Jakarta - Sekitar 11.784 pengungsi yang tersebar di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah direncanakan akan dipulangkan ke rumahnya masing-masing hari ini. Namun rencana kepulangan pengungsi itu akhirnya ditunda karena minimnya armada yang disediakan Satkorlak Penanggulangan Bencana Erupsi Gunung Merapi Pemerintah Kabupaten Magelang.
"Selain karena menunggu giliran armada, sebagian pengungsi bertahan karena kondisi rumah mereka masih dalam keadaan rusak," kata Kepala Bidang Penanggulangan Bencana Satkorlak Penanggulangan Bencana Erupsi Merapi Moch Damil A Yani saat ditemui detikcom di Pos Induk Satkorlak, Magelang, Jawa Tengah, Sabtu (04/12/2010).
Para pengungsi ini sejak status Merapi dinyatakan turun dari awas menjadi siaga, sudah mulai berkemas-kemas untuk bisa pulang ke rumahnya kembali. Kepulangan pengungsi ini pun ditunda hingga besok, Minggu (5/12).
"Kepulangan mereka ya menyesuaikan armada,” ujar staf Satkorlak penanggulangan bencana erupsi Magelang, Ita Kusumawati.
Bandi (58) salah seorang pengungsi dari Desa Paten, Kecamatan Dukun mengatakan, sudah 2 hari lalu berkemas-kemas untuk pulang. Namun angkutan yang hendak mengantarnya pulang belum juga datang.
"Nunggu armada angkutan dari bapak-bapak pemerintah mas. Katanya yang mau pulang sudah mengantre banyak. Jadi ya kita berusaha untuk sabar saja," ungkap Bandi.
Pengungsi Merapi Magelang Tolak Program Pembelian Ternak
Program pembelian ternak milik pengungsi oleh pemerintah pusat dinilai lamban. Ternak pengungsi Merapi baru akan dibeli pemerintah Minggu (5/11/2010), setelah pengungsi direncanakan bisa pulang ke rumahnya. Para pengungsi Merapi di Magelang pun ramai-ramai menolak program tersebut.
"Pembelian ternak yang dilakukan pemerintah sangat lamban. Dulu waktu kita mengungsi cuma hanya didata dan didata saja. Padahal saat itu kita butuh uang untuk bertahan di pengungsian," kata seorang pengungsi, Bandi.
Warga Desa Paten, Kecamatan Dukun ini mengatakan, proses pendataan yang dilakukan pemerintah kepada para pengungsi baru dilakukan sebulan yang lalu dan sampai saat ini tidak ada realisasinya. Bandi tak rela 2 ekor kerbau miliknya yang sudah bertahun-tahun dia urus sendiri, harus dibeli pemerintah dengan harga yang murah.
"Dulu saya beli sapi saya yang betina umur 2 tahun seharga Rp 4 juta. Kalau dibeli murah sama pemerintah sekarang sudah berumur 6 tahun ya saya keberatan," ungkapnya.
Menurut Bandi, lebih baik pemerintah memberi bantuan berupa bekatul; dan garam krasak yang bisa digunakan untuk makan dan minum ternak miliknya.
"Kalau itu tidak ada masalah. Apalagi diberi bantuan pengobatan ternak, kami malah terima," pintanya. (sumber: detik.com)
Sabtu, 04 Desember 2010
Buktikan Yogya Aman, Ribuan Warga Gelar Kenduri
Yogyakarta - Ribuan warga Yogyakarta mulai pagi ini menggelar acara 'Kenduri Jogja'. Acara itu digelar untuk membuktikan Kota Yogyakarta sudah aman dari erupsi, dan status Merapi juga sudah diturunkan.
Acara digelar Pemerintah Kota Yogyakarta di titik nol kilometer, di tengah simpang empat Kantor Pos Besar di Jl Senopati, Minggu (5/12/2010). Acara ini sengaja dibuat untuk menarik wisatawan agar mau datang ke Yogyakarta lagi dan menegaskan Yogyakarta aman.
Saat acara digelar, ribuan warga Yogyakarta sejak pukul 06.00 WIB sudah mamadati
kawasan tersebut. Di sekitar lokasi terpampang baliho besar bertuliskan 'Ayo ke Jogja, Jogja Tetap Nyaman Dikunjungi'. Para peserta juga membawa bendera kecil bertuliskan tulisan serupa.
Dalam acara itu warga Yogyakarta dari kampung-kampung, paguyuban dan berbagai komunitas membawa nasi tumpeng. Nasi tumpeng dengan aneka sayur dan lauk pauk lengkap itu sebagai wujud rasa syukur warga Yogyakarta serta untuk meneguhkan bahwa masyarakat Yogyakarta mampu bangkit dari musibah yang baru saja dialami.
Hadir dalam acara itu Walikota Yogyakarta, Herry Zudianto, Wakil Walikota Haryadi Suyuti, Dandim 0734 Letkol Arudji Anwar, Ketua DPRD DIY Henry Kuncoroyekti, Kapoltabes Yogyakarta Kombes Atang Heradi dan Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X. Mereka juga mengenakan kaos seragam warna abu-abu bertuliskan 'Ayo ke Jogja'.
Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X dalam sambutannya mengatakan, setelah 40 hari erupsi Merapi, sudah saatnya warga Yogyakarta bangkit kembali. Warga Yogya harus mampu bangkit, bahu-membahu memberikan pertolongan kepada warga yang tertimpa musibah.
"Hari ini kita tunjukkan kepada dunia bahwa Yogyakarta tetap aman sehingga tidak perlu takut datang ke Yogya," kata Sultan.
Usai mendengarkan pidato Sultan, warga Yogyakarta yang memadati kawasan itu bersama-sama meneriakkan, "Hidup Yogya, ayo ke Yogya, Yogya memang istimewa!"(sumber: detik.com)
Acara digelar Pemerintah Kota Yogyakarta di titik nol kilometer, di tengah simpang empat Kantor Pos Besar di Jl Senopati, Minggu (5/12/2010). Acara ini sengaja dibuat untuk menarik wisatawan agar mau datang ke Yogyakarta lagi dan menegaskan Yogyakarta aman.
Saat acara digelar, ribuan warga Yogyakarta sejak pukul 06.00 WIB sudah mamadati
kawasan tersebut. Di sekitar lokasi terpampang baliho besar bertuliskan 'Ayo ke Jogja, Jogja Tetap Nyaman Dikunjungi'. Para peserta juga membawa bendera kecil bertuliskan tulisan serupa.
Dalam acara itu warga Yogyakarta dari kampung-kampung, paguyuban dan berbagai komunitas membawa nasi tumpeng. Nasi tumpeng dengan aneka sayur dan lauk pauk lengkap itu sebagai wujud rasa syukur warga Yogyakarta serta untuk meneguhkan bahwa masyarakat Yogyakarta mampu bangkit dari musibah yang baru saja dialami.
Hadir dalam acara itu Walikota Yogyakarta, Herry Zudianto, Wakil Walikota Haryadi Suyuti, Dandim 0734 Letkol Arudji Anwar, Ketua DPRD DIY Henry Kuncoroyekti, Kapoltabes Yogyakarta Kombes Atang Heradi dan Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X. Mereka juga mengenakan kaos seragam warna abu-abu bertuliskan 'Ayo ke Jogja'.
Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X dalam sambutannya mengatakan, setelah 40 hari erupsi Merapi, sudah saatnya warga Yogyakarta bangkit kembali. Warga Yogya harus mampu bangkit, bahu-membahu memberikan pertolongan kepada warga yang tertimpa musibah.
"Hari ini kita tunjukkan kepada dunia bahwa Yogyakarta tetap aman sehingga tidak perlu takut datang ke Yogya," kata Sultan.
Usai mendengarkan pidato Sultan, warga Yogyakarta yang memadati kawasan itu bersama-sama meneriakkan, "Hidup Yogya, ayo ke Yogya, Yogya memang istimewa!"(sumber: detik.com)
Pemerintah Siapkan Dana Rp 15 M untuk Program Padat Karya Korban Merapi
Jakarta - Pemerintah telah menyiapkan program padat karya (cash for work) untuk pemberdayaan perekonomian masyarakat di lereng Merapi. Dana siap pakai itu sebanyak Rp 15 miliar.
“Dana yang siap dicairkan oleh pemerintah untuk pelaksanaan program padat karya ini kurang lebih sebanyak Rp 15 miliar,” ungkap Koordinator Tim Pemulihan Kegiatan Ekonomi Masyarakat (TPKEM), Sujana Royat, kepada wartawan di Media Center Tanggap Darurat Merapi, Jl Kenari 14 A, Yogyakarta, Sabtu (4/12/2010).
Rencananya, dana sudah dapat dicairkan dan segera digunakan mulai Senin besok. Sujana mengatakan dana akan dialokasikan ke beberapa kabupaten yang terkena dampak langsung erupsi Merapi, antara lain Kabupaten Sleman, Klaten, Boyolali dan Magelang.
“Dana akan dicairkan mulai Senin lusa dan diharapkan pada tanggal tersebut sudah dimulai kegiatan di lapangan, khususnya di Kabupaten Sleman, Magelang, Klaten dan Boyolali”, katanya.
Program padat karya ini rencananya akan berjalan hingga April 2011 mendatang. Adapun dana Rp 15 miliar tersebut adalah untuk program sampai akhir tahun ini.
“Dana siap pakai Rp 15 miliar ini hanya digunakan untuk program cash for work hingga akhir Desember 2010. Sedangkan untuk tahun 2011, dari Januari hingga April, anggaran akan melibatkan DIPA 17 kementerian dan lembaga. Kementerian Koordinator Kesejahteraan Rakyat akan fokus untuk koordinasi di lapangan,” ujar Sujana.
Dia mengatakan, program padat karya ini dilakukan untuk mengembalikan kondisi perekonomian masyarakat pasca bencana erupsi Merapi. Sasaran dari program ini tidak hanya untuk pengungsi saja, melainkan juga masyarakat kota yang kehilangan pekerjaan.
TPKEM juga telah mendata beberapa wilayah terkait kapasitas pelaksanaan program padat karya ini. Tercatat, Pemkot Sleman telah menyiapkan 26 paket untuk padat karya selama 18 hari, Pemkab Magelang 105 paket selama 18 hari, Klaten 10 paket selama 14 hari dan Boyolali 15 paket selama 25 hari.
Disisi lain, Sujana, yang juga sebagai Deputi Menko Kesra Bidang Koordinator Penanggulangan Kemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat ini, menambahkan, program ini akan lebih dulu mengutamakan perbaikan perekonomian di kawasan Merapi ketimbang wilayah lain.
“Kegiatan ini akan lebih memfokuskan dulu pada perbaikan sederhana infrastruktur dan sarana prasarana umum yang bersifat darurat di sekitar lereng Merapi, seperti pasar, jalan dan lainnya. Misalnya pembersihan lingkungan, sungai, memperbaiki rumah rusak, saluran irigasi dan jalan,” jelasnya.
Program ini rencananya akan diawasi langsung secara ketat oleh pemerintah daerah setempat. Ini untuk mencegah keterlibatan pihak-pihak lain dari luar kota yang bukan korban bencana, namun memanfaatkan program ini.(sumber: detik.com)
“Dana yang siap dicairkan oleh pemerintah untuk pelaksanaan program padat karya ini kurang lebih sebanyak Rp 15 miliar,” ungkap Koordinator Tim Pemulihan Kegiatan Ekonomi Masyarakat (TPKEM), Sujana Royat, kepada wartawan di Media Center Tanggap Darurat Merapi, Jl Kenari 14 A, Yogyakarta, Sabtu (4/12/2010).
Rencananya, dana sudah dapat dicairkan dan segera digunakan mulai Senin besok. Sujana mengatakan dana akan dialokasikan ke beberapa kabupaten yang terkena dampak langsung erupsi Merapi, antara lain Kabupaten Sleman, Klaten, Boyolali dan Magelang.
“Dana akan dicairkan mulai Senin lusa dan diharapkan pada tanggal tersebut sudah dimulai kegiatan di lapangan, khususnya di Kabupaten Sleman, Magelang, Klaten dan Boyolali”, katanya.
Program padat karya ini rencananya akan berjalan hingga April 2011 mendatang. Adapun dana Rp 15 miliar tersebut adalah untuk program sampai akhir tahun ini.
“Dana siap pakai Rp 15 miliar ini hanya digunakan untuk program cash for work hingga akhir Desember 2010. Sedangkan untuk tahun 2011, dari Januari hingga April, anggaran akan melibatkan DIPA 17 kementerian dan lembaga. Kementerian Koordinator Kesejahteraan Rakyat akan fokus untuk koordinasi di lapangan,” ujar Sujana.
Dia mengatakan, program padat karya ini dilakukan untuk mengembalikan kondisi perekonomian masyarakat pasca bencana erupsi Merapi. Sasaran dari program ini tidak hanya untuk pengungsi saja, melainkan juga masyarakat kota yang kehilangan pekerjaan.
TPKEM juga telah mendata beberapa wilayah terkait kapasitas pelaksanaan program padat karya ini. Tercatat, Pemkot Sleman telah menyiapkan 26 paket untuk padat karya selama 18 hari, Pemkab Magelang 105 paket selama 18 hari, Klaten 10 paket selama 14 hari dan Boyolali 15 paket selama 25 hari.
Disisi lain, Sujana, yang juga sebagai Deputi Menko Kesra Bidang Koordinator Penanggulangan Kemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat ini, menambahkan, program ini akan lebih dulu mengutamakan perbaikan perekonomian di kawasan Merapi ketimbang wilayah lain.
“Kegiatan ini akan lebih memfokuskan dulu pada perbaikan sederhana infrastruktur dan sarana prasarana umum yang bersifat darurat di sekitar lereng Merapi, seperti pasar, jalan dan lainnya. Misalnya pembersihan lingkungan, sungai, memperbaiki rumah rusak, saluran irigasi dan jalan,” jelasnya.
Program ini rencananya akan diawasi langsung secara ketat oleh pemerintah daerah setempat. Ini untuk mencegah keterlibatan pihak-pihak lain dari luar kota yang bukan korban bencana, namun memanfaatkan program ini.(sumber: detik.com)
Langganan:
Postingan (Atom)