Sabtu, 29 Mei 2010

donasi

Bagi Anda yang ingin berpartisipasi dengan dana dakwah sebagai ladang kebahagiaan di dunia dan akhirat bisa mengirimkan infaqnya ke rekening kami :
Bank Syari’ah Mandiri
No. Rek: 012 000 6366
Atas Nama: Mulyanto  

Semoga amal sekecil apapun yang kita lakukan mendapat balasan dari Alloh subhanahu wa ta’ala.
Saudaraku, perjalanan kehidupan manusia sejak Nabi Adam sampai besok datangnya hari kiamat selalu diwarnai dengan pertarungan antara kebenaran dan kebatilan. Ya, karena memang sejak iblis dilaknat oleh Alloh, ia sudah mengikrarkan akan menjerumuskan manusia. Akhirnya pertarungan abadi itupun senantiasa akan mewarnai kehidupan manusia.
Bentuk dan hasil dari pertarungan itu adalah merebaknya kemaksiatan dan keinginan musuh-musuh Alloh memadamkan cahaya islam hingga berganti dengan pekatnya kegelapan.
Saudaraku, hari ini kita berada di era pertarungan itu. Akankah kita berada di kubu iblis ataukah di kubu pembela Alloh dan Rasul-Nya. Semua terserah kita.

Janji Sebelum Janji


Mitsaq yang diambil oleh Allah Ta’ala dari Adam dan keturunannya adalah benar adanya.”
Mitsaq berarti janji. Makna matan ini, Allah Ta’ala telah mengambil janji dari seluruh manusia dan mempersaksikan kepada mereka, bahwa Dia adalah Rabb alam semesta. Landasan matan yang menerangkan tentang mitsaq ini adalah firman Allah:


(Ingatlah) ketika Rabb-mu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari punggung (sulbi) mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman), ‘Bukankah aku ini Rabb-mu?’ Mereka menjawab, ‘Benar, (Engkau adalah Rabb kami). Kami menjadi saksi.’ (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari Kiamat kamu tidak mengatakan, ‘Sesungguhnya kami (anak-cucu Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Allah); atau agar kamu tidak mengatakan, ‘Sesungguhnya orang-orang tua kami telah mempersekutukan Allah sejak dahulu, sedang kami ini adalah anak-anak keturunan yang (datang) sesudah mereka. Maka, apakah Engkau akan membinasakan kami karena perbuatan orang-orang yang sesat dahulu?’. (QS. Al-A’raf: 172-173)

Pakistan Luncurkan Millatfacebook untuk Perangi Facebook


Islamabad (addakwah.com) – Setelelah terus-menerus menjadi ajang tempat menghujat dan menghina Islam termasuk Nabi Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wassalam para profesional muda bidang IT dari Pakistan menciptakan sebuah situs jejaring sosial mirip dengan Facebook bagi umat Islam yang diberi nama millatfacebook.
Orang-orang Pakistan yang marah dengan Facebook atas karikatur penghujatan Nabi Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wassalam telah membuat sebuah situs jaringan spin-off yang mereka impikan dapat menghubungkan 1,6 miliar penduduk Muslim diseluruh dunia.
Sekelompok pemuda terdiri dari enam profesional IT dari Lahore, ibukota budaya dan hiburan Pakistan, pada hari Selasa meluncurkan www.millatfacebook.com bagi umat Islam untuk berinteraksi online dan protes terhadap penghujatan.
..Sebuah situs untuk umat Islam oleh umat Islam di mana orang-orang “baik” dari agama-agama lain juga diterima, kata website tersebut memberitahu orang yang tertarik mendaftar..
Usaha swasta tersebut muncul setelah sebuah pengadilan Pakistan memerintahkan untuk menutup Facebook sampai dengan 31 Mei, menyusul pelanggaran yang mendalam atas sebuah halaman “Hari Setiap Orang Menggambar Muhammad’ dianggap ‘menghina’ dan ‘melanggar kesucian Nabi. ‘Millatfacebook sendiri adalah situs jaringan sosial pertama yang benar-benar berasal dari Pakistan sendiri. Sebuah situs untuk umat Islam oleh umat Islam di mana orang-orang “baik” dari agama-agama lain juga diterima, kata website tersebut memberitahu orang yang tertarik mendaftar.
Dijuluki MFB (Muslim Facebook-Red), setelah julukan Facebook adalah FB, pendirinya mengatakan para profesional yang bekerja di MFB menawarkan fitur serupa dengan Facebook.
Setiap anggota memiliki ‘dinding’ bagi teman-teman untuk mengomentari. Situs ini menawarkan email, foto, video, chatting dan fasilitas ruang diskusi. Kata Millat dari bahasa Urdu digunakan oleh umat Islam untuk merujuk kepada kaum mereka. Situs tersebut mengklaim telah menarik 4.300 anggota dalam tiga hari terakhir- sebagian besar orang-orang Pakistan berusia 20-an yang berbahasa Inggris. [aa/AFP]

Pengadilan Jerman Larang Muslim Sholat di Sekolah


addakwah.com–Satu pengadilan tingkat banding di Jerman memutuskan melarang siswa menengah atas yang beragama Islam mengerjakan shalat di antara jam pelajaran di sekolah umum tempatnya menuntut ilmu, demikian laporan media setempat.
Pengadilan yang berkedudukan di Berlin-Bradenburg, menolak putusan sebelumnya yang membolehkan siswa itu yang bernama Yunus M untuk shalat selama jam pelajaran sepanjang tidak mengganggu aturan sekolah.
Karena sebagai muslim, Yunus M berpendapat kewajiban sholat lima kali sehari sesuai ajaran Islam kadangkala tumpang tindih dengan jam-jam sekolah, khususnya pada musim dingin manakala hari-hari lebih pendek. Sebelum kasus itu dibawa ke pengadilan, Yunus M menjalankan ibadah shalatnya pada saat istirahat dengan menggunakan jaket sebagai sajadahnya di salah satu ruang sekolah.
Namun putusan pengadilan banding ini, masih akan dibawa ke pengadilan federal. Jerman sendiri adalah negara yang tercatat mempunyai penduduk empat juta muslim, yang 2,5 juta di antaranya adalah keturunan Turki. [ant/hidayatullah.com] kwah

Semakin Panik Israel Semakin Lucu


addakwah.com—Setelah hampir 20 jam lamanya Mavi Marmara dalam keadaan stationary (diam) di posisi 180 mil dari pantai Gaza, Presiden Insani Yardim Vakfi (IHH) Fahmi Bulent Yildirim mengakui menerima berbagai skenario ancaman Israel terhadap kafilah kemanusiaan Freedom Flotilla.
Termasuk dalam ancaman itu adalah bahwa pasukan bersenjata Israel akan menembakkan gas air mata dan memaksa masuk ke dalam kapal dalam usaha mencegah kafilah mencapai Gaza. “Kalau skenario ini yang mereka ambil, kami sudah siap,” ujar Bulent di media room Mavi Marmara.
“Pertahanan kita sederhana dan basic. Mereka tidak boleh masuk kapal ini. Kalau mereka memaksa terus, maka itu artinya mereka melanggar hukum internasional.”
Ketika ditanya apa modal Freedom Flotilla mencegah masuknya pasukan Israel ke dalam kapal, Bulent menjawab, “Kita tidak punya senjata apa pun di sini, bahkan sebatang paku pun tidak. Tapi kita punya kemauan.”
Bulent mengingatkan bahwa penumpang termuda di atas Mavi Marmara adalah seorang bayi di bawah usia satu tahun, dan seorang lagi anak berusia delapan tahun, yang adalah anggota keluarga Anak Buah Kapal (ABK).
“Sejauh ini semua pernyataan yang datang dari Israel bersifat negatif dan justru merugikan Israel sendiri… Apa pun keputusan Israel saat ini, mereka dalam posisi sulit. Kalau dia menerima kita masuk, maka dia akan malu tetapi kalau dia menolak kita masuk ke Gaza pun Israel akan harus berhadapan dengan tekanan internasional.”
Kalau Israel memang negara demokratis sebagaimana pengakuannya selama ini, maka “Israel harus mengizinkan kita masuk, karena kita hanya membawa bantuan kemanusiaan.”
Namun Israel adalah sebuah negara yang didirikan lewat agresi militer dan banyak aksinya yang berdasar pada arogansi dan pameran kekuatan militer.
“Kita akan terus maju dan kita akan masuk ke Gaza. Palestina bukan sekedar urusan Palestina, Laut Tengah ini bukanlah satu-satunya wilayah yang terpengaruh oleh masalah ini. Seluruh dunia akan terpengaruh (oleh situasi ini) mulai dari Jakarta sampai Kuala Lumpur sampai London sampai Islamabad.”
“Kalau sampai terjadi sesuatu pada kafilah ini, seluruh dunia akan bersatu memprotes. Terlalu mahal harga yang akan harus Israel bayar kalau dia mencegah kita masuk. Israel akan harus mempertanggungjawabkan ini kepada seluruh dunia.”
Lucu
Menurut Bulent, semakin lama Israel terus membuat pernyataan-pernyataan yang semakin lucu mengenai Freedom Flotilla – bahkan di saat seisi dunia memandang dan mengetahui situasi yang sesungguhnya. “Ironisnya adalah bahwa Israel, dengan seluruh kekuatan militernya itu, terus saja memperlakukan Gaza dengan cara seperti ini dan terus mempersulit kita masuk. Kami ini organisasi kemanusiaan, harusnya kami yang merasa ngeri dan takut karena perlakuan Israel ini. “
Terlepas dari semua ancaman itu, kata Bulent, “kita akan berhasil masuk Gaza Insya-Allah.”
Timeframe
Menurut Bulent, diamnya Freedom Flotilla di posisinya sekarang ini masih ada di dalam kerangka waktu yang diperkirakan oleh IHH sejak awal. Dikabarkan bahwa pada saat ini sejumlah anggota parlemen dari sejumlah negara pendudung kafilah ini masih mengalami kesulitan untuk menyusul dan bergabung dengan Mavi Marmara.
Saat ini mereka berada di antara Cyprus Yunani dan Cyprus Turki dan “kami masih menanti.” Bulent meminta agar semua di atas kapal “bersabar dan kita lihat nanti bagaimana perkembangannya.”
Termasuk dalam negara-negara yang sudah disebutkan mendukung kafilah Freedom Flotilla adalah Prancis, Brazil, Chile, Italia, Meksiko, Belgia dan beberapa negara Eropa lainnya. “Namun kami masih menunggu dukungan dari negara-negara lain.”
Ketika ditanya kemungkinan PBB campur tangan dengan cara memeriksa berbagai barang bawaan serta penumpang Freedom Flotilla, Bulent menjawab, “Kami tidak akan pernah mengizinkan Israel masuk dan memeriksa kami. Kalau PBB, kami akan diskusikan lagi nanti.”
“Kami hanya organisasi kemanusiaan yang membawa bantuan. Adalah harapan tulus kami bahwa pada akhirnya situasi krisis ini akan segera diselesaikan dengan baik. Harap Anda semua yakin bahwa tidak akan satu orang di pun di sini akan terluka, tidak akan ada setetes darah pun tertumpah.” [Dzikrullah, Santi Soekanto, Surya Fachrizal/www.hidayatullah.com]

Bakti Ulama kepada Ibunda Mereka


Menghormati orangtua sangat ditekankan dalam Islam. Banyak ayat di dalam Al-Qur’an yang menyatakan bahwa segenap mukmin mesti berbuat baik dan menghormati orangtua. Selain menyeru untuk beribadah kepada Allah semata, tidak menyekutukan-Nya dengan apa pun, Al-Qur’an juga menegaskan kepada kaum beriman untuk menunjukkan rasa syukur kepada Allah dengan menghormati keduanya.
Dan Islam memberikan penghormatan dan kedudukan yang amat tinggi kepada para ibu. Seseorang yang menghormati ibunya akan ditempatkan di surga, sedangkan anak yang durhaka kepada ibunya akan ditempatkan pada posisi terhina.

Allah berfirman, “Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Ku-lah kembalimu. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersatukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Ku-lah kembalimu, maka Ku-beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” (Luqman: 14-15)
Rasulullah sendiri, meskipun hanya beberapa tahun berada dalam dekapan ibunya, beliau merasakan betul kasih sayangnya. Kenangan manis bersama sang ibu sangat membekas, melahirkan sifat kasih dan hormat, terutama kepada kaum ibu. Kepada ibu-ibu yang pernah menyusuinya, beliau memberikan penghormatan dan penghargaan yang setingi-tingginya.
Tak heran jika ketika Rasulullah ditanya seorang sahabat, “Ya Rasulullah, siapakah yang harus aku hormati di dunia ini?” Maka Rasulullah menjawab, “Ibumu.” Pertanyaan itu diulang sampai tiga kali, dan Rasulullah menjawab dengan jawaban yang sama. Ketika ditanya untuk keempat kalinya, barulah beliau menjawab, “Ayahmu.”
Sifat kasih dan penghormatan tulus Rasulullah terhadap ibu diresapi dengan baik oleh manusia-manusia terbaik dan para ulama Salafus-Shalih
Sifat kasih dan penghormatan tulus Rasulullah terhadap ibu diresapi dengan baik oleh manusia-manusia terbaik dan para ulama Salafus-Shalih umat ini. Mereka mencurahkan perhatian yang sangat besar terhadap kepentingan dan kebahagiaan ibu mereka. Bila perlu berusaha mencari apa saja yang bisa dikerjakan demi menyenangkan sang ibu, meski harus "membuang" banyak waktu.
Tengoklah Umar bin Khatthab yang begitu hormat kepada ibunya, sampai dalam urusan yang remeh sekalipun. Dalam hal makan, misalnya, dia tidak pernah makan mendahului ibunya. Umar dikenal luas sebagai sahabat yang paling ditakuti dan disegani karena keberanian dan ketegasannya, bahkan setan pun lari terbirit-birit bila melihat Umar. Kendati demikian, dia tidak berani makan bersama-sama dengan ibunya, sebab dia khawatir akan mengambil dan memakan hidangan yang tersedia di meja, sementara ibunya menginginkan makanan tersebut. Baginya, seorang ibu telah mendahulukan anaknya selama bertahun-tahun ketika sang anak masih kecil dan lemah.
Pun demikian dengan para sahabat lainnya, sebut saja Usamah bin Zaid bin Haritsah (putra dari orang kesayangan Rasulullah, ibunya adalah Ummu Aiman yang merawat Rasul di masa kecil). Dari Muhammad bin Sirin, diriwayatkan bahwa pada masa pemerintahan Utsman bin Affan, harga pokok kurma mencapai seribu dirham. Maka Usamah mengambil dan menebang sebatang pohon kurma dan mencabut umbutnya (yakni bagian di ujung pangkal kurma berwarna putih, berlemak berbentuk seperti punuk unta, biasa dimakan bersama madu). Lalu diberikannya kepada ibunya untuk dimakan. Orang-orang bertanya, ”Apa yang menyebabkan engkau melakukan hal itu? Padahal engkau tahu bahwa pangkal kurma kini harganya mencapai seribu dirham?” Dia menjawab, ”Ibuku menghendakinya. Setiap ibuku menginginkan sesuatu yang mampu aku dapatkan, aku pasti memberikannya.”
…Begitu elok kisah para shahabat Rasulullah. Cinta mereka kepada sang ibu mengundang decak kagum. Mereka tak melakukan secuil kesalahan pun terhadap ibu mereka…
Begitu eloknya kisah para shahabat Rasulullah. Cinta mereka kepada sang ibu sungguh mengundang decak kagum. Seolah-olah tak sedikit pun mereka membiarkan diri melakukan secuil kesalahan terhadap ibu mereka. sampai-sampai Abdullah bin Abbas menjadikan ibu sebagai sarana untuk bertobat kepada Allah.
Dikisahkan bahwa ada seorang lelaki menemui Ibnu Abbas seraya menuturkan kisahnya, “Aku pernah mencintai seorang wanita, lalu meminangnya, namun ditolak. Setelah itu datang pria lain meminangnya, ternyata diterima. Aku merasa cemburu sehingga membunuhnya. Apakah aku berkesempatan untuk bertobat?” Ibnu Abbas balik bertanya, “Apakah ibumu masih hidup?” Lelaki itu menjawab, “Tidak.” Ibnu Abbas melanjutkan, “Kalau begitu, bertobat saja kepada Allah dan beramallah sebisamu.” Seorang yang hadir di situ bertanya kepada Ibnu Abbas, “Kenapa engkau menanyakan tentang ibunya?” Ibnu Abbas menjawab, “Aku tidak mengetahui adanya suatu amalan yang lebih mampu mendekatkan seseorang kepada Allah selain berbakti kepada seorang ibu!” (Diriwayatkan Al-Bukhari dalam Al-Adab Al-Mufrad)
Hal demikian tidak berbeda dengan para ulama salaf yang menjadi rujukan keilmuan dan wawasan umat. Disebabkan menolak jabatan hakim yang ditawarkan penguasa Bani Umayyah, Imam Abu Hanifah selalu mendapatkan intimidasi dan siksa, sampai akhirnya dijebloskan ke penjara. Ketika di dalam penjara, Imam Abu Hanifah terlihat sering menangis, tapi bukan karena dahsyatnya siksaan yang diterima. Salah seorang sahabatnya di dalam penjara mengonfirmasikan hal itu kepada Imam Abu Hanifah. Dia menjawab, “Demi Allah, aku menangis bukan karena sakit didera cambuk, melainkan karena aku teringat akan ibuku. Sungguh, tetesan airmatanya membuatku sangat sedih.” Ya, sang Imam lebih mengkhawatirkan kondisi ibunya dikarenakan dirinya terpenjara.
Demikian juga yang terjadi pada Imam Malik bin Anas dan Imam Ahmad bin Hambal. Dalam artikelnya, Menghormati Ibu, Chandra Kurniawan menulis bahwa kedua ulama ini begitu tekun menuntut ilmu hingga berhasil menjadi ulama besar karena ingin menghormati sang ibu, yang telah membesarkan dan mendidiknya hingga besar. Imam Malik selalu terkenang dengan apa yang dilakukan ibunya ketika dirinya masih kecil. Selesai shalat shubuh beliau dimandikan ibu, disediakan pakaian yang baik, diusapi minyak wangi, dan dipakaikan serban dikepalanya. Setelah tampak rapi, beliau diantar ibunya untuk belajar agama kepada seorang ulama.
Ibunda Imam Ahmad adalah seorang janda. Sekalipun cantik, ibunya selalu menolak lamaran lelaki yang ingin menikahinya. Hanya dengan alasan ingin membesarkan dan mendidik anaknya. Segala beban berat dalam menanggung biaya hidup dilakukan ibunya seorang diri. Imam Ahmad merasa sedih dan gelisah melihat apa yang dilakukan ibunya untuk dirinya. Sebagai balasannya, beliau bertekad kuat untuk menuntut ilmu dengan sungguh-sungguh. Beliau telah membuktikan sendiri dengan menjadi salah seorang ulama terbesar sepanjang sejarah.
…Imam Syafi’i selalu meminta petunjuk dan nasihat ibunya kepada siapa beliau mesti berguru. Padahal Imam Syafi’i adalah pelajar terpandai…
Sewaktu ibunya masih hidup, Imam Syafi’i selalu meminta petunjuk dan nasihat ibunya kepada siapa beliau mesti berguru. Padahal Imam Syafi’i adalah pelajar terpandai dan bisa saja beliau memilih guru yang beliau anggap paling bagus. Tetapi hal itu tidak beliau lakukan.
Ketika Imam Ibnu Taimiyah tinggal untuk beberapa lama di Mesir, beliau menyampaikan keinginan itu kepada ibunya dan meminta izin kepadanya lewat sebuah surat yang memuat betapa cinta kasih seorang anak dan kebaktiannya kepada ibu. Di dalam surat itu tertulis doa seorang anak untuk ibunya dan mengharapkan sang ibu juga mendoakannya. Siapa yang tidak mengenal Ibnu Taimiyah yang namanya harum di seantero penjuru bumi, dihormati masyarakat, dikenal ketegasannya. Namun dihadapan ibunda tercinta, dia tertunduk patuh, penuh cinta.
Seolah-olah menghormati ibu telah menjadi bagian dari kebesaran nama mereka. Mereka telah membuktikan bahwa kesibukan mereka berdakwah, popularitas mereka, tidak menghalangi mereka untuk menghormati ibu. Justru dengan menghormati ibu, nama mereka semakin terangkat pada puncak kemuliaan. Inilah sebuah berkah ibu yang seringkali luput dari perhatian kita. [ganna pryadha/voa-islam.com]

Agar Anak Tidak Berbohong


Pernahkah anak anda berbohong ?
Apakah yang anda lakukan ?
Memarahinya ?
Menghukumnya ? atau
Membiarkannya ?
Setiap anak rata-rata pernah berbong pada orang lain. Berikut kisah anak dengan bapaknya disebuah keluarga .Di suatu sore terdengarlah Adzan Ashar,pergilah Abah ke Masjid untuk sholat Ashar .setelah selesai Ashar lalu Abah pulang, setibanya dirumah, Abah bertanya pada salah satu anaknya,”Sudah sholat Mbak Nabila?”. Nabila menjawab,“Sudah bah”. ”lho, kok cepat amat dan tidak ada tanda kamu habis shalat ?, pasti belum sholat kan ?”,tanya Abah. “Udah, bener tadi udah sholat di sekolah”,Nabila beralasan. “Sholat apa ? “, tanya Abah. Nabila menjawab, “sholat dhuhur”. Dengan sabar Abah menjelaskan,“E…mbak, sholat itu sehari 5 kali ya…?, Isya’,shubuh, Dhuhur, Ashar dan maghrib,tadi udah sholat Dhuhur sekarang sholat Ashar,ya..?”. “Iya ,Bah….”,jawab Nabila sambil pergi berwudlu mau sholat.

Kisah tersebut hanya sebagian kecil dari kelakuan anak ketika dibiasakan menunaikan kewajiban sholat. Anak akan merespon baik, jika kita memerintahkan anak dengan baik dan bisa diterima anak. Menurut kita, anak kadang berbohong, padahal anak tersebut memang belum memahami sebuah kewajiban seperti kisah diatas. Tapi kadang anak betul-betul berbohong pada orang tua karena takut dihukum atau dimarahi orang tuanya. Demikian juga di sekolah berbohong pada guru karena takut pada hukuman guru.
Alasan Mengapa Anak Berbohong
    Alasan yang paling umum dari berbohong, khususnya di antara sesama anak-anak, adalah takut akan hukuman. Terutama jika hukuman yang diberikan cukup keras, atau orangtua berharap terlalu tinggi dan tak realistis terhadap anaknya. Maka ia akan berbohong dan mengatakan sudah melakukannya, walau ternyata ia lupa melakukannya.
    Keadaan yang sangat mendesak terkadang menyebabkan seorang anak mencari alasan atau jawaban untuk menyelamatkan diri dari kondisi yang tidak menyenangkan. Seperti pada kasus anak yang dihukum oleh gurunya karena tidak mengerjakan PR dan sering dimarahi orang tuanya, maka ketika ia mendapat hukuman dari gurunya, ia akan menceritakan kepada orang tuanya bahwa hari itu ia justru mendapat hadiah yang sangat menyenangkan.
    Meniru orang dewasa, anak akan meniru perilaku orang dewasa disekitarnya. Jika orang tua memberikan alasan dan mengatakan sesuatu yang bersifat bohong untuk menghindari suatu kegiatan didepan anaknya, maka berarti secara tidak sadar orang tua telah memberikan contoh yang buruk kepadanya. Sebagai contoh, Seorang anak melihat adiknya menangis meminta permen lagi, ibunya datang menenangkan adiknya tadi dengan mengatakan, “ ssst…udah diam permennya habis dimakan cicak itu..!. Padahal permennya masih ada dan diambil ibunya dan disembunyikan karena tidak ingin anaknya banyak makan permen. Maka suatu saat anak itu akan meniru sikap ibunya tadi.
    Dengan bertambahnya usia anak, anak menyadari pengendalian terbaik yang bisa dimiliki adalah pengendalian informasi. Umumnya, semakin orangtua memaksa atau melibatkan diri secara berlebihan, semakin besar kemungkinan anak remaja akan berbohong dengan mengabaikan informasi misalnya, “Tadi kamu kemana?” akan dijawabnya, “Tidak ke mana-mana,atau “ada apa?” akan dijawab “tidak apa-apa”.
Apapun alasannya, berbohong adalah perbuatan yang dibenci Allah. Tidak ada seorang pun yang suka dibohongi. Islam mengajarkan kita untuk menghindari sifat bohong karena akan merusak hubungan sosial dan merugikan diri sendiri.
Rasulullah saw bersabda :
“Hendaklah kalian menjauhi sifat bohong, karena bohong akan menggiring orang pada kejahatan dan sesungguhnya kejahatan akan menjerumuskannya kedalam neraka. Dan orang yang selalu berbohong Allah akan menetapkannya sebagai“ kadz-dzaban (pembohong) (HR Bukhari).
Tip Menghadapi anak berbohong
    Komunikasi Komunikasi yang terjalin dengan baik antara orang tua dan anak akan mempersempit peluang seorang anak untuk berbohong. Buatlah nuansa keterbukaan yang baik dengan anak-anak kita. Termasuk juga meng-komunikasi-kan apa itu bohong, apa akibat dari bohong dan lain-lain.
    Jadilah Teladan Anak adalah cermin diri kita, anak bisa meniru perilaku orang tua dengan ketepatan yang luar biasa. Oleh karena itu, jadilah teladan yang baik. Jujurlah dihadapan anak dan terutama dihadapan Allah SWT.
    Jangan Menuduh Dulu Setiap orang butuh diberi kepercayaan, begitu pula dengan anak-anak. Berikan kepercayaan padanya. Dahulukanlah husnudzan (baik sangka). Dengarkan alasan yang dia kemukakan, dan tanamkanlah kuat-kuat rasa percaya dalam hati kita kepada anak-anak kita.
    Hindari hukuman yang terlalu keras dan sering.Hukuman yang dirasakan berat dan sering oleh anak-anak akan membuat dia kreatif untuk mencari “cara selamat“, meski harus membohongi orang tuanya.
    Jangan memojokkan anak. Buat suasana tenang dan santai agar bisa nyaman bercerita.
    Jangan emosi, kalau kita marah, maka akan semakin takut dan menutupi dengan kebohongan yang lain.
Demikian semoga bermanfaat. [trion] (Dari berbagai sumber)
 

Media Dakwah Copyright © 2010 LKart Theme is Designed by Lasantha