Minggu, 14 November 2010

5 Prajurit Asing Tewas di Afghanistan

addakwah.com. Lima prajurit asing tewas di Afghanistan, Minggu, kata Pasukan Bantuan Keamanan Internasional (ISAF) pimpinan NATO dalam pernyataan-pernyataan terpisah.

Dua prajurit tewas dalam ledakan-ledakan bom rakitan di wilayah selatan Afghanistan. Salah satu ledakan itu terjadi di daerah Spin Boldak dekat perbatasan dengan Pakistan, kata polisi setempat.

Tiga prajurit lagi tewas setelah serangan gerilya di Afghanistan timur. ISAF tidak memberikan penjelasan lebih lanjut mengenai korban-korban itu sesuai dengan kebijakan pasukan koalisi tersebut.

Dengan kematian terakhir itu, jumlah prajurit asing yang tewas di Afghanistan sepanjang tahun ini menjadi 641, menurut hitungan AFP yang berdasarkan atas situs independen icasualties.org.

Jumlah kematian prajurit asing di Afghanistan tahun ini merupakan yang tertinggi dibanding dengan pada 2009 yang mencapai 521 prajurit.

Saat ini terdapat lebih dari 150.000 prajurit yang ditempatkan di Afghanistan untuk membantu pemerintah Presiden Hamid Karzai memerangi gerilyawan Taliban.

ISAF dan pasukan Tentara Nasional Afghanistan pada Sabtu menggagalkan serangan menjelang fajar Taliban di sebuah pangkalan besar militer di Jalalabad, Afghanistan timur, yang menewaskan delapan gerilyawan.

Para komandan NATO telah memperingatkan negara-negara Barat agar siap menghadapi jatuhnya korban karena mereka sedang melaksanakan strategi untuk mengakhiri perang lebih dari delapan tahun di negara itu.

Pasukan NATO dan Afghanistan saat ini terlibat dalam ofensif besar-besaran di sekitar Kandahar -- kota terbesar di wilayah selatan -- yang bertujuan menghalau gerilyawan dari daerah tersebut untuk membantu mengakhiri perang panjang Afghanistan.

Marinir AS memimpin 15.000 prajurit AS, NATO dan Afghanistan dalam Operasi Mushtarak yang bertujuan menumpas militan, yang diluncurkan menjelang fajar Sabtu (13/2) untuk membuka jalan agar pemerintah Afghanistan bisa mengendalikan lagi daerah Helmand penghasil opium.

Ofensif itu dikabarkan mendapat perlawanan sengit dari Taliban, yang melancarkan serangan-serangan dari balik tameng manusia dan memasang bom pada jalan, bangunan dan pohon.

Taliban, yang memerintah Afghanistan sejak 1996, mengobarkan pemberontakan sejak digulingkan dari kekuasaan di negara itu oleh invasi pimpinan AS pada 2001 karena menolak menyerahkan pemimpin Al-Qaeda Osama bin Laden, yang dituduh bertanggung jawab atas serangan di wilayah Amerika yang menewaskan sekitar 3.000 orang pada 11 September 2001.

Pasukan Bantuan Keamanan Internasional (ISAF) pimpinan NATO mencakup puluhan ribu prajurit yang berasal dari 43 negara, yang bertujuan memulihkan demokrasi, keamanan dan membangun kembali Afghanistan, namun kini masih berusaha memadamkan pemberontakan Taliban dan sekutunya.

Sekitar 521 prajurit asing tewas sepanjang 2009, yang menjadikan tahun itu sebagai tahun mematikan bagi pasukan internasional sejak invasi pimpinan AS pada 2001 dan membuat dukungan publik Barat terhadap perang itu merosot.

Gerilyawan Taliban sangat bergantung pada penggunaan bom pinggir jalan dan serangan bunuh diri untuk melawan pemerintah Afghanistan dan pasukan asing yang ditempatkan di negara tersebut.

Bom rakitan yang dikenal sebagai IED (peledak improvisasi) mengakibatkan 70-80 persen korban di pihak pasukan asing di Afghanistan, menurut militer. (smb; antaranews.com)

Dua Setengah Juta Muslim Memulai Ibadah Haji 2010

addakwah.com. Sedikitnya 2,5 juta umat Islam telah memulai ibadah haji tahunan tahun ini, Ahad, menuju ke sebuah tempat perkemahan di dekat kota suci Mekkah untuk mengikuti jejak perjalanan yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW 14 abad lalu.

Melakukan perjalanan dengan berjalan kaki, dengan angkutan umum dan dengan mobil pribadi, para jemaah itu mengalir melalui sebuah gunung menuju ke sebuah lembah di Mina, sekitar tiga kilometer di luar kota Mekkah. Perjalanan itu sama seperti yang Nabi sendiri lakukan pada saat ibadah haji terakhirnya.

Haji, satu dari parade ketaatan agama terbesar di dunia berlangsung selama lima hari. Pada masa lalu ibadah itu telah diganggu oleh kebakaran, hotel ambruk, bentrokan polisi dengan pengunjuk rasa dan desak-desakan mematikan.

Menteri dalam Negeri Arab Saudi Pangeran Nayef bin Abdulaziz mengatakan, Rabu, kerajaan itu tidak dapat mengesampingkan serangan oleh kelompok regional Al Qaida, meskipun pasukan keamanan kerajaan itu telah siap untuk memerangi operasi seperti itu.

Al Qaida di Semenanjung Arab (AQAP) Ahad membantah mereka bermaksud untuk menyerang jemaah Muslim pada saat haji.

Islam sekarang dipeluk oleh seperempat penduduk dunia dan haji merupakan salah satu kewajiban bagi umat Islam yang sehat dan mampu melakukannya. Banyak orang menunggu selama bertahun-tahun untuk mendapatkan visa agar bisa naik haji.

"Saya tidak dapat menjelaskan perasaan saya berada di sini," kata Mahboob Bangosh, seorang jemaah Kanada dari Toronto asal Afghanistan.

Untuk meminimalkan risiko berdesak-desakan dan untuk mengurangi kemacetan di jalan, pemerintah untuk pertama kali mulai mengoperasikan kereta api buatan China yang akan berhenti di tempat-tempat haji.

Proyek jalan kereta api senilai 1,8 miliar dolar itu telah menyusuri jalan 18 kilometer panjangnya dan akan mengangkut 180.000 penumpang tahun ini, jelas Habib Zein Al Abideen, asisten menteri untuk urusan kotapraja dan pedesaan.

"Kami akan memiliki kapasitas 72.000 penumpang per jam tahun depan. Tahun ini kami mengoperasikan 35 persen kapasitas. Tahun depan kami dapat membawa 500.000 hingga 600.000 penumpang," kata Abideen.

Karena kapasitasnya yang terbatas, kereta api itu tahun ini hanya akan membawa warga Arab Saudi atau negara Teluk lainnya, dan tahun depan baru akan terbuka bagi warganegara lainnya, ujarnya.

"Itu akan menjadi peningkatan besar. Harga tiket hanya berarti simbolis," kata Walid al-Mushawer, seorang jemaah Saudi.

Arab Saudi telah bekerja keras untuk meningkatkan fasilitas guna mempermudah aliran jemaah pada ibadah haji. Pada 2006, sebanyak 362 jemaah haji berdesak-desakan hingga meninggal dunia.(smb;antaranews.com)

Sebagian Pengungsi Gunung Merapi Sudah Boleh Pulang

addakwah.com. Pengungsi yang berasal dari lereng Gunung Merapi di 22 desa di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, sudah diizinkan pulang ke rumah masing-masing terkait perubahan status radius aman dari bencana letusan gunung tersebut.

Kepala Badan Kesatuan Bangsa, Politik, Perlindungan Masyarakat, dan Penanggulangan Bencana, Pemerintah Kabupaten Magelang, Eko Triyono, di Magelang, Ahad (14/11), mengaku telah menerima surat dari Badan
Vulkanologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral terkait perubahan radius bahaya letusan Merapi.

Dalam surat itu disebutkan perubahan radius bahaya dari 20 kilometer menjadi 15 kilometer dari puncak Merapi mulai pukul 06.00 WIB. "Untuk di Kabupaten Magelang di atas 15 kilometer aman dari bahaya letusan, sehingga pengungsi boleh pulang ke rumahnya," katanya.

Ia mengaku, belum bisa memberikan keterangan tentang total jumlah warga berasal dari 22 desa itu yang sudah boleh pulang ke rumahnya. Hingga saat ini, katanya, masih didata tentang jumlah warga di 22 desa itu karena mereka tersebar di sekitar 200 lokasi penampungan.

Sebanyak 22 desa antara lain Desa Mangunsari, Gondowangi (Kecamatan Sawangan), Desa Sedayu, Muntilan, Gondosuli, Tamanagung, Pucungrejo, Gunungpring (Muntilan), sebagaian dusun di Desa Ketunggeng dan Banyubiro
(Dukun), Desa Kradenan, Bringin (Kecamatan Srumbung), dan semua desa di Kecamatan Salam.

Ia menjelaskan, pemkab setempat segera menyosialisasikan pengumuman perubahan radius aman Merapi itu melalui para camat untuk diteruskan kepada kepala desa, kepala dusun, dan warga. Pemkab setempat juga akan menyiapkan angkutan untuk mengantarkan warga Merapi kembali dari pengungsian ke desanya.
    
"Tetapi harus sabar kalau membutuhkan bantuan angkutan, karena harus antre, tetapi mereka boleh pulang sendiri-sendiri kalau tidak sabar menunggu kendaraan yang kami sediakan, karena jumlahnya memang terbatas," katanya. (smb; republika.co.id)

Mari Beristiqfar!

addakwah.com.  Berbagai bencana masih sangat akrab dengan kita. Selain tsunami Mentawai dan letusan merapi, berbagai bencana masih mengancam. Banjir di berbagai tempat. Tanah longsor. Angin topan yang memporak porandakan berbagai perkampungan dan masih banyak lagi.
Bencana, satu sisi sebagai ujian. Dengan ujian tersebut Allah ingin meningkatkan derajat keimanan seseorang. Berbagai kerusakan di darat dan laut sebagai akibat perbuatan manusia. Berbagai bencana dan musibah untuk  'menjewer' kita agar kembali kepada-Nya.
Allah berfirman dalam surat Ar Rum; 41; " Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)". Juga dalam surat Asy Syura ayat 30, "“Dan apa-apa dari musibah yang menimpa kamu maka disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu)”.
Disisi lain, bencana sebagai adzab yang diturunkan Allah karena kemaksiatan yang kita lakukan. Adzab ini akan diberikan baik terhadap orang yang taat maupun bermaksiat. Hal ini sebagaimana ditegaskan Rasulullah dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad. Rasulullah bersabda; '“Jika timbul maksiat pada umatku, maka Allah akan menyebarkan adzab (siksa) kepada mereka. Aku (Umu Salamah) berkata: “Wahai Rasulullah, apakah tidak ada pada waktu itu orang-orang shalih?” Beliau menjawab:”ada”. Aku bertanya lagi: “Apa yang akan Allah perbuat kepada mereka?” Jawab beliau: “Allah akan menimpakan kepada mereka adzab sebagaimana yang ditimpakan kepada orang-orang yang melakukan maksiat, kemudian mereka akan mendapat ampunan dan keridhoan dari Robbnya.”
Lalu apa yang harus kita lakukan dengan banyaknya musibah dan bencana. Pertama; beristiqfar dengan memohon ampun kepada Allah agar dijauhkan dari berabagai bencana dan musibah. Kedua; bermuhasabah. Introspeksi terhadap apa yang telah kita lakukan sehingga mendatangkan kemurkaan Allah. Bukan justru melakukan berbagai bentuk kemusyrikan, seperti sedekah bumi, ruwatan dan mempercayai berbagai mitos dan kurafat yang mengiringi bencana tersebut. Ketiga; menjadikan pelajaran terhadap setiap musibah dan bencana. Jika tidak, justru kita akan menjadi pelajaran baik kamu setelahnya.
Sebagai orang yang beriman, kita berkewajiban untuk menolong saudara-saudara kita yang terkena bencana. Baik dengan pertolongan jasmani untuk penghidupan mereka, maupun pertolongan rohani dengan mengingatkan dan menyadarkan agar musibah tersebut menjadi pelajaran agar semakin dekat kepada Allah.

Mengapa Bermental Inlander di depan Obama?

Obama memang sudah berlalu dari Indonesia. Tapi pembicaraan tentangnya tak akan pernah habis terutama di hari-hari terakhir ini. Mulai dari kedatangannya yang membuat macet banyak lajur jalan karena semua disterilkan hingga kontroversi berita tentang istrinya yang bersalaman dengan menkominfo yang juga mantan Presiden PKS Tifatul Sembiring. Tapi kali ini kita bukan akan membahas tentang itu semua. Kita akan membahas tentang sisi lain yaitu reaksi mayoritas orang Indonesia yang ternyata masih bermental inlander.
Istilah Inlander ini pertama kali saya tahu dari pernyataan dosen di kampus yang kurang lebih maknanya adalah pribumi. Ternyata istilah ini merupakan ejekan bagi orang Indonesia yang dipakai oleh penjajah Belanda yang sedang menjajah saat itu. Kedatangan Obama dengan segala penghormatan berlebihan dan reaksi masyarakat yang juga lebay (berlebihan) menyanjung, mengingatkan saya akan istilah ini lagi.
Mulai dari presidennya yang menggunakan sapaan yang mulia kepada Obama. Mulia dari segi apanya? Sudah jelas orang ini memimpin sebuah Negara yang hampir semua kebijakan politiknya berlumuran darah kaum muslimin. Sudah jelas pula di pidato pelantikannya setelah disumpah jadi presiden Amrik, Obama malah mengancam kaum muslimin yang tidak mau nurut dengan perintahnya. Dan masih banyak lagi dosa Obama dan para sekutunya yang lain baik secara kemanusiaan apalagi di depan Allah. Lalu sapaan mulia yang mana yang dimaksud oleh Presiden SBY?
Itu sikap pemimpinnya. Sikap banyak orang lainnya yang mengaku intelektual Indonesia juga sebelas dua belas alias sama saja. Beberapa di antara mereka juga sering disebut sebagai kyai dan ulama. Tapi sayangnya, sikap inlander mereka di depan Obama sangat bertolak belakang dengan sikap seorang muslim yang seharusnya penuh dengan izzah atau harga diri. Bahkan ada juga yang mengemis-ngemis meminta bantuan bagi sumbangan pembangunan masjid. Na'udzhubillah.
....Masuknya Obama ke masjid saja sudah sangat melukai hati kaum muslimin. Apalagi diperparah dengan menghinakan diri dengan mengemis sumbangan. Obama pun memanfaatkan kesempatan ini dengan berusaha memasukkan ‘akidah’nya.....
Masuknya Obama ke masjid saja sudah sangat melukai hati kaum muslimin. Apalagi diperparah dengan menghinakan diri dengan mengemis sumbangan. Obama pun memanfaatkan kesempatan ini dengan berusaha memasukkan ‘akidah’nya ketika ia menyatakan bahwa semua manusia di dunia adalah ‘sons of God’ atau anak tuhan. Dan menyedihkan sekali ketika para pejabat, ulama serta kyai yang mendengar hal itu diam saja seolah membenarkan. Miris melihat betapa umat Islam begitu tak bernyali di hadapan Obama, pemimpin Negara penjajah.
Sambutan yang megah dan meriah, personel yang berjumlah belasan ribu, milyaran rupiah yang melayang sia-sia demi Obama, sungguh sangat mengokohkan mental inlander pada diri mayoritas bangsa ini. Di saat yang sama, di tempat yang berbeda, puluhan ribu rakyat yang berada di pengungsian masih banyak yang kelaparan dan belum menerima bala bantuan. Satu demi satu mereka mati karena lambannya pemerintah menyikapi. Tapi bila urusan menyambut tuan penjajah, pemerintah beserta segenap manusia-manusia penjilat dengan beragam profesinya, saling berebut untuk bisa sekadar bersalaman dengan sang majikan. Menyedihkan.
Di tengah kondisi memprihatinkan atas mental mayoritas bangsa ini, masih ada beberapa gelintir rakyat Indonesia yang mempunyai harga diri meskipun dengan tenaga semampunya untuk menolak Obama. Mereka menentang arus mayoritas yang berbondong-bondong berlindung di ketiak penjajah. Penentang arus inilah yang insya Allah akan membawa perubahan mendasar bagi negeri ini.
....untuk kamu semua wahai pemuda, ketika tersaji dua fakta di depan mata, menjadi penjilat atau pejuang, saatnya kamu menentukan pilihan. Dan semua itu mengandung konsekuensi di hadapan-Nya....
Dan untuk kamu semua wahai pemuda, ketika tersaji dua fakta di depan mata, menjadi penjilat atau pejuang, saatnya kamu menentukan pilihan. Dan semua itu mengandung konsekuensi di hadapan-Nya. Seorang muslim tidak pernah ada opsi pilihan menjadi penjilat apalagi bermental inlander yang tak mempunyai harga diri. So, jangan pernah salah memilih! [riafariana]

Ribuan Pengungsi Merapi Ditampung di Gereja, Akidah Terancam Dimurtadkan

KLATEN (voa-islam.com) – Ribuan pengungsi Muslim ditampung di gereja dan rumah-rumah Kristen. Akidah mereka terancam dimurtadkan. Kepedulian dan bantuan kaum Muslimin sangat diharapkan untuk aksi tanggap bencana, dakwah, dan penyelamatan akidah dari gerakan pemurtadan.
Meletusnya Merapi di Yogyakarta, menghancurkan ketenteraman warga  sehingga mereka menempuh eksodus dari tempat asalnya menuju barak-barak pengungsian yang ada di daerah Sleman, Klaten, Boyolali, Muntilan Magelang, dan sekitarnya. Musibah yang mereka rasakan, ternyata menjadi berkat tersendiri bagi pihak-pihak tertentu untuk menebarkan misi agama.
Ketika para pengungsi Merapi sedang terpuruk tertimpa musibah, mereka membutuhkan bantuan moril maupun material berupa pembinaan mental dan spiritual. Keterpurukan itu justru dimanfaatkan para misionaris untuk menyesatkan dan memurtadkan akieah umat Islam. Di balik bantuan materi yang diberikan kepada pengungsi, mereka susupkan misi kristenisasi.
Setelah indikasi pemurtadan di GOR Klaten dan di Gereja Katolik Paroki Kebonarum Klaten terendus para relawan muslim, Sabtu pagi (13/11/2010) terbongkar lagi gerakan pemurtadan di daerah Boyolali. Di sebuah gereja di belakang Pemkab Boyolali, sekitar 500 orang pengungsi Muslim ditampung di dalam gereja. Menurut seorang sumber yang tidak mau disebutkan namanya, di dalam gereja itu ada upaya kristenisasi terhadap ratusan pengungsi Muslim.
Informasi serupa juga diperoleh voa-islam.com di daerah lain. Sebuah gereja berjarak 3 km ke atas (ke barat) dari pasar Jatinom Klaten menampung para pengungsi Muslim, meski jumlahnya tak sebanyak jumlah pengungsi di gereja Kebonarum Klaten dan Boyolali.
Kasus berbeda terjadi di Muntilan Magelang. Di sini, para pengungsi Muslim ditampung di rumah-rumah warga Kristen. Sekitar 50 rumah Kristen, masing-masing menampung 15-20 pengungsi Muslim. Bisa dibayangkan, seandainya di rumah-rumah Kristen ini mereka benar-benar masuk dalam target kristenisasi, maka umat Islam akan kehilangan akidah 1.000 jiwa.
....seandainya mereka benar-benar masuk dalam target kristenisasi, maka umat Islam akan kehilangan akidah 1.000 jiwa....
Sebetulnya hal seperti ini harusnya tidak terjadi jika pemerintah bisa mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan jika Merapi meletus. Toh, letusan Merapi juga sudah bisa diprediksi bahwa paling tidak, 2 tahun sekali Merapi akan meletus. Untuk itu, peran serta dan kepedulian kaum Muslimin sangat diharapkan demi keselamatan akidah para pengungsi Merapi dari incaran pemurtadan dan kristenisasi.
Kaum Muslimin bisa berdakwah, melawan pemurtadan dan terlibat dalam aksi tanggap bencana Merapi tanpa harus turun ke lokasi pengungsian, dengan menyalurkan dukungan dan donasi ke berbagai relawan Muslim, antara lain Kafilah Dakwah Ansharut Tauhid. [taz/Bekti Sejati]

Astaghfirullah!! Musholla Pengungsi Dijadikan Panggung Maksiat


KLATEN (voa-islam.com) - Maksudnya mungkin ingin menghibur. Tapi karena jahil agama, maka ditempuh cara-cara biadab yang menghina Tuhan yang bisa menambah murka-Nya. Musholla darurat di pengungsian Merapi dijadikan panggung maksiat.
Pemandangan ironis itu terjadi di posko pengungsian GOR Klaten. Mulanya, atas inisiatif Dompet Sosial Hidayah (DSH) Klaten, maka didirikanlah musholla darurat untuk beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah.
Rupanya panitia di sekretariat posko mendukung keberadaan musholla dengan setengah hati. Mereka pun membuat syarat yang mengada-ada, bahwa tempat tersebut boleh dimanfaatkan sebagai musholla, tapi tetap dimultifungsikan untuk acara apapun.
Tanpa sepengetahuan DSH, Kamis siang (11/11/2010) musholla tersebut disulap sebagai panggung “maksiat” dengan goyang dangdutan, oleh para penyanyi wanita berpakaian seronok. Meski hanya mendapat respon dari beberapa gelintir pengungsi, acara dok ceng dok ceng tersebut tetap dilanjutkan.
Sebagian pengungsi yang diwawancarai kontributor voa-islam.com menuturkan, mereka sangat tidak tertarik dengan dangdutan itu, bahkan mereka merasa risih dengan penyanyinya yang berpakaian seronok. “Saya merasa risih dan bising,” ujar seorang pengungsi.
....Mungkin mereka belum puas dengan letusan Merapi. Mereka menantang Allah karena menginginkan tambahan musibah....
Seharusnya para relawan jahiliyah itu mengerti apa kebutuhan para pengungsi. Mereka butuh ketenangan, bukan kebisingan.
“Mungkin mereka mengadakan dangdutan di musholla itu karena belum puas dengan musibah Merapi. Mereka menantang Allah karena menginginkan tambahan musibah,” ketus seorang relawan kafilah Ansharut Tauhid. [taz/Bekti Sejati]
 

Media Dakwah Copyright © 2010 LKart Theme is Designed by Lasantha