Minggu, 23 Oktober 2011

KARAKTERISTIK ”SANG MASA”

 Tidak akan datang kiamat sehingga waktu semakin berdekatan (semakin singkat), setahun seperti sebulan, sebulan seperti sejum'at, sejum'at seperti sehari, sehari seperti sejam, dan sejam terasa hanya sekejap.
Begitulah tabiat waktu, ia berjalan sangat cepat, laksana berjalannya awan, berhembusnya angin. Manusia tanpa sadar dalam suka ria telah menempuh jalan menuju kepada kematianya. Apabila akhir umur adalah kematian maka sama saja berumur pendek atau panjang.
Waktu berlalu takkan terulang kembali, hari-hari akan musnah, saat-saatpun akan sirna dan detik demi detikpun berlalu. Dan ketika seorang mau menyadari sesuatu yang paling berharga dalam kehidupan adalah waktu, ia lebih berharga dari uang, emas, mutiara maupun batu permata.
Bahwa yang dimaksud dengan berdekatnya zaman ialah sedikitnya barakah pada zaman (kesempatan) itu. Pada waktu itu manusia merasakan kelezatan hidup, keamanan yang merata, dan keadilan yang menyeluruh. Karena manusia itu bila hidup dalam kesenangan, mereka merasa hanya sebentar, walaupun sebenarnya waktunya sudah lama. Dan sebaliknya mereka merasakan penderitaan dan kesengsaraan itu lama sekali walaupun sebenarnya saat penderitaan dan kesengsaraan itu hanya sebentar.
Berdekatan atau hampir mirip kondisi masyarakat pada waktu itu karena sedikitnya kepeduliaan mereka terhadap agama. Sehingga, sudah tidak ada lagi orang yang menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang mungkar karena telah merajalelanya kefasikan dan eksisnya ahli kefasikan. Hal ini terjadi ketika manusia sudah tidak mau menuntut ilmu tentang agama dan ridha dengan kejahilan terhadap agama itu.
Sebab, keadaan sebagaimana dalam berilmu itu bertingkat-tingkat, tidak sama, sebagaimana firman Allah: ”Dan di atas semua yang punya ilmu itu ada lagi Yang Maha Mengetahui". (QS. Yusuf: 76). Sedang tingkat manusia dalam kejahilan itu setara. Yakni bila semua mereka itu bodoh maka peringkat mereka sama saja. Bahwa yang dimaksud ialah hubungan antar manusia pada zaman itu terasa begitu dekat karena canggihnya alat-alat transportasi, baik lewat darat, udara (maupun laut) yang demikian cepat sehingga jarak yang jauh terasa begitu dekat
Pada kenyataannya, barakah pada waktu (masa), rizki, dan tanaman itu hanya diperoleh dengan iman yang kuat, mengikuti perintah Allah, dan menjauhi larangan-Nya. Wallahu a’lam (aan)

BERSIHKAN JIWAMU

Ma'asyiral muslimin, jama’ah Shalat jum’ah Rahimakumullah
Segala puji hanyalah milik Allah Ta’ala yang telah menciptakan manusia. Shalawat dan salam kita curahkan kepada junjungan kita, Rasulullah SAW, keluarga, sahabat-sahabatnya, dan orang-orang yang berjalan di atas tuntunannya.
Kemudian tidak lupa kami wasiatkan kepada diri kami pribadi dan kepada jama’ah sekalian, marilah kita senantiasa meningkatkan iman dan taqwa kita, karena keimanan dan ketaqwaan merupakan sebaik-baik bekal menuju akhirat nanti.

Ma'asyiral muslimin, jama’ah Shalat jum’ah Rahimakumullah
Rasulullah SAW bersabda dalam suatu hadits :

"Ada 3 hal, siapa saja yang melakukan tiga hal itu, maka dia akan merasakan nikmatnya kehidupan beriman; (1) Beribadah hanya kepada Allah Azza wa Jalla dengan mengikrarkan bahwa "Tiada Tuhan yang haq diibadahi melainkan Dia (Allah)", (2) Menunaikan zakat hartanya yang baik menurut ukuran dirinya setiap tahun, dia tidak memberikan yang tua sekali, tidak yang kotor dan tidak yang sakit, tetapi yang (dia berikan adalah) hartanya yang sedang-sedang saja, karena Allah tidak meminta harta kalian yang terbaik dan juga tidak memerintakan agar kalian (mengeluarkan) yang jelek, (3) Menyucikan dirinya. Kemudian ada seseorang bertanya, "Apa tazkiyatun nufus (menyucikan diri) itu?" Dijawab oleh beliau, "Hendaklah dia mengetahui (menyadari) bahwa Allah bersamanya di mana pun dia berada". (HR. ath-Thabrani & al-Baihaqi dishahihkan oleh Syaikh al-Albany)
Rasulullah SAW menyebutkan dalam hadits di atas bahwa salah satu dari tiga hal yang mengantarkan seseorang mencapai gerbang kenikmatan hidup dalam naungan iman adalah dengan melakukan tazkiyatun nufus.

Ma'asyiral muslimin, jama’ah Shalat jum’ah Rahimakumullah
Tentang urgensi tazkiyatun nufus ini tidak dapat disangkal dan diragukan lagi. Sebab kesuksesan dan kebahagiaan seseorang di dunia maupun di akhirat tergantung pada "kesucian jiwanya", sebagaimana firman Allah Ta’ala, "
(Yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih." (QS. As-Syu'arâ': 88-89).
Bahkan tugas terpenting yang Allah bebankan di atas pundak Nabi Muhammad SAW adalah menyucikan jiwa ummatnya. Bisa kita lihat penjelasan al-Qur'an berkenaan dengan hal itu dalam surat al-Jumu'ah,
"Dialah yang mengutus seorang Rasul kepada kaum yang buta huruf dari kalangan mereka sendiri, yang (tugasnya adalah) membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, menuyucikan mereka dan mengajarkan mereka Al-Kitab (Al-Qur'an) dan Al-Hikmah (As-Sunnah), dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata". (QS. Al-Jumu'ah: 2)
 

SITUA OJAK HUTAGAOL


Menemukan Kebenaran dalam Islam

ISLAM adalah agama hakiki yang dapat dikaji dan didiskusikan. Islam juga tak berseberangan dengan alam rasional sehingga kebenaran dapat ditemukan dalam Islam. Nama saya sekarang H. Abdul Razak Hutagaol (43), tapi sebelum Islam saya dikenal dengan nama Situa Oak Hutagaol. Saya seorang aktivis Gereja HKBP (Huria Kristen Batak Protestan) Tanjung Priok, Jakarta Utara. Saya menjadi muslim pada tanggal 16 September 1997 di Masjid Syuhada, Yogyakarta. Alhamdulillah, sebulan kemudian saya menunaikan ibadah umrah. Bahkan, setahun kemudian saya diberi kemudahan oleh Allah bisa menunaikan ibadah haji.
Keluarga kami sangat taat beragama. Papi saya adalah seorang akhvis gereja sehingga saya dan seluruh keluarga selalu mempelajari agama. Teringat ketika masih kecil, papi sering menyuruh saya untuk datang ke gereja. Bahkan kalau tak mau, ia sering memarahi saya.
Proses awal saya masuk Islam, melalui pengkajian pendalaman terhadap Alkitab (Bibel) yang saya bandingkan dengan kitab suci Al-Qur'an. Temyata Al-Qur'an lebih konsisten, baik dalam redaksi maupun ajarannya.
Saya, ketika itu, begitu bangga menjadi umat kristiani. Bahkan, saya sering mengejek umat Islam dengan kata-kata kotor. Bagi saya waktu itu, Islam tak lebih sebagai agamanya orang-orang miskin yang kotor dan menjijikkan. Tapi, setelah saya mengenal Islam lebih jauh dan mulai bersahabat dengan orang Islam, baru saya mengerti bahwa Islam adalah agama yang suci.
Saya juga teringat pada awal masuk Islam, ada kejadian aneh yang saya alami -- mungkin sebagian orang tidak percaya. Ceritanya terjadi ketika saya sedang mengalami kesulitan ekonomi. Ada suara aneh dan sangat kasar menyuruh saya untuk membaca Al-Qur'an dan melakukan shalat. Perintah ini jelas sekali terdengar sampai tiga kali berturut-turut.

Jumat, 05 Agustus 2011

Silahkan kunjungi Buku Tamu dan YM kami


Kepada pada pengunjung situs www.addakwah.com... 
- Semoga Allah melimpahkan rahmatnya kepada kita semua -
Alhamdulillah, sekarang redaksi telah memasang guestbook/buku tamu dan ym untuk menjalin komunikasi dengan para pembaca. Saran dan kritik dari pengunjung sekalian sangat kami harapkan sebagai sarana perbaikan; baik tampilan maupun isi sehingga addakwah.com menjadi bacaan kesayangan kita bersama... 
Redaksi juga menerima konsultasi keislaman, tentunya bisa direct selama status admin online, bisa juga via email jika sang admin sedang tidak online... Selamat mencoba

Rabu, 03 Agustus 2011

Apa Kamu Gila Artis?

Oleh Burhan Sodiq 
(Direktur Penerbit Gazzamedia)

Beberapa orang berdiri di panggung. Mereka menyanyikan lagu dan bergaya dengan caranya sendiri. Sementara di depannya lautan anak muda, lelaki dan perempuan larut dalam nyanyian. Para remaja ini mengelu-elukan grup band kesayangan dan bahkan tergila gila olehnya. Mereka ikut menari, bergoyang dan berpakaian persis seperti idolanya. Alih alih berhenti dari kekagumannya, mereka malah semakin menjadi jadi.
Sebut saja demam artis Justin Bieber hari ini. Jauh sebelum konsernya digelar di Jakarta, para anak ABG sudah antre beli karcis yang harganya ratusan ribu rupiah itu. Mereka bela-belain membelinya hanya untuk pengen berjumpa dengan penyanyi remaja itu. Bahkan ada seorang remaja putri yang ditanya, “Kalau ketemu Justin apa yang ingin kamu lakukan?” “Saya ingin memeluknya…” Menyedihkan sekali...
Apakah gadis itu tidak tahu bahwa artis yang dia sanjung dan puja ternyata menderita penyakit. Sebuah situs berita selebriti menyebutkan bahwa Justin Bieber menderita insomnia parah dan berpikir ia telah gila. Namun Justin percaya hal itu menandakan bahwa dia adalah musisi yang baik. Bintang pop berusia 16 ini tidak dapat menahan diri dari memikirkan orang-orang terdekat yang dicintainya, karir, dan Tuhan, sebelum ia tidur di malam hari.
Tahukah kamu bahwa sebenarnya masing-masing kita ini menyimpan potensi kesepian. Kita adalah makhluk yang kesepian, takut dan resah. Sehingga manusia membutuhkan seseorang untuk berbagi dalam hidupnya. Hal inilah yang kemudian membuat manusia disebut sebagai makhluk sosial. Akhirnya dia butuh seorang panutan yang akan menjadi juru selamat yang mengemudikan kemana arah manusia ini akan terbentuk. Terdengar berlebihan memang, namun ini adalah fakta.
Hal ini bisa kita lihat di Indonesia, supremasi Iwan Fals dan Slank bisa dikatakan amat luar biasa. Bagaimana nama seorang Iwan Fals dapat menjamin suksesnya suatu acara. Sebagai indikatornya adalah puluhan ribu jumlah penonton, kemampuan menjaga  tetap lancarnya sebuah acara, dan kualitas musikalitas yang tidak perlu lagi dipertanyakan. Iwan Fals dengan lagu-lagu perlawanannya secara tidak sadar membentuk komunitas OI (Orang Indonesia) di Indonesia. Komunitas yang kemudian berkembang menjadi sebuah pergerakan melawan ketidakadilan di Indonesia. Begitu juga dengan Slank. Menjamurnya komunitas Slankers bisa dijadikan sebagai indikator bagaimana band ini mempengaruhi masyarakat dalam segala hal. Dengan sebuah slogan khas yang pasti kita semua tahu "Piss!".
Pada sebagian orang, fanatisme dan kecintaan terhadap sesuatu bisa berakibat sangat dramatis. Seorang penggemar yang sangat mencintai dan mengagungkan idolanya kemudian akan melakukan hal-hal yang kita anggap berlebihan, tidak biasa, bahkan bodoh. Contohnya adalah fanatisme terhadap Sid Vicius dari Sex Pistols. Jika diteliti, apa yang menarik dari seorang Sid Vicius? Dia seorang musisi payah, pemadat, perilaku buruk, musuh no 1 di Inggris pada tahun70-an, maling, biang onar, dan meninggal akibat over dosis. Hal-hal itulah yang justru dianggap luar biasa oleh para pengagumnya, perlawanan Sid terhadap nilai-nilai konservatif di Inggris pada saat itu, dianggap sebagai bentuk nilai kejujuran, pakaiannya kemudian dianggap sebuah mode tersendiri saat itu, yang dianggap sebagai ikon perlawanan terhadap kemunafikan.
            Seiring waktu berjalan, nilai-nilai moral dan kebudayaan kian terkikis. Hal ini terjadi akibat absennya tokoh panutan dalam membimbing menuju jalan yang benar, meski ada hal ini sering tidak sesuai dengan pemikiran masyarakat modern (yang kebanyakan adalah remaja). Dengan bahasa yang lebih sederhana, masyarakat membutuhkan ‘nabi’ dan ‘rasul baru’ untuk membimbing mereka menuju kepuasan dan ketenangan hidup. Maka efeknya meraka malah mengkultuskan dan memuja idolanya dengan sedemikaian rupa.
Seorang fans bisa menghabiskan sebagian besar hidupnya hanya untuk memuja idolanya, mereka kemudian mengelompok menjadi groupies. Mengikuti kemana pun langkah sang idola pergi, selalu berusaha mencari tahu kabar terbaru dari sang idola dan berusaha memiliki segala hal mengenai idolanya. Kebanyakan dari groupies ini memiliki masalah dalam kehidupan sosialnya, serta memiliki kesulitan untuk diterima oleh masyarakat sekitarnya.

KETIKA USIA TAK BISA DITUNDA

”Tidaklah aku menyesal melebihi penyesalanku terhadap suatu hari di mana matahari terbit di dalamnya dan berkurang umurku akan tetapi tidak bertambah amalanku/ kebaikan.” (Ibnu Mas’ud ra.)

Ada pepatah bilang waktu adalah uang, memang tidak sepenuhnya benar tapi juga tidak salah. Keduanya harus kita belanjakan dan kita atur sebaik mungkin. Jika uang bisa  dihimpun, disimpan bahkan dikembangkan, maka sebaliknya dengan waktu. Setiap detik dan menit yang berlalu menjadi hilang dan tidak akan pernah kembali, sekalipun ditebus dengan seluruh uang yang kita miliki.
    Setiap jengkal waktu yang kita miliki harus bisa dimaksimalkan penggunaannya, sedikit saja lengah ia akan membabat kesempatan yang kita miliki bak sebuah mata pedang yang tajam. Waktu ditentukan batasnya, demikian juga dengan usia manusia, maka ia tidak bisa didahulukan dan juga tidak bisa ditangguhkan. Nilai waktu terletak pada bagaimana cara menggunakannya. Masing-masing dari kita berkewajiban menjaga dan memanfaatkan waktu sebaik mungkin, jangan sampai mengabaikannya, baik yang sesaat maupun yang lama.
Termasuk salah satu tanda hamba yang dibenci Allah adalah dia menyia-nyiakan waktu. Dan para ulama sangat bersungguh-sungguh untuk tidak melewatkan satu hari atau sebagian hari tanpa membekali diri mereka dari hari itu dengan ilmu yang bermanfaat atau amalan shalih, supaya tidak berlalu (habis) umur mereka dengan sia-sia dan terbuang dengan percuma.

Jumat, 29 Juli 2011

Tayangan Perusak Iman

Berhati-hatilah saat menonton sebuah tayangan, meskipun yang bernuansa religius. Tidak semua tayangan religius itu pasti baik. Kadangkala madharat atau bahaya yang ada di dalamnya justru lebih banyak dari tayangan biasa. Seperti saat ini misalnya, kaum pluralis tengah getol mengusung ide-ide pluralisme melalui film atau tayangan bernuansa religi. Sebuah film mereka poles sedemikian rupa agar terkesan religius, tapi sesungguhnya di dalamnya diajarkan paham pluralisme yang menyesatkan.
Seperti kita tahu, pluralisme adalah paham yang getol menyuarakan toleransi antar umat beragama dan penghormatan terhadap keberagaman kepercayaan. Sayangnya keberagaman dan toleransi yang diajarkan paham pluralisme adalah toleransi yang kebabalasan. Semangat untuk bertoleransi melebihi batas hingga menyentuh urusan keyakinan. Saking tolerannya, paham ini sampai menganggap bahwa semua agama benar. Semua agama menuju tuhan yang satu, meski cara menyembahnya berbeda-beda. Jadi bukan masalah jika ada yang berpindah-pindah agama, atau tetap memilih satu agama dengan meyakini bahwa agama orang lain juga benar.

MERAUP PAHALA HAJI SETIAP PAGI

Setiap muslim tentu merindukan baitullah untuk menunaikan haji. Begitulah orang yang mencintai Allah. Hatinya selalu terpaut dengan rumah kekasihnya. Setiap kali disebut, hatinya semakin rindu menggebu. Kerap air mata berlinang ketika mengingatnya dari kejauhan. Sayang, tidak semua orang bisa mewujudkan harapannya menjadi tamu Allah di rumah-Nya. Karena ibadah haji termasuk ibadah ‘mewah’. Sulit dikerjakan tanpa menyediakan dana puluhan juta rupiah. Sekiranya ada dana, itupun masih terganjal kuota. Begitu sulit meraih pahala haji. Bagi yang tidak berkemampuan, hanya bisa menumpahkan kerinduan itu di dalam do’anya. Untungnya, Allah Maha Penyayang menyediakan bagi hamba-Nya jalan alternatif untuk meraup pahala haji. Tanpa ONH, tanpa kuota, dan tidak perlu menunggu musim haji yang datangnya hanya setahun sekali. Diantara amal bernilai pahala haji ini disabdakan oleh Nabi SAW,

مَنْ صَلَّى الْغَدَاةَ فِي جَمَاعَةٍ ثُمَّ قَعَدَ يَذْكُرُ اللَّهَ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ ثُمَّ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ كَانَتْ لَهُ كَأَجْرِ حَجَّةٍ وَعُمْرَةٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَامَّةٍ تَامَّةٍ تَامَّةٍ
“Barang siapa shalat Subuh berjama’ah kemudian duduk berdzikir mengingat Allah hingga matahari terbit, setelah itu shalat dua rakaat, amalan itu baginya sama seperti pahala haji dan umrah. Anas berkata: Rasulullah melanjutkan, “Sempurna, sempurna, sempurna!” (HR. Tirmidzi, no. 586).

Kamis, 21 Juli 2011

Buat Al-Qur'an Braille Untuk Sesama, Kontribusi Seorang Tunanetra

Bayangkan, sekiranya setiap muslim dengan segala potensi yang dimiliki bahu membahu mengusung beban dakwah dan perjuangan Islam, niscaya perkembangan Islam akan semakin pesat dan mercusuarnya akan semakin tinggi. 
Untuk sampai pada idealisme ini, yang paling penting, setiap muslim hendaknya menyadari betapa dirinya begitu berharga di hadapan Allah SWT. Lihatlah, Rasulullah saw memasukan kategori iman diantaranya, menyingkirkan duri dari jalan. Setiap muslim bisa berkontribusi bukan?
Salah satu diantara makhluk Allah yang menyadari hal ini, adalah Anik Indrawati. Meski mengalami keterbatasan fisik, perempuan kelahiran Surabaya 1976 ini mampu berprestasi dengan keahliannya membuat al-Quran braille untuk sesama penyadang tuna netra. Anik, demikian sapaan akrabnya membuat al-Quran Braille di kediamannya di Simo Pomahan Baru, Gang 12 no 15, Surabaya. 
“Alhamdulillah, meski dengan kondisi seperti ini, tapi saya bisa bermanfaat bagi sesama penyandang cacat. Saya bisa membuat al Quran braille,” katanya kepada hidayatullah.com Rabu (20/07/2011). 
Saat ini, Anik sedang menggarap pesanan dari Kodam Surabaya dan rekanan suaminya, Soeharto dari Tuban. Cukup banyak jumlahnya. Dari Kodam saja ada 10 juz sedangkan dari Tuban Anik harus menggarap buku doa-doa, surat Yaasin dan tahlil. 
“Saya baru selesai buat 5 juz pesanan dari Kodam. Agak lama memang buatnya,” terangnya. Upah yang didapat Anik per lembar Rp 1000. Per hari, perempuan yang pandai mengaji dan hafal beberapa surat pendek di juz 30 ini sekitar sepuluh halaman. Setiap halaman berisi 27 kotak yang terdiri seperti titik-titik.
Dalam membuat al-Quran braille, Anik dibantu suaminya, Soeharto. Bila selesai dibuat, Soeharto akan mengoreksinya. Soeharto yang menikahinya 2004 lalu adalah sama-sama murid di Yayasan Pendidikan Tuna Netra Karunia (YAPTUNIK) Surabaya juga bisa membaca al Quran braille.
“Saya paham. Jadi kalau ada yang salah, saya betulkan,” ujar Soeharto yang sejak lahir telah menjadi tuna netra ini. 
Sepasang suami ini memang sengaja ingin mengabdikan dirinya lewat al-Quran braille.
Menurut Soeharto, di Surabaya, masih banyak penyandang tuna netra yang belum punya al-Quran braille, apalagi bisa membacanya. Karena itu, ia ingin mencetaknya sebanyak-banyaknya.
“Tapi belum banyak pihak yang tergerak hatinya untuk membantu penyadang tuna netra untuk bisa baca al Quran,” terangnya. 
Hal itu dilakukan Soeharto tidak lain agar penyandang tuna netra juga bisa baca al Quran dan spiritualnya terisi. Ia tidak mau, para tuna netra tidak kenal agama. “Jangan sampai matanya buta, tapi hatinya ikut buta,” harapnya. (hus/hdt)

Selasa, 19 Juli 2011

AWAS, PIHAK KE-3 SYAITAN

Ketika kita mendengar seseorang yang berkata ‘awas pihak ke-3-nya syaitan’, secara otomatis pikiran kita tertuju pada perbuatan dua insan berbeda jenis yang berkumpul di tempat yang sunyi. Dalam Islam istilah ini dikenal dengan sebutan khalwat, yaitu menyendirinya antara laki-laki dan wanita yang bukan mahram pada suatu tempat yang tidak dilihat orang banyak, tanpa adanya muhrim wanita. Dan khalwat seperti ini jelas diharamkan oleh syari'at Islam. Seperti yang dijelaskan oleh Rasulullah dalam sabdanya, “Janganlah salah seorang dari kalian berkhalwat dengan seorang wanita karena sesungguhnya syaitan menjadi yang ketiga diantara mereka berdua.” (HR. Ahmad 1/18, Ibnu Hibban [lihat Shahih Ibnu Hibban 1/436], At-Thabrani dalam Al-Mu’jam Al-Awshoth 2/184, dan Al-Baihaqi dalam sunannya 7/91. Dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam As-Shahihah 1/792 no. 430).

Kenapa Sih Berkhalwat Itu Dilarang?
Khalwat merupakan salah satu sarana yang mengantarakan kepada perbuatan zina, sedang zina adalah puncak dari kesuksesan syaitan dalam menggoda manusia. Maka Nabi SAW mengingatkan kita dengan tegas, “syaitan menjadi orang ketiga diantara mereka berdua”

Berkaitan dengan peringatan Nabi SAW diatas Al-Munawi berkata, “Yaitu syaitan menjadi penengah (orang ketiga) diantara keduanya dengan membisikan mereka (untuk melakukan kemaksiatan) dan menjadikan syahwat mereka berdua bergejolak dan menghilangkan rasa malu dan sungkan dari keduanya serta menghiasi kemaksiatan hingga nampak indah dihadapan mereka berdua, sampai akhirnya syaitanpun menyatukan mereka berdua dalam kenistaan (yaitu berzina) atau (minimal) menjatuhkan mereka pada perkara-perkara yang lebih ringan dari zina yaitu perkara-perkara pembukaan dari zina yang hampir-hampir menjatuhkan mereka kepada perzinahan.” (Faidhul Qodir 3/78).

Kamis, 07 Juli 2011

Menjadi Sales Dakwah

Saya pernah melihat sebuah film tentang strategi pemasaran barang melalui sales. Tidak seperti yang jamak kita lihat; di drop dengan mobil di sebuah gang, lalu para sales akan berjalan kaki mendatangi rumah-rumah. Sebuah metode yang menurut saya kurang ekfektif sekaligus sering bikin orang jengkel. Dalam film itu, sales hanya ditugaskan untuk menjual gaya hidup. Satu tim sales terdiri dari lelaki perlente seusia eksekutif muda yang berperan sebagai bapak, wanita usia 33 tahunan yang modis sebagai ibu dan dua remaja, lelaki dan perempuan yang gaul sebagai anak. Mereka ditempatkan disebuah rumah di kawasan elit. Tugas mereka hanya berpura-pura menjadi satu keluarga, lalu memamerkan gaya hidup dan berbagai barang-barang keluaran terbaru kepada tetangga dan semua kenalan baru mereka. Mereka sangat antusias mencari kenalan dan nomor telepon. ‘Ayah’ akan memamerkan mobil dan perlengkapan olahraga, ‘ibu’ mempengaruhi teman-temannya untuk memakai kosmetik dan busana dengan merk yang dipakainya, dan ‘anak-anak’ akan memamerkan handphone, sepatu, dan berdandan serta bergaya sangat trendi. Dan, semua merek yang mereka kenalkan hanya didistribusikan oleh perusahaan tempat sales-sales itu bekerja. Hasilnya? Luar biasa. Dalam tempo sedikit bulan, tetangga dan semua kenalan mereka, diceritakan sudah meniru gaya mereka dan membeli produk-produk yang sama. Angka penjualan distributor tersebut di kota itu melesat naik, dan akhirnya keluarga sales itu pun mendapat bonus.
Melihat tayangan itu, saya jadi membayangkan, barangkali Islam juga akan lebih dapat diserap masyarakat jika dipasarkan dengan cara persuasif yang mengandalkan keteladanan seperti itu. Di tayangan itu, keluarga ‘jadi-jadian’ itu menjadi trend setter alias suri tauladan dalam gaya hidup. Untuk Islam, tentunya bukan dengan membuat hal serupa tapi benar-benar membuat  dan membina keluarga yang mampu mencerminkan Islam dan gaya hidup Islami. Lalu keluarga itu akan mempengaruhi lingkungan dimana dia tinggal. Ini adalah salah satu gaya dakwah bil hal, dakwah dengan keteladanan.
Ah, tapi kan nyatanya tidak semudah itu.
Sebuah keluarga yang membawa gaya hidup Islami, tak jarang justru mendapat tentangan saat membaur dengan masyarakat yang masih awam. Kadang dibilang aneh, tidak “ngumumi”, sok alim sampai yang lebih parah dari itu.
‘Memasarkan’ Islam atau berdakwah memang tidak bisa persis seperti memasarkan barang. Selain ada seni tersendiri, diperlukan pula kesabaran dan komitmen. Dengan dua bekal itu, insyaallah penolakan masyarakat hanyalah “hello effect” saja alias dampak di permulaan yang akan segera sirna setelah melihat cahaya yang terus dinyalakan oleh sang ‘sales dakwah’. Hanya manusia yang telah dikunci mati hatinya yang terus menyalakan permusuhan dan kebencian, sementara dakwah telah disampaikan dengan segala cara yang dibenarkan. Anda hanya akan membayangkan, akan lebih menghayati sekiranya turut mencoba.... Mari menjadi bagian kafilah dakwah. (zhafran)

ANUGERAH SAKIT GINJAL

Pengalaman Rohani Theofilus Sarjiono (Muhajir)

Menjadi seorang bread cooker alias tukang roti telah saya tekuni sejak remaja hingga akhirnya saya bisa menjadi tukang roti yang cukup berpengalaman. Setelah menikah saya mengontrak rumah milik seorang pastur di tepi sungai yang cukup fenomenal yakni kali code di  Yogyakarta, yang sebenarnya tidak layak huni. Tapi bagaimanapun juga saya merasa bahagia bisa menghidupi seorang isteri dan 2 orang anak.

Sebagai seorang penganut Kristen Pantekosta ,saya tergolong taat dan  rajin ke gereja. Hal inilah yang akhirnya menaikkan derajat saya, dengan diangkat sebagai pembantu pendeta. Berawal dari sini semuanya serba kecukupan. Uang bukan masalah bagi saya, sebab sudah dicukupi oleh gereja. Makan daging babi merupakan keharusan bagi keluarga dan harus tersedia tiap hari di meja makan. Selain itu seminggu sekali saya mengkonsumsi daging anjing, hal yang selama ini jarang kami alami.

Sebab itu pulalah penderitaan saya bermula. Mungkin karena saya terlalu rakus memakan daging, badan saya membengkak dan perut membuncit. Akibatnya saya mulai terserang bermacam-macam penyakit. Kolesterol tinggi, denyut jantung tak teratur, kadar gula meningkat, ginjal yang sudah tidak berfungsi normal ,dan sebagainya. Dikarenakan penyakit semakin parah maka dokter menganjurkan saya untuk cuci darah. Dengan cuci darah ini, harta yang selama ini saya kumpulkan ikut tercuci juga. Habis sudah semua yang saya miliki. Bahkan untuk makan sehari-hari saja susah apalagi untuk berobat ke dokter. Kali ini sakit yang saya alami benar-benar luar biasa, kaki mulai membengkak. Untuk sekedar tidur saja tidak bisa karena rasa sakit yang saya alami.

Pada suatu  pagi  sekitar jam 04.30 WIB saya mendengar suara dari masjid seruan adzan. Tiba-tiba secara spontan saya menirukan adzan tersebut. Bila saya menirukan kalimat Laa ilaaha Illallah, sakit yang saya alami terasa berkurang. Maka kata-kata itu saya ucapkan berulang-ulang meskipun saat itu saya tidak tahu maksudnya, hingga berpuluh mungkin ratusan kali kata saya ucapkan, lupa saya menghitungnya. Isteri saya mengingatkan, ”Mas, bacaan itu kan bacaan orang Islam, sampeyan kan orang Kristen tidak baik mengucapkan kata-kata itu”. Maka jawaban spontan saya waktu itu, ”Biarpun kata-kata itu berasal dari agama manapun akan saya ucapkan terus, wong kalau diucapkan sakit saya berkurang kok”.

Hingga suatu malam saya bermimpi. Dalam mimpi itu saya disuruh  menemui seseorang yang bisa membantu menyembuhkan sakit saya yang bernama pak Abu. Pagi harinya saya menemui seorang tukang becak yang kebetulan adalah tetangga rumah juga. Ternyata memang benar  ada seseorang yang biasa membantumengobati pasiennya dengan memberi ramuan tradisioanal, Beliau bernama Abu Sujak. Akhirnya  saya minta tolong tetangga sebelah untuk mengantarkan ke rumah pak Abu Sujak. Dalam benak saya pasti pak Abu ini orang Islam, terlihat dari namanya. Tapi apa boleh buat, yang penting penyakit saya bisa sembuh. Ternyata benar dugaan saya pak Abu adalah muslim yang taat, berulang kali saya diminta untuk membaca basmalah, dan saya lakukan pula. Dalam  pikiran saya waktu itu adalah saya akan lakukan apapun yang diminta oleh pak Abu agar penyakit saya bisa sembuh.

Di akhir pertemuan saya diberi resep,  untk membeli obat di rumah salah seorang putra pak Abu. Ketika saya sodorkan resep tersebut, saya juga tanyakan harga obatnya. Si penjual bilang harganya Rp 32.500,00 padahal waktu itu saya tidak membawa uang sebanyak itu. Uang yang di saku hanya sekedar cukup untuk membayar ongkos becak. Ketika menyerahkan obat, penjual bilang bahwa saya tidak perlu membayar sebab pak Abu bilang khusus untuk pak Theo gratis saja. Sesampai di rumah saya langsung mengkonsumsi obat tradisioanl tersebut. Beberapa hari kemudian badan terasa enak, sakit yang selama ini saya rasakan mulai berkurang. Hingga akhirnya penyakit saya sembuh total. Sejak saat itu pula kebiasaan makan daging babi dan anjing benar-benar saya tinggalkan.

Suatu ketika saya ingin mengucapkan rasa terima kasih kepada pak Abu dengan mendatangi rumah beliau. Ketika sampai ternyata banyak orang berkerumun di rumah beliau. Saya diberitahu bahwa pak Abu meninggal dunia, bak disambar petir di siang bolong. Tidak dapat menahan air mata kala itu, saya menangis.
Dalam hati kecil, timbul keinginan untuk mengikuti jejak beliau beragama islam. Mulailah saya dengan sembunyi-sembunyi menghadiri pengajian di kampung meskipun saat itu status saya masih penganut Kristen.
Setelah cukup saya mendapatkan pelajaran agama, saya minta disyahadatkan. Alhamdulillah akhirnya saya membaca dua kalimat syahadat di Kantor UII (Universitas Islam Indonesia) Yogyakarta beserta dengan Istri dan anak saya.

Tak jarang saya diminta untuk sekedar berbagi pengalaman di beberapa tempat tentang kisah hidup dan perjalanan saya selama menjadi penganut Kristen hingga akhirnya mendapat hidayah dari Allah SWT. Meskipun dari pemahaman agama Islam saya tergolong masih sangat minim, tapi selagi bisa berbagi maka akan sampaikan walaupun itu pahit rasanya.

Ketika saya mulai berinterksi dengan banyak muslim, saya mulai berpikir bahwa Muslim yang menyeberang menjadi Kristen itu kebanyakan motivasinya mendapat kedudukan, serta iming-iming kekayaan, dan kehidupan yang baik. Berbeda dengan orang Kristen yang masuk Islam pasti mengalami ujian yang sangat berat. Terutama dalam bidang ekonomi, kehilangan pekerjaan, dikucilkan dari pergaulan, dicaci maki dan lain sebagainya. Diri saya pun tak luput dari ujian tersebut. Saya dikeluarkan dari pekerjaan tanpa pesangon. Saya dipecat, karena masuk Islam. Dengan rasa percaya diri dan iman kepada Allah, saya pasrahkan semua kepada-Nya. Derita apapun akan saya hadapi dengan hati yang tabah.

Untuk menyambung hidup dan mencukupi kebutuhan keluarga, saya mulai kembali membuat roti. Setelah saya diuji oleh Allah dengan berbagai kesulitan, benar rasanya Allah memberi anugerah yang tak pernah terbayangkan sebelumnya. Hingga akhirnya ada seorang dermawan yang memberikan modal untuk usaha saya beserta dengan rumah tempat tinggal. Dengan iringan doa semoga Allah selalu melimpahkan rahmat dan hidayahNya kepada dermawan tersebut serta memberi rizki dan pahala yang berlipat ganda. Amin. [Kisah ini dirangkum oleh M. Hadjir Digdodharmojo]

Minggu, 03 Juli 2011

Misteri Shodaqoh

Katakanlah: "Sesungguhnya Tuhanku melapangkan rezki bagi siapa yang dikehendaki-Nya diantara hamba-hamba-Nya dan menyempitkan bagi (siapa yang dikehendaki-Nya)." Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dia-lah Pemberi rezki yang sebaik-baiknya.(QS. Saba’: 39)

Satu hal yang kadang sulit bagi kita yakni merelakan apa yang kita berikan kepada orang lain. Padahal dengan tegas Allah berjanji akan memberikan rizki kepada para hambanya, dengan memberi balasan atas amal yang dikerjakan. Barang siapa yang menyedekahkan hartanya dengan diliputi rasa kekhawatiran akan menjadi fakir, maka seolah-olah ia tidak membenarkan janji Allah dan RasulNya.
Dalam sebuah riwayat, Abu Hurairah pernah menceritakan Rasulullah SAW sedang menasehati Bilal: ”Sedekahkan hartamu wahai Bilal. Kamu jangan khawatir kalau Allah sang penguasa Arsy sampai mengurangi hartamu (fakir)”. (HR Thabarani)

Hiasan Bisikan Setan
Memang setan tak akan pernah menyerah untuk selalu meniupkan rasa takut dan khawatir kepada orang yang senantiasa shadaqah.
"Setan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat kejahatan (kikir); sedang Allah menjanjikan untukmu ampunan daripada-Nya dan karunia. Dan Allah Maha Luas (karuniaNya) lagi Maha Mengetahui." (QS. Al-Baqarah: 268)
Menafsirkan ayat mulia ini, Ibnu Abbas  berkata: "Dua hal dari Allah, dan dua hal dari setan. Dan dua hal dari Allah adalah, "Allah menjanjikan untukmu ampunan daripadaNya," yakni atas maksiat yang kamu kerjakan, "dan karunia" berupa rizki. Sedang dua hal dari setan: "Setan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan." Setan itu berkata, 'Jangan kamu infakkan hartamu, peganglah untukmu sendiri karena kamu membutuhkannya'. "Dan menyuruh kamu berbuat kejahatan (kikir).
Imam Ibnu Qayim Al-Jauziyah dalam menafsirkan ayat yang mulia ini berkata: "Demikianlah, peringatan setan bah-wa orang yang menginfakkan hartanya, bisa mengalami ke-fakiran bukanlah suatu bentuk kasih sayang setan kepa-danya, juga bukan suatu bentuk nasihat baik untuknya. Ada-pun Allah, maka Ia menjanjikan kepada hambaNya ampunan dosa-dosa daripadaNya, serta karunia berupa penggantian yang lebih baik daripada yang ia infakkan, dan ia dilipatgan-dakanNya baik di dunia dan di akhirat." 

Selaksa Manfaat
Banyak pundi-pundi amal yang dapat kita dulang dari sebuah shadaqah, berikut ini diantara manfaat yang dapat kita peroleh dari shadaqah, tentunya tidak sebatas yang kami sebutkan berikut, tapi lebih dari itu.
Pertama, diturunkannya barokah dari harta seseorang. Barokah maknanya adalah tambah atau tetapnya kebaikan. Dengan harta yang disedekahkan akan menambah amal shalih seseorang, untuk menyantuni fakir miskin anak yatim sekaligus sebagai tambahan amal shalih. Dengan begini tetaplah kebaikan dalam dirinya. Abu Hurairah meriwayatkan: Rasulullah SAW pernah bersabda: “Wahai manusia bersedekahlah apa yang telah dikaruniakan kepadamu” kemudian Rasullullah melanjutkan sabdanya, sesungguhnya berkah Allah (rezeki) tidak terbatas, senantiasa mengalir, dan tidak sesuatupun yang bisa menguranginya, baik diwaktu malam atau siang. (HR Muslim)
Kedua, rizki semakin melimpah atau sebagai pembuka pintu rizki. Diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari dari Abu Hurairah  bahwasanya Nabi  bersabda: "Tidaklah para hamba berada di pagi hari kecuali didalamnya terdapat dua malaikat yang turun. Salah satunya berdo'a, 'Ya Allah, berikanlah kepada orang yang berinfak ganti (dari apa yang ia infakkan)'. Sedang yang lain berkata, 'Ya Allah, berikanlah kepada orang yang menahan (hartanya) kebinasaan (hartanya)'."
Ketiga, diturunkan hujan dari langit yang menumbuhkan berbagai macam tumbuhan.
Abdullah bin Umar bercerita : Rasulullah SAW mendatangi kami kemudian berkhutbah : “…suatu kaum yang enggan berzakat dan mereka tidak merasakan turun hujan dari langit dan seandainya tidak ada binatang ternak niscaya mereka tidak diturunkan hujan…(HR Muslim).
Hadits di atas menyatakan keengganan kita mengeluarkan zakat menimbulkan tertahannya hujan sehingga mengakibatkan paceklik, kelaparan, hidup serba susah dan berkurangnya kebaikan dimuka bumi.
Keempat, menolak terjadinya bencana atau musibah. Sahabat Anas RA berkata: Bersegeralah kalian mengeluarkan shadaqah, karena musibah tidak mampu melampaui shadaqah. Bisa jadi silih bergantinya musibah yang menerpa negeri ini karena keengganan orang-orang untuk mengeluakan shadaqah.
Kelima, dapat menyembuhkan penyakit. Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW pernah bersabda: “Hendaklah kalian mengobati sakit kalian dengan shadaqah. (Hadits Hasan Shahih at-Targhib Li al-Bani)
Keenam, dapat menghapus dosa seseorang. Rafi’ bin Khujaj meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda: shadaqah dapat menutup tujuh puluh pintu kejahatan. Dalam sabdanya yang lain: Shadaqah dapat menghapus dosa sebagaimana air bisa memadamkan api.

Segala amalan yang kita perbuat, amal baik ataupun amal buruk, semuanya akan terpulang kepada kita. Demikian juga jika kita berbicara soal harta yang kini ada dalam genggaman kita dan kerapkali membuat kita lalai. Demi Allah, semua ini datangnya dari Allah yang Maha Pemberi Rizki dan Maha Kaya. Dititipkanya harta kepada kita tiada lain supaya kita bisa beramal dan bershadaqah dengan penuh keikhlasan semata-mata karena Allah. Kemudian pastilah kita akan mendapatkan balasan pahala dari pada-Nya, baik ketika di dunia ini maupun saat menghadap-Nya kelak. Wallahu a’lam. [aan]

SHALAT DHUHA

Shalat merupakan kuncinya surga, apabila baik shalat kita maka akan baik pula seluruh amal kita. Namun seringkali shalat kita tidak sempurna, maka diantara cara untuk menambal shalat kita yang berlobang sana sini Rasulullah menawarkan alternatif yang sungguh luar biasa yakni dengan melazimi shalat sunnah, seperti tahiyatul masjid, witir, tahajjud, dhuha dan masih banyak lagi shalat-shalat sunnah.

Shalat Dhuha merupakan shalat yang banyak mengandung fadhilah/ keutamaan, namun tidak banyak mendapat perhatian dari kita selaku mukmin. Karena ia berada dalam waktu yang di dalamnya banyak kesibukan. Orang banyak yang bekerja mencari rezki. Bagi pelajar mereka sibuk menuntut ilmu, begitu juga dengan yang memiliki kesibukan lainnnya. Oleh karenanya ia tidak begitu mendapat perhatian yang serius dan sering terlupakan.

Kapan Shalat Dhuha Dilakukan?
Waktunya ketika matahari mulai naik sepenggalah (agak miring). Dan waktu yang paling afdhal adalah ketika mulai panas. Hal ini dijelaskan didalam sebuah hadits Rasulullah SAW: ”Shalat awaabiin (orang-orang yang kembali kepada Allah) adalah ketika anak-anak unta sudah merasa kepanasan” (HR. Muslim)

Jumlah Rakaat
Disyariatkan kepada orang muslim untuk mengerjakan shalat Dhuha dengan dua, empat, enam, delapan atau dua belas rakaat.

Jika mau, dia boleh mengerjakannya dua rakaat dua rakaat. Adapun shalat Dhuha yang dikerjakan dua rakaat telah ditunjukkan oleh hadits Abu Dzar RA, Rasulullah SAW bersabda.
“Bagi masing-masing ruas dari anggota tubuh salah seorang di antara kalian harus dikeluarkan sedekah …Dan semua itu setara dengan ganjaran dua rakaat shalat Dhuha” (HR. Muslim)

Sedangkan shalat Dhuha yang dikerjakan empat rakaat, telah ditunjukkan oleh Abu Darda dan Abu Dzar RA, dari Rasulullah SAW, dari Allah yang Mahaperkasa lagi Mahamulia, dimana Dia berfirman: ”Wahai anak Adam, ruku’lah untuk-Ku empat rakaat di awal siang, niscaya Aku akan mencukupimu di akhir siang” (HR. At-Tirmidzi)

Sedangkan shalat Dhuha yang dikerjakan enam rakaat, ditunjukkan oleh hadits Anas bin Malik RA: “Bahwa Nabi SAW pernah mengerjakan shalat Dhuha enam rakaat” (HR. At-Tirmidzi di dalam kitab Asy-Syamaa-il)

Dan shalat Dhuha yang dikerjakan delapan rakaat ditunjukkan oleh hadits Ummu Hani, di mana dia bercerita: ”Pada masa pembebasan kota Makkah, dia mendatangi Rasulullah SAW ketika beliau berada di atas tempat tinggi di Makkah. Rasulullah SAW beranjak menuju tempat mandinya, lalu Fathimah memasang tabir untuk beliau. Selanjutnya, Fatimah mengambilkan kain beliau dan menyelimutkannya kepada beliau. Setelah itu, beliau mengerjakan shalat Dhuha delapan rekaat” (HR. Asy-Syaikhani)

Sedangkan shalat Dhuha yang dikerjakan dua belas rakaat ditunjukkan oleh hadits Abu Darda RA, dimana dia bercerita, Rasulullah SAW bersabda.
“Barangsiapa mengerjakan shalat Dhuha dua rakaat, maka dia tidak ditetapkan termasuk orang-orang yang lengah. Barangsiapa shalat empat rakaat, maka dia tetapkan termasuk orang-orang yang ahli ibadah. Barangsiapa mengerjakan enam rakaat maka akan diberikan kecukupan pada hari itu. Barangsiapa mengerjakan delapan rakaat, maka Allah menetapkannya termasuk orang-orang yang tunduk dan patuh. Dan barangsiapa mengerjakan shalat dua belas rakaat, maka Allah akan membangunkan baginya sebuah rumah di Surga. Dan tidaklah satu hari dan tidak juga satu malam, melainkan Allah memiliki karunia yang danugerahkan kepada hamba-hamba-Nya sebagai sedekah. Dan tidaklah Allah memberikan karunia kepada seseorang yang lebih baik daripada mengilhaminya untuk selalu ingat kepada-Nya” (HR. Ath-Thabrani)

Keutamaan shalat Dhuha
Banyak hadits Rasulullah SAW yang bercerita tentang keutamaan shalat Dhuha, diantaranya;

Dari Abu Dzar al-Ghifari ra, ia berkata bahwa Nabi saw bersabda; Di setiap sendiri seorang dari kamu terdapat sedekah, setiap tasbih (ucapan subhanallah) adalah sedekah, setiap tahmid (ucapan alhamdulillah) adalah sedekah, setiap tahlil (ucapan lailahaillallah) adalah sedekah, setiap takbir adalah sedekah, menyuruh kepada kebaikan adalah sedekah, mencegah dari kemungkaran adalah sedekah. Dan dua rakaat Dhuha diberi pahala" (H.R. Muslim).

Di dalam Fath al-Bari, Imam Ibnu Hajar berkata; "Salah satu dari faidah shalat Dhuha adalah diberi pahala sedekah bagi seluruh sendi manusia dalam setiap hari. Dan jumlah sendi itu adalah tiga ratus enam puluh sendi" .

Bagi yang rajin mengerjakan shalat Dhuha, maka ia akan dibangunkan sebuah rumah di dalam surga. Hal ini dijelaskan dalam sebuah hadits Rasulullah SAW: "Barangsiapa yang shalat Dhuha sebanyak empat rakaat dan empat rakaat sebelumnya, maka ia akan dibangunkan sebuah rumah di surga"

Dan tentunya masih banyak keutamaan shalat dhuha, mudah-mudahan kita bisa melaksanakannya secara perlahan-lahan. Kita sempatkan diri kita untuk menghadap Allah SWT. Rasanya tidak akan lama dan tidak akan memakan waktu yang panjang untuk mengerjakannya. Dua rakaat, empat rakaat, enam rakaat, delapan rakaat. Bagi yang kerja di kantor, kita upayakan sebisa mungkin. Bagi para pengajar, kita upayakan ketika waktu istirahat. Bagi para siswa (pelajar, mahasiswa) kita usahakan ketika waktu istirahat. Insya Allah kita akan mendapat ketenangan batin, kelapangan hidup dan ketentraman jiwa dengan mengingat Allah SWT. [idris]

Kamis, 23 Juni 2011

CINTA KASIH SEORANG AYAH

Ayah adalah sosok yang kuat, tegas, berwibawa, dan berani. ltulah yang digambarkan seorang anak manakala ia ditanya mengenai sosok ayahnya. Kedekatan anak dengan orang tua, baik ayah atau ibu menjadikan pandangan anak terhadap ayah dan ibupun akan berbeda. Mengapa ada perbedaan? Jawabnya adalah karena seringnya bertemu, dan cara kedekatan ayah dan ibu pada anak yang berbeda.
Cinta seorang ayah kepada anak bukanlah suatu hal dapat dengan mudah berkurang atau bahkan hilang. Cinta ayah kepada anak bagaikan bara dalam api. Tidak tampak, namun tidak pernah padam. Selalu memberi kehangatan. Bahkan akan berusaha membara kembali dengan semakin bertambahnya sekam.
Namun cinta yang terpendam dalam sekam, seringkali tidak mudah ditangkap oleh anak-anak yang merindukan belaian, atau anak yang mempunyai jumlah pertemuan yang sangat sedikit dengan ayahnya. Sosok yang pendiam, galak, dan terlalu disiplin serta predikat sangar lainnya akan diberikan anak yang jarang mendapat belaian dari ayahnya.
Begitu juga bagi remaja yang sedang masuk dalam permasalahan pubertas, namun kurang mendapat respon dan ayahnya, akan mencari sosok yang bisa mengayominya. Namun demikian, sebetulnya remaja sangat mendambakan kehadiran ayahnya meskipun predikat sangar masih dalam bayangannya. Hal ini dikarenakan ia sedang menunggu seorang “guru” dalam kehidupan sosialnya. Bagaimana dengan kita?

Luangkan Waktu Spesial
Sebagai ayah, hendaknya mengetahui perkembangan dan kebutuhan anak akan kedekatan orang tuanya. Sempatkan waktu dalam sehari meski hanya sesaat, spesial untuk anak-anak kita. Kedekatan tidak harus bergandengan tangan, tidak harus bercengkrama setiap saat. Namun pada keadaan tertentu bercengkrama dan bergandengan tangan merupakan hal yang dirindukan.
Adapun kunci yang dapat memberi kualitas kedekatan ayah pada anaknya meskipun sebentar antara lain:
- Usahakan berpamitan kepada anak saat kita akan berangkat bekerja dengan mencium mereka. Atau jika ayah berangkat lebih siang dari anak-anak, hantarkan mereka pergi sekolah meski hanya sampai depan pintu rumah.
- Doakan anak-anak kita, baik di depan mereka maupun disaat kita sendiri.
- Tanyakan kabar anak-anak kita sepulang sekolah.  
- Jika anak kita sudah remaja, lakukan setiap hari. Apa kabarnya dan bagaimana shalat mereka hari ini?
- Ciumlah anak-anak kita sesering mungkin.
- Bercerita sepulang dari shalat berjamaah di masjid.
Masih banyak lagi kunci kedekatan ayah dengan anak. Apabila yang tertulis di atas dapat dilakukan semuanya insya Allah akan besar manfaatnya bagi keluarga kita. Namun apabila kita tidak mampu melakukan semuanya, lakukanlah salah satu dari yang tertulis di atas dan jadikan kebiasaaan. Insya Allah akan tertanam di dalam benak anak kita suatu kedekatan nyata yang akan memunculkan kerinduan hingga anak kita tumbuh besar bahkan hingga dewasa.

Kasih Sayang Sepanjang Masa
Ibu mempunyai peran penting dalam menanamkan kecintaan anak kepada ayahnya. Sejak bangun tidur hingga sebelum tidur lagi, cinta ibu kepada ayah akan memberikan gambaran betapa keharmonisan di dalam rumah tangga dapat diikuti oleh anak-anaknya. Ketaatan ibu kepada ayah menjadi panutan anak untuk hormat dan patuh kepada ayah. Cinta adalah rasa, rasa diciptakan dengan sentuhan hati dan sentuhan verbal. Kerjasama ayah dan ibu dalam membagi kasih sayang dalam bentuk ucapan dan tindakan pada saat di rumah juga merupakan bagian dan cara untuk menyeimbangkan kedekatan anak dengan orang tuanya. Memberikan gambaran ayah yang kuat, sayang dan suka menolong akan mengurangi gambaran ayah yang sangar tersebut.
Ibu juga mempunyai kunci yang dapat memberikan kualitas kedekatan anak pada ayah:
- Ajak anak bersalaman pada saat ayah berangkat kerja atau berpamitan sekolah
- Mengajak berdo’a untuk ayah yang sedang bekerja mencari nafkah untuk keluarga.
- Sampaikan kepada anak bahwa tugas dan peran ayah di luar (kerja) adalah perintah Allah dalam menafkahi keluarga, bukan kepentingan sendiri.
- Menceritakan kebaikan ayah pada anak kita saat masih kecil (bayi) pada saat ibu berdua dengan anak (tanpa kehadiran ayah).
- Mengajak anak menyongsong kedatangan ayah dari bepergian/ kerja. Menunggu di depan rumah dengan air minum yang disiapkan untuk ayah. Setelah ayah datang ajak bersalaman dan mencium ayahnya.
Masih banyak lagi yang dapat kita ciptakan dan lakukan, namun apabila tidak dapat dilakukan semuanya, lakukanlah satu hal yang dapat menanamkan kedekatan anak dengan ayah dengan istiqomah. Wallahu a’lam. [nur aini]

HANGATNYA CINTA SEORANG AYAH

Ayah adalah sosok yang kuat, tegas, berwibawa, dan berani. ltulah yang digambarkan seorang anak manakala ia ditanya mengenai sosok ayahnya. Kedekatan anak dengan orang tua, baik ayah atau ibu menjadikan pandangan anak terhadap ayah dan ibupun akan berbeda. Mengapa ada perbedaan? Jawabnya adalah karena seringnya bertemu, dan cara kedekatan ayah dan ibu pada anak yang berbeda.
Cinta seorang ayah kepada anak bukanlah suatu hal dapat dengan mudah berkurang atau bahkan hilang. Cinta ayah kepada anak bagaikan bara dalam api. Tidak tampak, namun tidak pernah padam. Selalu memberi kehangatan. Bahkan akan berusaha membara kembali dengan semakin bertambahnya sekam.
Namun cinta yang terpendam dalam sekam, seringkali tidak mudah ditangkap oleh anak-anak yang merindukan belaian, atau anak yang mempunyai jumlah pertemuan yang sangat sedikit dengan ayahnya. Sosok yang pendiam, galak, dan terlalu disiplin serta predikat “strong” lainnya akan diberikan anak yang jarang mendapat belaian dari ayahnya.
Begitu juga bagi remaja yang sedang masuk dalam permasalahan pubertas, namun kurang mendapat respon dan ayahnya, akan mencari sosok yang bisa mengayominya. Namun demikian, sebetulnya remaja sangat mendambakan kehadiran ayahnya meskipun image “strong” masih dalam bayangannya. Hal ini dikarenakan ia sedang menunggu seorang “guru” dalam kehidupan sosialnya. Bagaimana dengan kita?

Luangkan Waktu Spesial
Sebagai ayah, hendaknya mengetahui perkembangan dan kebutuhan anak akan kedekatan orang tuanya. Sempatkan waktu dalam sehari meski hanya sesaat, spesial untuk anak-anak kita. Kedekatan tidak harus bergandengan tangan, tidak harus bercengkrama setiap saat. Namun pada keadaan tertentu bercengkrama dan bergandengan tangan merupakan hal yang dirindukan.
Adapun kunci yang dapat memberi kualitas kedekatan ayah pada anaknya meskipun sebentar antara lain:
- Usahakan berpamitan kepada anak saat kita akan berangkat bekerja dengan mencium mereka. Atau jika ayah berangkat lebih siang dari anak-anak, hantarkan mereka pergi sekolah meski hanya sampai depan pintu rumah.
- Doakan anak-anak kita, baik di depan mereka maupun disaat kita sendiri.
- Tanyakan kabar anak-anak kita sepulang sekolah.
- Jika anak kita sudah remaja, lakukan setiap hari. Apa kabarnya dan bagaimana sholat mereka hari
inii?
- Ciumlah anak-anak kita sesering mungkin.
- Bercerita sepulang dari shalat berjamaah di masjid.
Masih banyak lagi kunci kedekatan ayah dengan anak. Apabila yang tertulis di atas dapat dilakukan semuanya insya Allah akan besar manfaatnya bagi keluarga kita. Namun apabila kita tidak mampu melakukan semuanya, lakukanlah salah satu dari yang tertulis di atas dan jadikan kebiasaaan. Insya Allah akan tertanam di dalam benak anak kita suatu kedekatan nyata yang akan memunculkan kerinduan hingga anak kita tumbuh besar bahkan hingga dewasa.

Kasih Sayang Sepanjang Masa
Ibu mempunyai peran penting dalam menanamkan kecintaan anak kepada ayahnya. Sejak bangun tidur hingga sebelum tidur lagi, cinta ibu kepada ayah akan memberikan gambaran betapa keharmonisan di dalam rumah tangga dapat diikuti oleh anak-anaknya. Ketaatan ibu kepada ayah menjadi panutan anak untuk hormat dan patuh kepada ayah. Cinta adalah rasa, rasa diciptakan dengan sentuhan hati dan sentuhan verbal. Kerjasama ayah dan ibu dalam membagi kasih sayang dalam bentuk verbal dan non-verbal pada saat di rumah juga merupakan bagian dan cara untuk menyeimbangkan kedekatan anak dengan orang tuanya. Memberikan gambaran ayah yang kuat, sayang dan suka menolong akan mengurangi gambaran ayah yang “strong” tersebut.
Ibu juga mempunyai kunci yang dapat memberikan kualitas kedekatan anak pada ayah:
-  Ajak anak bersalaman pada saat ayah berangkat kerja atau berpamitan sekolah
-  Mengajak berdo’a untuk ayah yang sedang bekerja mencari nafkah untuk keluarga. - ---- Sampaikan kepada anak bahwa tugas dan peran ayah di luar (kerja) adalah perintah Allah dalam menafkahi keluarga, bukan kepentingan sendiri.
-  Menceritakan kebaikan ayah pada anak kita saat masih kecil (bayi) pada saat ibu berdua dengan anak (tanpa kehadiran ayah).
-  Mengajak anak menyongsong kedatangan ayah dari bepergian/ kerja. Menunggu di depan rumah dengan air minum yang disiapkan untuk ayah. Setelah ayah datang ajak bersalaman dan mencium ayahnya.
Masih banyak lagi yang dapat kita ciptakan dan lakukan, namun apabila tidak dapat dilakukan semuanya, lakukanlah satu hal yang dapat menanamkan kedekatan anak dengan ayah dengan istiqomah. Wallahu a’lam. [nur ‘aini]

Rabu, 22 Juni 2011

AKIBAT BERBUAT MAKSIAT

Jama’ah shalat jum’ah yang dimuliakan Allah Ta’ala

Allahamdulillah segala puji bagi Allah yang telah menjadikan kita seorang mukmin yang senantiasa berusaha untuk melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Dan Dia lah yang telah memberikan pada kita nikmat kesehatan dan kesempatan sehingga kita ditaqdirkan dapat melaksanakan shalat jum’ah di masjid ini.

Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada nabi junjungan, nabi besar Muhammad SAW yang telah membawa ummat ini dari jaman jahiliyah menuju zaman yang terang benderang dengan cahaya Islam.

Jama’ah shalat jum’ah yang dimuliakan Allah Ta’ala

Sesungguhnya musibah-musibah yang menimpa kaum muslimin saat ini berupa penderitaaan, kesulitan dan kesempitan baik pada harta maupun keamana, baik yang menyangkut pribadi ataupun sosial, sesungguhnya disebabkan oleh maksiat-maksiat yang mereka lakukan. Sikap mereka yang meninggalkan perintah-perintah Allah, Allah yang paling sayang terhadap mereka daripada kasih sayang ibu-ibu dan bapak-bapak mereka. Dan yang paling mengetahui kemaslahatan dan kebaikan bagi mereka daripada diri mereka sendiri. Allah berfirman,

مَاكَانَ لِبَشَرٍ أَن يُؤْتِيَهُ اللهُ الْكِتَابَ وَالْحُكْمَ وَالنُّبُوَّةَ ثُمَّ يَقُولَ لِلنَّاسِ كُونُوا عِبَادًا لِّي مِن دُونِ اللهِ وَلَكِن كُونُوا رَبَّانِيِّينَ بِمَا كُنتُمْ تُعَلِّمُونَ الْكِتَابَ وَبِمَا كُنتُمْ تَدْرُسُونَ

"Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana yang menimpamu, Maka dari (kesalahan) dirimu sendiri. kami mengutusmu menjadi Rasul kepada segenap manusia. dan cukuplah Allah menjadi saksi." (QS. An Nisa’: 79)

Jama’ah shalat jum’ah yang dimuliakan Allah Ta’ala

Sesungguhnya kebanyakan orang-orang sekarang mengembalikan sebab musibah-musibah yang mereka alami, baik musibah yang menyangkut harta atau yang menyangkut keamanan dan politik mereka mengembalikan sebab-sebab musibah-musibah ini hanya kepada sebab-sebab alami, materi, atau kepada sebab pergolakan politik, atau sebab perekonomian, atau kepada sebab perselisihan tentang daerah perbatasan antara dua Negara.

Tidak disangsikan lagi, hal ini disebabkan kurangnya pemahaman mereka dan lemahnya iman mereka dan kelalaian mereka dari mentadabburi Al-Qur’an dan sunnah-sunnah Rasulullah SAW.

Jama’ah shalat jum’ah yang dimuliakan Allah Ta’ala

Islam selalu mengajarkan kebaikan kepada pengikutnya. Demikian pula Islam melarang pemeluknya untuk berbuat dosa dan kemaksiatan. Tidaklah Islam memerintahkan serta melarang sesuatu kecuali ada hikmah dibalik semua itu.

Setiap orang yang melanggar aturann yang telah ditetapkan Allah, pasti pelakunya akan mendapat kesengsaraan di dunia dan akhirat. Ia akan menjadi titik hitam yang sulit dibersihkan jika tidak bertaubat dan dibarengi dengan perbuatan yang baik. Rasulullah SAW bersabda :

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ : « إِنَّ الْمُؤْمِنَ إِذَا أَذْنَبَ كَانَتْ نُكْتَةٌ سَوْدَاءُ فِى قَلْبِهِ فَإِنْ تَابَ وَنَزَعَ وَاسْتَغْفَرَ صُقِلَ قَلْبُهُ فَإِنْ زَادَ زَادَتْ فَذَلِكَ الرَّانُ الَّذِى ذَكَرَهُ اللَّهُ فِى كِتَابِهِ ( كَلاَّ بَلْ رَانَ عَلَى قُلُوبِهِمْ مَا كَانُوا يَكْسِبُونَ(

“Seorang mukmin jika berbuat satu dosa, maka ternodalah hatinya dengan senoktah warna hitam. Jika dia bertobat dan beristighfar, hatinya akan kembali putih bersih. Jika ditambah dengan dosa lain, noktah itu pun bertambah hingga menutupi hatinya. Itulah karat yang disebut-sebut Allah dalam ayat,“Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutup hati mereka." (HR Tarmidzi)

Jama’ah shalat jum’ah yang dimuliakan Allah Ta’ala

Ada seorang ulama’ Ibnul Qoyyim al Jauziyah menjelaskan akibat berbuat maksiat pada Allah Ta’ala. Diantara akibat tersebut adalah :

1. Maksiat Menghalangi Ilmu Pengetahuan

Ilmu adalah cahaya yang dipancarkan ke dalam hati. Namun, kemaksiatan dalam hati dapat menghalangi dan memadamkan cahaya tersebut. Ketika Imam Malik melihat kecerdasan dan daya hafal Imam Syafi'i yang luar biasa, beliau (Imam Malik) berkata,

"Aku melihat Allah telah menyiratkan dan memberikan cahaya di hatimu, wahai anakku. Janganlah engkau padamkan cahaya itu dengan maksiat. "

Ketahuilah bahwa Islam ini adalah cahaya. Ia akan menerangi jalan menuju jannah-Nya Allah Ta’ala. Dan ketahuilah bahwa cahaya islam ini tidak akan masuk kedalam hati kita jika kemaksiatan masih menghiasi kehidupan kita.

Banyaknya pengajian yang kita hadiri, ceramah-ceramah dari pada da’i dan khotib yang kita dengarkan, akan tetapi banyak yang sulit untuk diserap dalam pikiran kita. Mungkin penyebabnya adalah maksiat.

Bagaimana tidak, telinga kita masih mendengarkan perkataan-perkataan yang kotor. Mata kita masih menonton tayangan-tayangan yang seronok. Serta anggota badan kita masih banyak melakukan dosa-dosa sehingga Allah belum memberikan ilmunya pada kita.

2. Maksiat Menghalangi Rizki

Jika ketakwaan adalah penyebab datangnya rizki. Maka meninggalkan ketakwaan berarti menimbulkan kefakiran.

عَنْ ثَوْبَانَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ الرَّجُلَ لَيُحْرَمُ الرِّزْقَ بِالذَّنْبِ يُصِيبُهُ
"Dari Tsauban berkata, bersabda Rasulullah sallallahu alaihiwasallam : Sesungguhnya seorang hamba dicegah dari rezeki akibat dosa yang diperbuatnya" (HR. Ahmad)

Kita harus yakin bahwa takwa adalah penyebab yang akan mendatangkan rizki dan memudahkannya dan tidaklah mudah mendapatkan rizki Allah kecuali kita tinggalkan kemaksiatan dan janganlah kita penuhi jiwa kita hal-hal yang berbau maksiat.

Kita juga harus membersihkan rizki kita dari barang-barang yang haram dan syubhat. Jauhkan dari riba, menipu, serta transaksi-transaksi yang dilarang dalam islam. Dan ingatlah bahwa satu suap yang didapat dari barang haram bisa menjadikan diri kita terjerumus kedalam neraka. Rasulullah SAW bersabda:

كُلُّ جَسَدٍ نَبَتَ مِنْ سُحْتٍ فَالنَّارُ أَوْلَى بِهِ
Setiap jasad yang tumbuh dari barang haram, maka neraka lebih pantas baginya. (HR. Thabrani dan dishahihkan oleh Al Bani)

3. Maksiat Menimbulkan Jarak Dengan Allah
Diriwayatkan ada seorang laki-laki yang mengeluh kepada seorang arif tentang kesunyian jiwanya. Sang arif berpesan, "Jika kegersangan hatimu akibat dosa-dosa, maka tinggalkanlah (perbuatan dosa itu). Dalam hati kita, tak ada perkara yang lebih pahit daripada kegersangan dosa diatas dosa."

4. Maksiat Menjauhkan Pelakunya dengan Orang baik

Maksiat menjauhkan pelakunya dari orang lain, terutama dari golongan yang baik. Semakin berat tekanannya, maka semakin jauh pula jaraknya hingga berbagai manfaat dari orang yang baik terhalangi. Kesunyian dan kegersangan ini semakin menguat hingga berpengaruh pada hubungan dengan keluarga, anak-anak dan hati nuraninya sendiri. Seorang salaf berkata, "Sesungguhnya aku bermaksiat kepada Allah, maka aku lihat pengaruhnya pada perilaku binatang (kendaraan) dan istriku."

5. Maksiat Menyulitkan Urusan

Jika ketakwaan dapat memudahkan segala urusan, maka pelaku maksiat akan menghadapi kesulitan dalam menghadapi segala urusannya. Maksiat menggelapkan hati, ketaatan adalah cahaya, sedangkan maksiat adalah gelap gulita. Ibnu Abbas ra berkata, "Sesungguhnya perbuatan baik itu mendatangkan kecerahan pada wajah dan cahaya pada hati, kekuatan badan dan kecintaan. Sebaliknya, perbuatan buruk itu mengundang ketidakceriaan pada raut muka, kegelapan di dalam kubur dan di hati, kelemahan badan, susutnya rizki dan kebencian makhluk."

Kita berdo’a pada Allah Ta’ala agar ia Dia menjauhkan kita dari masiat dan memudahkan kita dalam ketaatan.

اَللَّهُمَّ اقْسِمْ لَنَا مِنْ خَشْيَتِكَ مَاتَحُوْلُ بَيْنَنَا وَبَيْنَ مَعْصِيَتِكَ وَمِنْ طَاعَتِكَ مَا تُبَلِّغُنَابِهِ جَنَّتَكَ وَمِنَ الْيَقِيْنِ مَاتُهَوِّنُ بِهِ عَلَيْنَا مَصَائِبَ الدُّنْيَا

"Ya Allah, anugerahkan kepada kami rasa takut kepada-Mu yang membatasi antara kami dengan perbuatan maksiat kepadamu dan berikan ketaatan kepada-Mu yang mengantarkan kami ke surga-Mu dan anugerahkan pula keyakinan yang akan menyebabkan ringan bagi kami segala musibah di dunia ini."

أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا وَأسْتَغْفِرُ اللهُ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ وَتُوْبُوْا إِلَيْهِ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمِ.

Jumat, 17 Juni 2011

AGAR SEPARO TAQWA LAGI KITA MILIKI

Dari Anas bin Malik r.a ia berkata: bersabda Rasulullah saw: “Jika seorang hamba menikah, berarti ia telah menyempurnakan setengah agamanya, maka hendaklah ia bertaqwa kepada Allah pada separuh sisanya.” {HR. Baihaqi}

Baiklah, anggap saja anda telah menikah, berarti anda berhak untuk mendapat separuh dari kesempurnaan dien. Tahukah anda kenapa pernikahan mengambil separuh bagian dari dien ini? Karena pernikahan adalah ibadah yang agung, ia membantu kita menegakkan dien dan menjaga syari’at Allah swt, seperti sabda Rasul saw.
“Wahai sekalian para pemuda barang siapa diantara kalian telah mampu [ba’ah] hendaklah menikah karena dengan menikah itu lebih dapat menundukan pandangan dan lebih menjaga kemaluan. Barang siapa yang belum mampu menikah hendaklah ia berpuasa karena puasa merupakan wijaa’ (pemutus syahwat) baginya.” [HR. Bukhori (4/106) dan Muslim (no. 1400) dari Ibnu Masud.]

Untuk bertakwa pada separoh sisa dari kesempurnaan dien, kita memerlukan dukungan dari komponen yang lain, tanpa dukungan itu, kita akan mengalami kesulitan untuk bertahan apalagi maju dalam prestasi dien ini. Alih alih membangun keluarga sakinah malah derita, pilu dan kegagalan rumah tangga yang harus kita tanggung, mimpi indahnya pernikahan menjadi bencana dalam kehidupan.
Diantara komponen penting itu adalah orang-orang terdekat yang hadir di sekitar kita; istri dan anak-anak. Maka, berbahagialah mereka yang memiliki istri dan anak-anak, yang kehadirannya mewarnai prestasi ketakwaan kita di hadapan Allah swt.

Tatkala turun firman Allah swt. : “Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak serta tidak menafkahkannya pada jalan Allah…” [QS. At-Taubah: 34.] Berkata orang-orang muhajirin: “Lalu harta apa yang baik untuk kita miliki?” Kata Umar: “Baiklah, aku akan tanyakan itu kepada Nabi saw”. Maka aku mendapati beliau Shalallahu ‘alaihi wasallam di atas unta, aku pun bertanya: “Wahai Rasulullah, orang-orang muhajirin bertanya: “Harta apa yang baik untuk kami miliki?” Kemudian Rasulullah saw bersabda: “Lisan yang senantiasa berdzikir, hati yang senantiasa bersyukur, dan istri mukminah yang membantu kalian dalam urusan dien.”

Demikianlah, nilai seorang istri mukminah; lebih berharga ketimbang emas dan perak… kecantikannya abadi, karena terpatri pada budi pekerti. Bersyukurlah mereka yang telah memiliki perhiasan ini. Dan merugilah mereka yang kehadiran sang istri di sisinya hanya memperdalam tempatnya di dalam neraka. Seperti Ummu Jamil, istri Abu Lahab yang turut membantu suaminya dalam kekufuran, hingga Allah abadikan kisahnya dalam Al-Qur’an agar menjadi pelajaran bagi kita semua.

Rumah tangga tidak lengkap tanpa kehadiran anak. Lalu, bagaimanakah potret anak-anak yang kita idamkan? Mereka yang lahir dan tumbuh dari darah daging kita.
Mari meneropong sisi kehidupan anak-anak yang hidup di masa lalu…salah satunya anak seorang Khalifah yang fenomenal..

Usai menyampaikan pidato perdana, pelantikannya sebagai khalifah, Umar bin Abdul Aziz turun dan mengganti baju kebesarannya serta menyuruh orang untuk menjual dan menyimpan hasilnya di baitul mal… Baru saja beliau bersiap-siap untuk beristirahat [qoilulah], tiba-tiba datang anaknya, Abdul Malik, dan bertanya: “Wahai Amirul Mukminin “Apa yang hendak engkau lakukan?” Umar berkata: “Beristirahat wahai anakku,” anaknya menimpali ” Wahai ayah, engkau akan beristirahat? Sementara harta orang-orang yang terdhalimi belum lagi kau kembalikan haknya..”  Umar menjawab:  “Aku semalam tidak memejamkan mata, karena mengurusi mendiang Sulaiman [khalifah sebelumnya]. Lepas Dzuhur nanti, aku akan kembalikan hak mereka.” Anaknya menjawab: ”Siapakah yang membarimu jaminan hidup hingga waktu Dzuhur?” Umar berkata:  Mendekatlah kemari wahai anakku…, lalu mendekatlah anaknya, dan diuntailah kalimat di hadapan kedua mata anaknya : “Segala puji bagi Allah yang telah menjadikan dari tulang rusukku, seorang anak yang membantuku dalam urusan-urusan dienku.” Kemudian beliau bangkit, keluar dan meninggalkan qoilulahnya” [bidayah wa nihayah, juz 9]

Subhanallah, betapa sejuknya mata kedua orang tua yang memiliki anak seperti ini…membantu menyelamatkan orang tuanya dari jilatan api neraka. Bagaimana dengan anak-anak kita?
Berhentilah berangan-angan tentang anak yang datang membawa emas dan perak sebagai bukti bakti mereka kepada orang tua, karena nilai emas dan perak telah jatuh martabatnya dihadapan orang-orang shaleh, kecuali mereka yang menginfakkan hartanya di jalan Allah.
Berhentilah mengkhawatirkan masa depan dunia anak kita... Yakinlah bahwa setiap insan terlahir bersama rizkinya. Bukankah Allah telah memberinya makan sejak ia dalam kandungan. Nah, mulailah mengkhawatirkan nasib mereka di akherat, bertanyalah tentang shalat mereka, ngaji mereka, pergaulan mereka, dll…agar mereka tumbuh menjadi anak shaleh dan membalas kebaikan orang tua dengan kebaikan yang kekal abadi.

Mari kita periksa rumah tangga kita dan cermati komponen yang kita butuhkan untuk menjaga dien ini. Andikan realitas tidak seperti idealisme yang diharapkan, maka masih ada kesempatan untuk memperbaiki semuanya… agar separo ketakwaan yang masih tersisa dapat kita raih. [uun]

Kamis, 21 April 2011

ILMU, PELITA DALAM KELUARGA

Sepasang suami istri yang telah dikaruniai anak, bahkan cucu bisa saja tidak tahu menahu ketika ditanya tentang mandi jenabat, bacaan shalat, bacaan Al-Qur’an, tajwid, dll; hal-hal yang semestinya tidak luput dari pengetahuan mereka. Masih banyak perkara mendasar lain yang apabila ditanyakan kepada mereka, jawabannya idem, “tidak tahu”.

Ini kondisi yang memprihatinkan bukan??... Lebih menyedihkan lagi, jika mereka tidak memiliki keinginan dan usaha untuk mencari dan mengetahui ilmu yang mereka butuhkan.

Demikianlah potret keluarga miskin ilmu... Lalu, apa yang akan mereka wariskan untuk anak dan cucu mereka? Sementara orang semulia Rasulullah saw, pun tidak mewariskan kecuali ilmu. Karena itulah beliau mewajibkan umatnya untuk menuntut ilmu, sebagaimana sabdanya:
طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ
 “ Menuntut ilmu itu wajib atas setiap muslim.” [HR. Ibnu Majah, Al Baihaqi dan Ibnu ‘Adi. Dishahihkan syaikh Al Albani dalam Shahih Jami’ Shaghir no. 3913]

Keluarga Ideal, Kaya Ilmu
Suami istri ibarat nahkoda kapal dan wakilnya; sangat menentukan kemana arah kapal akan mereka laju. Kalau nahkodanya tidak piawai dan miskin pengetahuan, sulit untuk berhasil menghadapi cuaca ekstrim dan gulungan ombak, lalu bagaimana ia akan sampai ke tempat tujuan?

Mari kita menengok lebih dekat rumah tangga Rasulullah SAW, kesibukan apa yang selalu menghiasai keluarganya?
Allah SWT berfirman dalam surat Al-Ahzab: 34

وَاذْكُرْنَ مَا يُتْلَى فِي بُيُوتِكُنَّ مِنْ آيَاتِ اللَّهِ وَالْحِكْمَةِ إِنَّ اللَّهَ كَانَ لَطِيفًا خَبِيرًا
“Dan ingatlah apa yang dibacakan di rumahmu dari ayat-ayat Allah dan hikmah (sunah Nabimu). Sesungguhnya Allah adalah Maha Lembut lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-Ahzab: 34)

Ayat di atas memotret suasana rumah tangga Rasul saw yang sangat akrab dengan bacaan Al-Qur’an dan Sunnah, dimana keduanya menjadi referensi pertama dan ilmu yang paling utama diburu oleh setiap hamba. Inilah yang diwariskan oleh Rasulullah saw, ketika beliau kembali keharibaan Allah Azza wa Jalla.

Suasana itu tidak hanya tampak dalam rumah tangga beliau saw, juga terlukis hingga pada keturunannya.. Lihatlah bagaimana tingginya motivasi mencari ilmu dari anak cucu beliau. Abdurrahman bin Ardak bercerita : Suatu ketika Ali bin Husain memasuki masjid. Ia meminta jalan kepada mereka yang hadir sehingga ia duduk di halaqohnya (majlis ilmu) Zaid bin Aslam. Melihat hal itu Nafi’ bin Jubair berkata : Semoga Allah mengampuni anda.! Anda adalah Sayyid (tuan) dari sekalian manusia. Anda bersusah-susah untuk menghadiri majlis hamba sahaya! Maka Ali bin Husain berkata : Ilmu itu dibutuhkan, didatangi dan dicari dimanapun ia berada.” (Siyar A’lamun Nubala, IV/388)

Bagaimana dengan rumah tangga kita?
Saatnya kita menciptakan suasana thalabul ilmi yang baik di tengah keluarga, agar tumbuh keluarga-keluarga muslim yang berkualitas, sebagaimana yang Rasulullah bangun di keluarganya, juga di kalangan para sahabatnya. Allah swt menjelaskan:

لَقَدْ مَنَّ اللَّهُ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ إِذْ بَعَثَ فِيهِمْ رَسُولًا مِنْ أَنْفُسِهِمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آَيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِنْ كَانُوا مِنْ قَبْلُ لَفِي ضَلَالٍ مُبِينٍ. - آل عمران / 164
“Sungguh Allah telah menganugerahkan kepada kaum mukminin ketika Allah mengutus pada mereka seorang rasul dari diri mereka, yang membacakan kepada mereka ayat-ayatNya, membersihkan jiwa mereka dan mengajarkan kepada mereka al-kitab dan al-hikmah. Meskipun mereka sebelum itu benar-benar dalam kesesatan yang nyata.” (Ali-’Imran: 164)

Merencanakan pernikahan dengan bekal ilmu
Satu hal yang tidak boleh dilupakan bagi mereka yang hendak berumah tangga adalah menyiapkan ilmu. Memang, menikah bagi seorang muslim adalah upaya menyempurnakan dien (agama).. tetapi bukan hanya karena menikah lantas dien seseorang secara otomatis sempurna. Menikah hanya faktor pendukung, tetapi kesempurnaan itu lebih pada proses pengejawantahan tujuan-tujuan pernikahan...

Kondisi memprihatinkan kadang menimpa sebagian para aktivis pengajian... Sebagian ikhwan atau akhwat (baca: pemuda/pemudi) begitu giatnya mengikuti majlis-majlis ilmu, pengajian, dan kegiatan-kegiatan keislaman yang lain, itu saat mereka masih berstatus lajang. Namun, selepas menikah perjalanan hidup tidak selalu indah dan mudah. Tuntutan keluarga mulai antri, dari isi perut, isi rumah, ongkos berobat hingga anggaran menghadiri resepsi pernikahan, cukup mengikis isi dompet... Nah, mulailah jadwal majelis ta'lim dipangkas, lama-lama digundulin... dan selamat tinggal majlis ilmu.

Jangan sampai pernikahan menjadi sinyal saatnya ber’sayonara’ dengan majlis ilmu? Karena ilmu adalah salah satu kunci kebahagiaan sebuah keluarga. Idealnya, ketika menikah orang lebih giat mencari ilmu, karena ia berada dalam dunia yang baru, yang menuntut banyak pengetahuan dan ilmu syari yang memadai. Jadi, bagi mereka yang sudah berkeluarga, memiliki anak, bahkan cucu, rengkuhlah ilmu sebagai pelita menuju surga Allah Ta’ala. (hur)

Senin, 07 Februari 2011

Dahsyatnya Tiupan Sangkakala

addakwah.com. GELEGAR kedahsyatan sangkakala yang ditiup oleh malaikat Israfil akan menandai hancurnya alam semesta sebagai rangkaian dari tegaknya kiamat. Tiupannya  benar-benar mengejutkan manusia saat itu. Tiupannya akan memporak-porandakan seluruh alam dan membinasakan manusia. Bahkan, kedahsyatannya pun akan dirasakan oleh penghuni kubur. Sungguh, hiruk-pikuknya tak pernah terbayangkan.
 
Ghaib, Tapi Wajib Diimani
Sangkakala adalah terompet berbentuk tanduk  yang siap ditiup oleh malaikat Israfil yang selalu menunggu kapan diperintah Allah untuk meniupnya. Dari peniupan sangkakala inilah kejadian kiamat dimulai. Meski ghaib, peristiwa ini wajib diimani oleh setiap muslim, karena bagian dari akidah yang pokok.
Jumlah Tiupan
Terdapat perbedaan pendapat di kalangan ulama dalam menjelaskan jumlah tiupan sangkakala tersebut. Ada yang berpendapat tiupannya sebanyak dua kali. Ada yang berpendapat tiga kali. Bahkan, ada yang berpendapat empat kali.
Namun, pendapat yang paling tepat —wallahu a’lam bish-showab—adalah dua kali. Yaitu:
  • Tiupan yang mengejutkan.
Manusia akan sangat terkejut hingga mereka semua mati, kecuali yang dikehendaki oleh Allah. simaklah firman Allah berikut ini: 
وَنُفِخَ فِي الصُّورِ فَصَعِقَ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَمَنْ فِي الْأَرْضِ إِلَّا مَنْ شَاءَ اللَّهُ
Dan ditiuplah sangkakala maka matilah semua yang di langint dan di bumi, kecuali siapa yang dikehendaki oleh Allah. (Az-Zumar [39]: 68)
  • Tiupan untuk kebangkitan.
Pada tiupan kedua inilah manusia akan terbangun dari kubur mereka. Allah SWT berfirman:
وَنُفِخَ فِي الصُّورِ فَإِذَا هُمْ مِنَ الْأَجْدَاثِ إِلَى رَبِّهِمْ يَنْسِلُونَ
Dan ditiuplah sangkakala, maka tiba-tiba mereka keluar dengan segera dari kubur (menuju) kepada Rabb mereka. (Yâsîn : 51)

Seburuk-buruk Makhluk
Sebelum peniupan sangkakala yang pertama terjadi, seluruh makhluk yang beriman kepada Allah SWT akan diwafatkan. Hingga tersisalah mereka orang-orang kafir yang tidak mengenal iman dan amal shalih. Orang-orang yang hanya sibuk dengan urusan dunia dan mengingkari adanya hari kebangkitan.
Tiupan sangkakala (yang pertama) terjadi dengan tiba-tiba dan mengejutkan. Mereka pun tak ada kesempatan untuk menuntaskan aktivitas duniawi mereka. Sungguh celakalah manusia yang mengalami peristiwa ditiupnya sangkakala yang pertama ini. Merekalah orang-orang yang jahat. Merekalah seburuk-buruk makhluk!
Firman Allah, “Dan orang-orang kafir itu mengatakan, ‘Kapan janji (hari kebangkitan) itu (terjadi) jika kalian adalah orang-orang yang benar?’ Mereka hanya menunggu satu teriakan, yang membinasakan mereka ketika mereka sedang bertengkar. Sehingga mereka tidak mampu membuat suatu wasiat dan mereka juga tidak dapat kembali kepada keluarganya.” (Yâsîn :48-51)

Hari Itu, Hari Jum’at
Hari ketika ditiupnya sangkakala adalah hari Jum’at, sebagaimana yang dikabarkan oleh Rasulullah SAW,
لاَ تَقُوْمُ السَّاعَةُ إلاَّ يَوْمَ الْجُمُعَةِ
Tidaklah hari kiamat itu terjadi kecuali pada hari Jum’at.
 
Dan dalam sabdanya yang lain, “Sesungguhnya hari paling utama di antara hari-hari kalian adalah hari Jum’at. Di dalamnya diciptakan Adam AS, dan di hari itu diwafatkan, di hari itu ditiupnya (terompet), dan di hari itu terjadi sha’iqah (pingsannya semua makhluk). Maka perbanyaklah shalawat atasku! Sesungguhnya shalawat kalian akan sampai padaku.” (HR. Abu Dawud, An-Nasa’i, Ibnu Majah, dan Al-Baihaqi)
 
Jarak Antar Kedua Tiupan
Setelah alam semesta hancur dan seluruh makhluk yang bernyawa telah meninggal—kecuali yang dikehendaki oleh Allah—maka ruh manusia dan jin tetap berada di alam kubur menunggu ditiupnya sangkakala yang kedua. Jasad manusia dan jin telah hancur, kecuali jasad para Nabi dan Rasul. Semua tulang belulang dan anggota badan manusia hancur, kecuali satu tulang, yaitu tulang ekor.
“seluruh badan manusia dimakan oleh tanah, kecuali tulang ekornya. Darinya ia dibentuk dan darinya pula kelak ia akan dibentuk lagi.” (HR. Muslim)
Dari tulang ekor inilah Allah menyatukan bagian-bagian tulang manusia yang lain. Allah kemudian menurunkan hujan dari langit yang akan menyatukan anggota-anggota badan manusia dan mengembalikan seperti sedia kala, sebagaimana saat ia belum mati.
Setelah jasad seluruh manusia kembali seperti sediakala, Allah mengembalikan ruh kepada jasadnya, kemudian memerintahkan malaikat Israfil untuk meniup sangkakala kali yang kedua.
Dengan tiupan inilah seluruh manusia dan jin bangkit dari alam kubur. Inilah peristiwa yang dinamakan dengan hari kebangkitan (yaumul ba’ts) dan hari pengumpulan (yaumul hasyr).
Jarak kedua peristiwa (tiupan pertama dan kedua) adalah empat puluh, tanpa adanya penegasan dari Rasulullah SAW; apakah empat puluh tahun, empat puluh bulan, ataupun empat puluh hari.
Dari Abu Hurairah mengatakan bahwa Nabi SAW bersabda, “Di antara dua tiupan itu ada jarak selama 40.” Para sahabat bertanya, “Apakah 40 hari?” beliau menjawab, “Saya tidak mau menjawab.” Para sahabat bertanya lagi, “Apakah 40 bulan?” Beliau menjawab, “Saya tidak mau menjawab.” Para sahabat bertanya lagi, “Apakah 40 tahun?” Beliau menjawab, “Saya tidak mau menjawab.” (HR. Al-Bukhari)
Hasbunallah wa Ni’mal Wakil
Demikian dahsyatnya huru-hara yang terjadi tatkala ditiupnya sangkakala, hingga tak memberikan kesempatan seorang pun untuk sempat bersenang-senang. Sebagaimana  yang diisyaratkan oleh Rasulullah SAW.
“Bagaimana saya bersenang-senang, sedangkan pemilik terompet (Israfil) telah melekatkan terompet pada mulutnya. Memasang telinganya dan mendekatkan dahinya; demi menunggu kapan dia diperintahkan untuk meniup sangkakala.”  Para sahabat bertanya, “Ya Rasulullah, kalau begitu apa yang harus kami ucapkan?” Beliau menjawab, “Katakanlah: Hasbunullah wa ni’mal wakil (cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung).” (Hadits Shahih Riwayat At-Tirmidzi, Ahmad, Al-Hakim, dan Ibnu Hibban). Allahu A’lam (Abilfarisi)

MENJEMPUT SI ‘BAIK’ DENGAN MEMPERBAIKI DIRI

addakwah.com.  Setiap orang pasti ingin jadi baik. Namun, tak setiap kita mau bertekad menjadi baik, karena tekad membutuhkan kesungguhan. Seorang pencuri sekalipun, pasti mau masuk surga, namun adakah tekad dalam jiwanya untuk menjadi penghuni surga?
Pada dasarnya yang menjadi tolak ukur seseorang menjadi baik atau tidak adalah sikap hatinya. Kondisi lahiriah hanya bisa menggambarkan sebagian dari kondisi hati. Bila berkebalikan dengan kondisi hatinya, maka keadaan yang diperankan lahirian tidak akan lama. Maka, perbaikilah kondisi hati, niscaya si 'baik' akan lahir dalam diri kita.
Tapi sah-sah saja siapapun ingin menjadi baik. Sama halnya, setiap orang juga sah-sah saja mendambakan pendamping yang terbaik buat dirinya. Seorang laki-laki yang mendambakan istri dengan segala atribut kesempurnaan pada wanita : shalihah, cantik, kaya, berpendidikan, berpenampilan sangat Islami, hafal sekian juz dalam Al-Qur'an dan lain sebagainya. Begitu juga pada seorang wanita, dia juga layak saja memiliki impian seorang suami idaman : ganteng, shalih, penyabar, pengertian, kaya, memiliki banyak ilmu, pandai memimpin dan membimbing istri, dan seterusnya.
Salahkan obsesi seperti itu? Tidak, sama sekali tidak. Yang keliru adalah bila seseorang mendambakan segala kesempurnaan itu, memimpikan calon pendamping dengan segala kesempurnaan itu, tapi ia sendiri tak pernah mau berproses untuk menjadi baik dari waktu ke waktu. Karena yang dikhawatirkan justru, apakah ia akan mampu berdampingan dengan laki-laki atau wanita sesempurna itu, sementara ia sendiri tak mendambakan kesempurnaan itu untuk dirinya sendiri?
Pendamping shalih atau shalihah adalah asset akhirat. Bekal yang harus dimiliki seseorang untuk berdampingan dengannya adalah bekal-bekal yang bernuansa akhirat. Sikap ceroboh, justru akan menggulingkan dirinya kelembah kenistaan.
Ketika Pasangan Tak Seimbang
Ada seorang laki-laki mendambakan wanita shalihah. Ia membayangkan, bahwa dengan istri yang shalihah, yang selalu mematuhinya, yang tidak banyak permintaan, ia akan hidup tenang. Allah berkenan mengabulkan keinginannya. Menikahlah ia dengan wanita tersebut. Lalu apa yang terjadi? Tak lebih dua bulan, mereka resmi bercerai.
Pasalnya, sang istri memang tak banyak menuntut. Ia juga selalu mematuhi sang suami. Ia juga selalu tampil sebagai wanita shalihah. Namun di sisi ini saja, sang suami hanya merasa senang sebelum mencoba. Hari-hari berikutnya, diwarnai dengan perdebatan, saat suaminya ingin sang istri tampil sedikit modis, namun sang istri menolak. Saat sang suami mengajaknya ke tempat-tempat maksiat sang istri menolak. Disisi lain, saat sang istri meminta suaminya rajin melaksanakan sholat berjama'ah, sang suami tidak mau. Saat sang istri meminta suaminya banyak mengaji dan mempelajari agama, sang suami merasa tak mampu dan tidak punya waktu luang.
Bahkan, saat membicarakan mengenai prinsip-prinsip hidup, mereka seringkali berseberangan. Dan, hari-hari mereka pun dipenuhi dengan berbagai hal yang di luar bayangan suami selama ini. Ternyata, ia bukan orang yang mampu menjaga istrinya yang shalihah, sebagai asset akhiratnya. Ia hanya senang membayangkan, dan tak pernah mampu memiliki sang istri seutuhnya. Ia menginginkan istri yang shalihah, tapi tak sanggup menahan konsekuensinya. Padahal, suami dan istri seharusnya ibarat belahan jiwa.
Bijak Tentukan Pilihan
Seseorang hendaklah memiliki idealisme yang tinggi, untuk urusan mencari pendamping hidup. Tapi jangan biarkan hal itu menggurui kita, sehingga kita menunda-nunda menikah hanya karena ingin mencari yang sempurna. Jika kebanyakkan laki-laki memiliki idealisme yang menggebu-gebu soal calon istri, padahal belum tentu mereka memiliki kesetaraan dengan wanita dambaannya itu dalam soal keshalihan diri, maka seorang wanita juga berhak memiliki obsesi yang serupa. Asalkan dengan niat tulus untuk mencari pendamping yang bisa membimbing ke arah kebenaran.
Sebagai perenungan dalam hal mencari pasangan hidup dapat disimpulkan sebagai berikut :
Pertama, soal jodoh, kita tahu, bukanlah merupakan hak kita menetapkannya. Kita hanya mampu berusaha dan memohon kepada-Nya agar diberi yang terbaik. Bila sudah jodoh tak akan lari kemana.
Kedua, soal keshalihan sangatlah relatif. Ada wanita yang berada di barisan terdepan dalam berpakaian muslimah secara sempurna, namun tidak dalam soal menuntut ilmu. Menggebu dalam menuntut ilmu, mungkin bukan termasuk yang sukses dalam menata hati. Ada yang gigih belajar dan mengamalkan sunnah, tapi nol besar dalam berdakwah. Ada yang sukses mendakwahi orang lain, tapi gagal mendakwahi keluarga sendiri. Jadi setiap kita penuh dengan kekurangan.
 Ketiga, suatu hal yang wajar jika seorang wanita yang shalihah mencari suami yang lebih shalih dari dirinya dengan niat agar tertular keshalihannya. Demikian juga sebaliknya, seorang laki-laki  yang shalih, ingin lebih shalih dengan menikahi wanita yang melebihi keshalihannya.
Namun, satu hal yang perlu dicatat, bahwa dalam diri kita harus ditanamkan tekad untuk berusaha terus memperbaiki diri. Bila tidak, maka keshalihan pasangan hidup kita justru akan menjadi 'Neraka Dunia' bagi kita. Karena keshalihan selalu menyemburatkan implementasi yang luas diberbagai sisi kehidupan. Bila sisi-sisi kehidupan kita masih terlalu banyak diisi dengan keburukan-keburukan, sementara pasangan kita sebaliknya, maka yang akan terjadi adalah tabrakan demi tabrakan yang akan menciptakan ketidakharmonisan, ketidakserasian dan ketidakpantasan untuk membina hidup bersama. Wallahu a'lam. [rasyid]

Selasa, 01 Februari 2011

SAATNYA SYUKUR DAN SABAR

Setiap musibah yang datang dari Allah SWT maka kita harus yakin dan bisa melewati musibah tersebut, namun tidak sedikit orang yang ketika menerima musibah dari Allah SWT dia tidak bersabar akan musibah tersebut. Maka langkah apa yang seharusnya dilakukan jika musibah itu telah menimpa?
  • Bersabar dan menerima takdir Alloh.
Alloh berfirman yang artinya, “Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: ‘Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun’.” (Al Baqoroh: 155-156)
“Sekali-kali tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan Allah untuk kami. Dialah Pelindung kami, dan hanya kepada Allah orang-orang yang beriman harus bertawakal.” (At-Taubah: 51)
  • Berfikir, mengapa musibah terjadi.
Alloh berfirman yang artinya, “Berjalanlah di muka bumi, kemudian perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan itu.” (Al An’am: 11)
  • Bertaubat dari dosa dan maksiat yang selama ini dilakukan.
Alloh berfirman yang artinya, “Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi.” (Al A’rof: 23)
  • Berbaik sangka dan tidak berputus asa terhadap rahmat Alloh.
Alloh berfirman yang artinya, “Dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir.” (Yusuf: 87)
Dari Ummu Salamah, “Tidak ada seorang muslim pun yang ditimpa suatu musibah lalu dia mengucapkan apa yang diperintahkan oleh Alloh; ‘inna lillahi wa inna ilaihi roji’un Allohumma ajirni fii mushibati wakhluf lii khoiron minha’, kecuali Alloh akan menggantikan dengan yang lebih baik darinya”. Maka ketika Abu Salamah wafat, aku bergumam, ‘Siapa seorang muslim yang lebih baik dari Abu Salamah? Sebuah keluarga yang pertama kali berhijrah kepada Rosululloh? Namun lalu aku mengucapkannya. Dan Alloh menggantikannya dengan Rosululloh’.” (HR. Muslim)

Perkara Yang Sungguh Sangat Menakjubkan
Lewat lisan Rosul-Nya Alah telah memuji orang-orang yang beriman. Semua keadaan yang di alaminya itu bernilai kebaikan. Semua keadaan itu dapat mengantarkannya pada sifat dan kedudukan terpuji di sisi Alloh Ta’ala. Yakni asalkan dapat bersikap dengan sikap yang sebagaimana mestinya pada keadaan-keadaan tersebut. Rosululloh shollallohu’alaihi wa sallam bersabda yang artinya, “Sungguh menakjubkan semua keadaan orang-orang mukmin. Sesungguhnya semua urusan yang dimilikinya itu semuanya baik, dan tidaklah hal demikian itu dimiliki kecuali hanya oleh orang-orang mukmin saja. Jika dia mendapat kesenangan maka dia bersyukur, dan itu baik baginya; dan apabila mendapatkan kesusahan dia bersabar, dan itu baik baginya.” (HR. Muslim)
Maka kalau kita perhatikan maka tidaklah seseorang itu keluar dari dua keadaan, yaitu yang menyenangkan dan yang menyusahkan. Di balik dua keadaan ini ternyata Alloh telah menyediakan pahala yang besar; yakni bila mendapati sesuatu yang menyusahkan maka bersabar, dan sebaliknya bila mendapati sesuatu yang menyenangkan dia akan bersyukur. Sehingga dalam kondisi apapun juga, seorang mukmin selalu mendapatkan kesempatan untuk menuai pahala.

Nasehat dari Ibnul Jauzi Rohimahulloh
Ibnul Jauzi berkata, “Orang yang ditimpa ujian dan hendak membebaskan diri darinya, hendaklah menganggap bahwa ujian itu lebih mudah dari apa yang mudah. Selanjutnya, hendaklah membayangkan pahala yang akan diterima dan menduga akan turunnya ujian yang lebih besar… Perlu diketahui, bahwa lamanya waktu ujian itu seperti tamu yang berkunjung. Untuk itu, penuhilah secepatnya apa yang ia butuhkan, agar ujian cepat berlalu dan akan datang kenikmatan, pujian serta kabar gembira kelak di hari pertemuan, melalui pujian sang tamu. Sikap yang seharusnya diambil oleh seorang mukmin di dalam menghadapi kesusahan adalah meniti setiap detik, mencermati apa yang telah terjadi di dalam jiwanya dan menguntit segala gerakan organ tubuh yang didasari oleh kekhawatiran kalau-kalau lisan salah mengucap atau dari hati keluar ketidakpuasan. Dengan sikap demikian, seolah-olah fajar imbalan telah menyingsing, malam ujian telah berlalu, sang pengembara pun melepaskan kegembiraan hatinya karena pekatnya malam telah sirna. Terbitlah mentari balasan dan sampailah si pengembara ke rumah keselamatan”. Wallahua’lam. [Ref: Tazkiyatun Nafs wa Tarbiyatuha Kama Yuqorriruhu Ulama’us Salaf]


 

Media Dakwah Copyright © 2010 LKart Theme is Designed by Lasantha