Kamis, 25 November 2010

OKI Kecam Negara Penolak Resolusi Penistaan Agama

Addakwah.com. Organisasi Konferensi Islam (OKI) menyatakan keprihatinannya yang mendalam atas absennya lima dari anggotanya dalam mendukung resolusi penistaan agama di Majelis Umum PBB di New York. Demikian dilansir Islammemo.cc, Kamis (25/11).

Juru bicara OKI mengancam bahwa OKI mengambil tindakan pencekalan terhadap negara-negara yang menentang keputusan yang telah disepakati sebelumnya. Dan yang paling mungkin dilakukan adalah pencekalan fasilitas-fasilitas dari organisasi yang berada di bawah OKI, seperti Bank Pembangunan Islam.

Sumber OKI tersebut mengatakan, adanya tekanan Barat terhadap negara-negara seperti Benin, Burkina Faso, Albania, Gabon, dan Kamerun, serta Bosnia dan Herzegovina, untuk tidak menyumbangkan suara. Negara-negara tersebut adalah anggota pengamat organisasi.

Menurut sumber OKI itu juga, seharusnya negara-negara anggota tersebut satu suara mengenai isu yang telah disepakati dalam pertemuan menteri luar negeri negara-negara Islam di Tajikistan, bulan Maret lalu. Dari pertemuan tersebut, OKI telah menelurkan kesepakatan untuk mendukung resolusi penistaan agama itu.

Negara-negara Barat sejak awal memang sudah tidak mendukung resolusi tersebut. Bahkan kampanye untuk menolak resolusi tersebut telah dilakukan, dengan alasan bahwa resolusi tersebut membatasi kebebasan berpendapat dan berekspresi.

Majelis Umum PBB kemarin telah menyutujui resolusi pertama dengan dukungan 74 negara untuk mencegah penistaan agama, termasuk di dalamnya China dan Rusia. Sedangkan 64 negara lainnya menolak, dan 42 negara melarang resolusi tersebut.
Smb; hidayatullah.com

MUI Tulungagung Kecam Festival "Manten Kucing"

Addakwah.com. Majelis Ulama Indonesia (MUI) Tulungagung, Jawa Timur, mengecam Festival Manten Kucing yang digelar pemerintah daerah setempat sebagai salah satu kegiatan memperingati hari ulang tahun (HUT) ke-805 Kabupaten Tulungagung.

"Bagaimana mungkin pemerintah memfasilitasi kegiatan yang berbau syirik dan melukai hati umat Islam. Masak, kucing dinikahkan layaknya menikahkan manusia secara Islam, apalagi disertai ijab qobul dan diiringi sholawat hadrah segala," kata Wakil Ketua Cabang MUI, Maskur Kholil, Kamis (25/11).

Ia menegaskan, ritual atau Festival Manten Kucing yang diikuti 19 kecamatan se-Tulungagung beberapa waktu lalu telah melecehkan kiai dan menodai agama.

Pengasuh Pondok Pesantren Al-Fatah Mangunsari Kedungwaru itu menjelaskan, yang menjadi sorotan MUI adalah penampilan sosok kiai yang menikahkan kucing layaknya perkawinan manusia.

"Siapa pun boleh mengembangkan budaya. Tapi jangan sekali-kali mencampuradukan agama dengan budaya, itu (manten kucing) sama artinya melecehkan kiai," ujarnya.

Kecaman serupa juga dilontarkan Sekretaris MUI, Abu Sofyan Sirojuddin.

Menurut dia, pemerintah daerah dan Bupati Heru Tjahjono tidak menghiraukan peringatan MUI sebelum kegiatan, yang tertuang dalam surat bernomor 115/DP-Kab/MUI-TA/2010.

Padahal, surat itu disampaikan secara resmi dan ditandatangani langsung oleh ketua MUI KH Hadi Mahfud tertanggal 9 November. Ternyata peringatan itu tidak diindahkan dengan tetap menggelar festival dengan menampilkan seperti sosok kiai.

"Kami sudah jauh-jauh hari melayangkan surat peringatan, tapi surat itu dianggap angin lalu," kata salah satu ulama paling berpengaruh di Kota Marmer itu kecewa.

Dikonfirmasi terpisah, Bupati Heru Tjahjono setelah parade dakon masuk MURI mengatakan, pihaknya menyampaikan permintaan maaf kepada seluruh masyarakat Tulungagung.

Ia berjanji, kegiatan yang bisa menimbulkan kontoversi di masyarakat dan kalangan ulama tidak akan digelar lagi pada tahun-tahun mendatang. "Kami minta maaf," kata Bupati.

Festival Manten Kucing sendiri berasal dari ritual serupa yang biasa digelar di Desa Pelem, Kecamatan Campurdarat, namun kemasan ritual itu hanyalah berupa prosesi pemandian sepasang kucing yang secara simbolis dijodohkan di sebuah sumber mata air setempat yang disebut Coban Kromo.

Tradisi itu dilakukan warga Desa Pelem ketika sedang kesulitan air. Suatu perbuatan syirik yang layak untuk dihapuskan.
Smb; hidayatullah.com

Tiap Tahun, 600 Ribu Perokok Pasif Meninggal Dunia

Addakwah.com. Asap rokok yang terhirup karena orang di sekitarnya yang menjadi merokok telah membunuh lebih dari 600 ribu orang di seluruh dunia setiap tahun. Ini adalah penelitian pertama dampak rokok bagi perokok pasif, istilah buat mereka yang selalu terpapar asap rokok sementara mereka bukan peropok ini.

Para peneliti menganalisis data dari tahun 2004 di 192 negara. Mereka menemukan 40 persen anak-anak dan lebih dari 30 persen pria yang tidak merokok dan wanita secara teratur menghirup asap dari oprang di sekelilingnya yang merokok.

Para ilmuwan kemudian memperkirakan bahwa merokok pasif menyebabkan sekitar 379 ribu kematian akibat penyakit jantung, 165 ribu kematian akibat penyakit pernapasan yang lebih ringan, 36.900 kematian akibat asma dan 21.400 kematian akibat kanker paru-paru tiap tahun.

Secara keseluruhan, mereka yang menyumbang sekitar 1 persen dari kematian di dunia. Penelitian yang didanai oleh Badan Nasional Swedia untuk Kesehatan dan Kesejahteraan dan lembaga amal milik Bloomberg ini diterbitkan Jumat di jurnal medis Lancet yang terbit di Inggris.

"Ini membantu kita memahami angka sesungguhnya dari bahaya tembakau," kata Armando Peruga, pimpinan penelitian yang juga manajer program di Tobacco-Free Initiative yang berada di bawah Organisasi Kesehatan Dunia. Dia mengatakan sekitar 603.000 kematian akibat merokok tangan kedua harus ditambahkan ke dalam 5,1 juta kematian akibat merokok setiap tahun.

Peruga mengatakan WHO sangat prihatin dengan 165 ribu anak-anak yang meninggal karena infeksi pernapasan  terkait asap, kebanyakan di Asia Tenggara dan Afrika. "Campuran penyakit menular dan perokok pasif adalah kombinasi mematikan," kata Peruga.

Anak-anak yang orang tuanya merokok memiliki risiko lebih tinggi sindrom kematian bayi mendadak, infeksi telinga, pneumonia, bronkitis, dan asma. paru-paru mereka juga dapat tumbuh lebih lambat dari anak-anak yang orangtuanya tidak merokok.

Peruga dan rekan menemukan jumlah tertinggi orang terpapar asap rokok ada di Eropa dan Asia. Tingkat terendah paparan berada di Amerika, Mediterania, dan Afrika.

Asap memiliki pengaruh terbesar pada perempuan, dan membunuh sekitar 281 ribu di antaranya. Di banyak bagian dunia, perempuan setidaknya 50 persen lebih mungkin menjadi perokok pasif daripada pria.
Smb; republika.co.id

Nenek Obama Berdoa Agar Presiden AS itu Jadi Muslim

Addakwah.com.Nenek Presiden Amerika Serikat Barack Obama mengatakan dirinya saat naik haji di Mekkah berdoa agar Obama memeluk Islam, tulis suatu surat kabar, Kamis.

"Saya berdoa agar cucuku Barack masuk Islam," kata Sarah Omar (88) warga Kenya dalam wawancara dengan surat kabar terbitan Saudi, Al-Watan di Jeddah.

Koran tersebut mengemukakan bahwa Sarah Omar berada di Saudi untuk menunaikan ibadah haji bersama anaknya, Saeed Hussein Obama dan empat cucunya.

Sarah Omar mengemukakan dia hanya mau berkomentar soal ibadah haji dan tak akan berkomentar soal kebijakan politik Barack Obama.

Keluarga tersebut tampaknya diundang melakukan ibadah haji oleh pemerintah Saudi. Saeed mengucapkan terima kasih kepada Raja Abdullah atas "keramahan yang baik",  tulis surat kabar tersebut.
Smb; antaranews.com

Teguh Bantu Korban Merapi Meski Dicaci

Luka lecet dan infeksi di telapak kaki akibat berhari-hari berjalan kaki, bagi Din Setyaningrum (40), tidak terlalu dirasakan menyakitkan, dibanding caci maki dan ungkapan sinis atas niat tulusnya membantu para korban bencana letusan Gunung Merapi.

Ibu rumah tangga warga Perumahan Permata Hijau Blok L No.5, Kecamatan Pesantren, Kota Kediri, Jawa Timur, itu mengaku harus sedikit menahan perasaan hatinya ketika sejumlah orang menganggap niatnya untuk berjalan kaki dari Kota Kediri menuju Stadion Maguwoharjo, Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman untuk menggalang dana bagi para pengungsi bencana letusan Gunung Merapi hanya untuk mencari sensasi.

"Biarlah orang berkata apa, namun hati saya tetap teguh dan tidak goyah untuk terus melanjutkan berjalan kaki sambil menghimpun dana dari donatur perseorangan maupun instansi. Memang tidak sedikit yang memberikan sumbangan, namun banyak juga yang mencibir," kata Din Setyaningrum sesaat setelah tiba di Stadion Maguwoharjo, Sleman, Kamis.

Ibu dari Ika Rahmwati (15) dan Gilang Feby Maulana (10) ini mengaku tidak sakit hati dengan cibiran atau caci yang ditujukan atas niat tulusnya ini. "Apa pun yang mereka berikan saya terima dengan penuh ikhlas dan syukur, ada yang memberi Rp500, namun ada juga yang memberi Rp200 ribu," katanya.

Menurut dia, dirinya memang sempat sedikit mendapat cobaan saat tiba di Mapolres Sragen Jawa Tengah, karena mendapat sambutan yang tidak ramah dari salah satu anggota polisi yang sedang bertugas.

"Biasanya selama dalam perjalanan saya menumpang menginap di kantor polisi baik itu polsek maupun polres, sekaligus saya meminta tanda tangan dan bukti bahwa saya di wilayah tersebut berhasil mengumpulkan dana dari masyarakat. Semuanya bisa diterima dengan baik," katanya.

Ia mengisahkan, sewaktu beristirahat di Polres Ngawi, Jawa Timur, dirinya sangat terharu dengan kebaikan seorang polisi bernama Sutiaji, bahkan Sutiaji memaksa dirinya untuk dibawa ke dokter karena badannya menggigil akibat infeksi kaki setelah berjalan kaki.

"Saya sangat terharu dengan kebaikan mereka, bahkan agar saya dapat beristirahat dengan lebih tenang karena kalau di Kantor Polisi banyak petugas lalu lalang, Sutiaji menawarkan kamar hotel untuk beristirahat. Namun, sebelumnya agar tidak menimbulkan prasangka buruk saya terlebih dahulu minta bertemu dengan istri polisi yang mengantarnya agar tidak menimbulkan fitnah," katanya.

Namun kesan yang baik terhadap annggota polisi ini sedikit berubah saat dirinya mendapat perlakuan tidak simpatik dari aparat kepolisian di Polres Sragen, Jawa Tengah.

"Saat akan menumpang untuk istirahat saya justru dituduh hanya mencari sensasi, cari muka. Polisi itu juga mengatakan jikalau menginap di kantor polisi nanti dikira tidak diopeni, sedang untuk mencarikan hotel tidak ada duit. Padahal saya hanya hanya butuh tempat untuk istirahat seadanya. Yang penting bisa untuk tidur dan tidak harus di kamar," katanya.

Bahkan polisi tersebut mendesak Din Setyaningrum untuk mengurungkan niat tulusnya dan memintanya untuk pulang ke kampungya.

"Kalau pulang atau naik bus berarti niat saya ini menjadi cacat, untuk itu saya memilih meneruskan perjalanan dan terus berjalan kaki untuk ikut merasakan keprihatinan warga korban bencana Merapi," katanya.

Ia mengatakan, satu keyakinan di hatinya jika niat ini benar-benar tulus pasti akan mendapat perlindungan dari Tuhan. Dan keyakinan ini memang terbukti karena setelah peristiwa yang menyakitkan hati itu ternyata banyak warga yang simpati atas niatnya itu dan memaksa mampir memberinya makan dan minum.

"Banyak sekali warga yang peduli, bahkan ada sebuah lembaga yang menyumbang Rp200 ribu, kemudian ada pengusaha toko mebel yang memberikan buah-buahan dan bantuan Rp20 ribu dan masih banyak lagi hingga saya berhasil mengumpulkan dana bantuan sekitar Rp2 juta untuk pengungsi bencana Merapi," katanya.

Apa pun perlakuan baik buruk maupun mendukung perbuatannya, Setyaningrum mengaku menerima semuanya dengan ikhlas.

Didorong rasa keprihatinan yang kuat, Setyaningrum pun tak mempedulikan kaki kanannya yang lecet, infeksi dan harus berjalan terpincang-pincang.

"Saya habis satu pasang sandal dan sepasang sepatu. Modal lainnya balsem untuk meredakan pegal dan menghangatkan otot," katanya.

Saat memasuki kawasan Stadion Maguwoharjo, Kamis (25/11), sekitar pukul 11.30 WIB, setelah selama 10 hari berjalan kaki menempuh jarak ratusan kilometer, Din Setyaningrum yang juga merupakan anggota Persik Mania yang merupakan pendukung setia kesebelasan Persik Kediri, langsung disambut anggota Slemania yang merupakan wadah suporter tim sepakbola PSS Sleman.

Din juga disambut kelompok kesenian Jaranan Wahyu Krida Budaya yang juga datang dari Kota Kediri untuk menghibur para pengungsi bencana letusan Gunung Merapi.

Dengan iringan gamelan dari kelompok Jaranan Wahyu Krida Budaya, Din Setyaningrum langsung disambut Kepala Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kabupaten Sleman, Kriswanto, yang langsung memeluknya dan terharu dan menangis.

Dana yang terkumpul tersebut langsung diserahkan kepada para pengungsi melalui Kepala Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kabupaten Sleman.

"Hanya ini yang bisa kami lakukan, kami juga ingin ikut merasakan penderitaan saudara-saudara kami yang menjadi korban bencana letusan Gunung Merapi. Kami harapkan saudara-saudaraku pengungsi dapat segera melupakan kejadian yang membuat kita semua berduka dan segera bangkit penuh semangat untuk memulai hidup baru," kata Din Setyaningrum terbata-bata sambil sesekali mengusap air matanya.

Ungkapan tulus dari Din Setyaningrum ini juga membuat semua yang hadir dalam penyambutan tersebut tak kuasa membendung air mata. Bahkan Kriswanto dan sebagian besar pengungsi maupun masyarakat yang berada di sisi utara timur Stadion Maguwoharjo tersebut menitikkan air mata.

"Saya sungguh berterima kasih dan sama sekali tidak mengira bahwa sambutan dari warga Sleman sedermikian besar, sungguh dari hati saya hanya ingin ikut merasakan penderitaan saudara-saudara yang harus mengungsi akibat bencana, saya juga mohon maaf jika dana yang terkumpul selama dalam perjalanan ini jumlahnya tidak seberapa, namun yang jelas hanya ini yang bisa saya lakukan," kata Din Setyaningrum.

Kepala Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kabupaten Sleman Kriswanto dalam kesempatan tersebut mengatakan pihaknya mengucapkan terima kasih yang sedemikian besar atas kepedulian yang luar biasa dari Din Setyaningrum ini.

"Sungguh ini sangat luar biasa, semoga ini dapat menggugah semangat para pengungsi untuk segera bangkit kembali," katanya.

Setyaningrum juga berharap, agar para pemimpin negeri ini memiliki rasa kemanusian, kepedulian antar sesama dan tidak hanya mencari keuntungan pribadi memanfaatkan jabatan.

"Para pemimpin negeri ini seharusnya bisa berkaca pada kepedulian warga, rasa gotong royong warga dari berbagai belahan Indonesia yang dengan sukarela membantu korban bencana tanpa memiliki kepentingan," katanya.
Smb; antaranews.com

Merapi Masih Bahaya!

Magelang. Addakwah.com. Setelah kondisi merapi mengalami penurunan aktvitas selama 1 pekan  masyarakat dibuat gelisah dengan adanya letusan kecil yang terjadi sekitar pukul 02.00 waktu dinihari (25/11), dan terjadi hujan abu kembali meskipun tidak deras. Demikian laporan koresponden addakwah.com dari Magelang.  Sampai saat ini masih berstatus awas, sempat dilaporkan kepada kami dari posko FKAM bahwa relawan-relawan yang diterjunkan untuk membantu membenahi rumah dan lingkungannya didaerah Depo kec. Dukun, Kab. Magelang yang berjarak 6 km dari merapi mengalami sedikit kepanikan dengan terajadinya erupsi tersebut.

            Disisi lain mayarakat yang tinggal di sekitar aliran lahar dingin merasa was-was setiap kali terjadi hujan di lereng gunung merapi, seperti di sekitar aliran sungai senowo, sungai putih, sungai lamat, sungai bungu. Bahkan senin malam, 22/11 warga di sekitar aliran sungai bungu sempat mengungsi karena banjir lahar dingin yang menghkawatirkan salah satunya adalah masyarakat desa Mantingan kec. Salam yang mengungsi di Balai Desa Kadiluwih Salam Magelang. Untuk mengantisipasi beratmbahnya pengungsi dari aliran sungai bungu di lapangan Danurojo, Kec. Ngluwar ,Kab. Magelang di dirikian kurang lebih 70 selter box (tenda darurat) bantuan dari Inggris yang diprakarsai relawan GP Ansor Ngluwar Magelang demikiam juga dilapangan desa Gunungpring Muntilan juga dipasang selter box (tenda darurat) yang sama. (Syafrudin)
 

Media Dakwah Copyright © 2010 LKart Theme is Designed by Lasantha