Rabu, 03 Agustus 2011

Apa Kamu Gila Artis?

Oleh Burhan Sodiq 
(Direktur Penerbit Gazzamedia)

Beberapa orang berdiri di panggung. Mereka menyanyikan lagu dan bergaya dengan caranya sendiri. Sementara di depannya lautan anak muda, lelaki dan perempuan larut dalam nyanyian. Para remaja ini mengelu-elukan grup band kesayangan dan bahkan tergila gila olehnya. Mereka ikut menari, bergoyang dan berpakaian persis seperti idolanya. Alih alih berhenti dari kekagumannya, mereka malah semakin menjadi jadi.
Sebut saja demam artis Justin Bieber hari ini. Jauh sebelum konsernya digelar di Jakarta, para anak ABG sudah antre beli karcis yang harganya ratusan ribu rupiah itu. Mereka bela-belain membelinya hanya untuk pengen berjumpa dengan penyanyi remaja itu. Bahkan ada seorang remaja putri yang ditanya, “Kalau ketemu Justin apa yang ingin kamu lakukan?” “Saya ingin memeluknya…” Menyedihkan sekali...
Apakah gadis itu tidak tahu bahwa artis yang dia sanjung dan puja ternyata menderita penyakit. Sebuah situs berita selebriti menyebutkan bahwa Justin Bieber menderita insomnia parah dan berpikir ia telah gila. Namun Justin percaya hal itu menandakan bahwa dia adalah musisi yang baik. Bintang pop berusia 16 ini tidak dapat menahan diri dari memikirkan orang-orang terdekat yang dicintainya, karir, dan Tuhan, sebelum ia tidur di malam hari.
Tahukah kamu bahwa sebenarnya masing-masing kita ini menyimpan potensi kesepian. Kita adalah makhluk yang kesepian, takut dan resah. Sehingga manusia membutuhkan seseorang untuk berbagi dalam hidupnya. Hal inilah yang kemudian membuat manusia disebut sebagai makhluk sosial. Akhirnya dia butuh seorang panutan yang akan menjadi juru selamat yang mengemudikan kemana arah manusia ini akan terbentuk. Terdengar berlebihan memang, namun ini adalah fakta.
Hal ini bisa kita lihat di Indonesia, supremasi Iwan Fals dan Slank bisa dikatakan amat luar biasa. Bagaimana nama seorang Iwan Fals dapat menjamin suksesnya suatu acara. Sebagai indikatornya adalah puluhan ribu jumlah penonton, kemampuan menjaga  tetap lancarnya sebuah acara, dan kualitas musikalitas yang tidak perlu lagi dipertanyakan. Iwan Fals dengan lagu-lagu perlawanannya secara tidak sadar membentuk komunitas OI (Orang Indonesia) di Indonesia. Komunitas yang kemudian berkembang menjadi sebuah pergerakan melawan ketidakadilan di Indonesia. Begitu juga dengan Slank. Menjamurnya komunitas Slankers bisa dijadikan sebagai indikator bagaimana band ini mempengaruhi masyarakat dalam segala hal. Dengan sebuah slogan khas yang pasti kita semua tahu "Piss!".
Pada sebagian orang, fanatisme dan kecintaan terhadap sesuatu bisa berakibat sangat dramatis. Seorang penggemar yang sangat mencintai dan mengagungkan idolanya kemudian akan melakukan hal-hal yang kita anggap berlebihan, tidak biasa, bahkan bodoh. Contohnya adalah fanatisme terhadap Sid Vicius dari Sex Pistols. Jika diteliti, apa yang menarik dari seorang Sid Vicius? Dia seorang musisi payah, pemadat, perilaku buruk, musuh no 1 di Inggris pada tahun70-an, maling, biang onar, dan meninggal akibat over dosis. Hal-hal itulah yang justru dianggap luar biasa oleh para pengagumnya, perlawanan Sid terhadap nilai-nilai konservatif di Inggris pada saat itu, dianggap sebagai bentuk nilai kejujuran, pakaiannya kemudian dianggap sebuah mode tersendiri saat itu, yang dianggap sebagai ikon perlawanan terhadap kemunafikan.
            Seiring waktu berjalan, nilai-nilai moral dan kebudayaan kian terkikis. Hal ini terjadi akibat absennya tokoh panutan dalam membimbing menuju jalan yang benar, meski ada hal ini sering tidak sesuai dengan pemikiran masyarakat modern (yang kebanyakan adalah remaja). Dengan bahasa yang lebih sederhana, masyarakat membutuhkan ‘nabi’ dan ‘rasul baru’ untuk membimbing mereka menuju kepuasan dan ketenangan hidup. Maka efeknya meraka malah mengkultuskan dan memuja idolanya dengan sedemikaian rupa.
Seorang fans bisa menghabiskan sebagian besar hidupnya hanya untuk memuja idolanya, mereka kemudian mengelompok menjadi groupies. Mengikuti kemana pun langkah sang idola pergi, selalu berusaha mencari tahu kabar terbaru dari sang idola dan berusaha memiliki segala hal mengenai idolanya. Kebanyakan dari groupies ini memiliki masalah dalam kehidupan sosialnya, serta memiliki kesulitan untuk diterima oleh masyarakat sekitarnya.

KETIKA USIA TAK BISA DITUNDA

”Tidaklah aku menyesal melebihi penyesalanku terhadap suatu hari di mana matahari terbit di dalamnya dan berkurang umurku akan tetapi tidak bertambah amalanku/ kebaikan.” (Ibnu Mas’ud ra.)

Ada pepatah bilang waktu adalah uang, memang tidak sepenuhnya benar tapi juga tidak salah. Keduanya harus kita belanjakan dan kita atur sebaik mungkin. Jika uang bisa  dihimpun, disimpan bahkan dikembangkan, maka sebaliknya dengan waktu. Setiap detik dan menit yang berlalu menjadi hilang dan tidak akan pernah kembali, sekalipun ditebus dengan seluruh uang yang kita miliki.
    Setiap jengkal waktu yang kita miliki harus bisa dimaksimalkan penggunaannya, sedikit saja lengah ia akan membabat kesempatan yang kita miliki bak sebuah mata pedang yang tajam. Waktu ditentukan batasnya, demikian juga dengan usia manusia, maka ia tidak bisa didahulukan dan juga tidak bisa ditangguhkan. Nilai waktu terletak pada bagaimana cara menggunakannya. Masing-masing dari kita berkewajiban menjaga dan memanfaatkan waktu sebaik mungkin, jangan sampai mengabaikannya, baik yang sesaat maupun yang lama.
Termasuk salah satu tanda hamba yang dibenci Allah adalah dia menyia-nyiakan waktu. Dan para ulama sangat bersungguh-sungguh untuk tidak melewatkan satu hari atau sebagian hari tanpa membekali diri mereka dari hari itu dengan ilmu yang bermanfaat atau amalan shalih, supaya tidak berlalu (habis) umur mereka dengan sia-sia dan terbuang dengan percuma.
 

Media Dakwah Copyright © 2010 LKart Theme is Designed by Lasantha