangan Kepala BIN dalam membuat penjelasan," demikian Syahganda. (D011/K004)
"Kebenaran yang disampaikan Kapolri pada Jumat (24/9) di Jakarta itu perlu dikonfirmasi lagi sekaligus diperjelas dengan pernyataan Kepala BIN Jenderal Sutanto, agar tidak sekadar asal pernyataan atau hanya untuk menyenangkan Presiden SBY alias ABS (Asal Bapak Senang)," kata Syahganda di Jakarta, Senin.
Dikatakannya bahwa BIN lebih memiliki kompetensi. Institusi itu dipercaya untuk menyatakan kondisi negara dalam ancaman bahaya, termasuk mengumumkan teroris yang kini berkembang di Indonesia dan berpotensi mengganti kekuasaan sah melalui ideologi tertentu sehingga pemerintahan SBY berada dalam taraf mengkhawatirkan baik poltik maupun keamanan.
Penjelasan BIN, kata Syahganda, diperlukan agar masyarakat tidak dibuat bingung akibat pernyataan Kapolri tersebut, mengingat Kapolri tidak cukup detil menyampaikan sejauh mana kekuatan dimiliki kalangan teroris untuk kemudian mengambilalih negara.
"Apakah informasi Kapolri itu berasal atas data intelijen yang kuat dan akurat, atau cuma untuk konsumsi sensasi publik dan berangkat dari kepanikan sebuah instutusional," kata mantan Direktur Eksekutif for Information and Development Studies (CIDES) itu.
Syahganda sendiri tidak yakin kekuatan teroris di tanah air dapat mengambilalih kekuasaan pemerintah, karena kekuatannya memang tidak terlalu besar, di samping tak memiliki basis persenjataan hebat dan kemampuan bergeraknya pun tidak sebanding sama sekali dengan Tentara Nasional Indonesia.
"Bahkan, dengan polisi saja jauh sekali perbandingannya," ujar Syahganda.
Jaringan kaum teroris, lanjutnya, juga sulit mendapat dukungan dalam upaya menggulingkan pemerintahan, sebab gerakan teroris tidak mendapat kepercayaan rakyat di tempat mana pun, lebih lagi dukungan pihak internasional dalam hal politik dan besarnya pendanaan.
"Teroris juga tidak berhasil menyusup ke dalam TNI dan kepolisian, karenanya kecil sekali kemungkinan mampu mengambilalih kekuasaan," ungkapnya.
Dengan demikian, Syahganda mengharapkan Kapolri bersikap cermat dan tidak menciptakan kecemasan publik dengan pernyataan apa pun, khususnya kaitan teroris di Indonesia yang akan menduduki negara dan mengganti kekuasaan.
"Kita acungi jempol aparat kepolisian berhasil menumpas berbagai kelompok dalam agenda memerangi terorisme, tapi serta merta boleh menyatakan negara akan diambilalih para teroris yang jumlahnya tidak banyak itu. Biar hal itu menjadi kewenangan Kepala BIN dalam membuat penjelasan," demikian Syahganda. (D011/K004)
Langganan:
Postingan (Atom)