Selasa, 13 Juli 2010

TANGGA MENUJU MAGFIRAH

133. Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa


134. (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan


Dengan berbagai cobaan, tidak sedikit manusia yang terhempas dan terseret hembusan kenikamatan sementara dan akhirnya terjerumus didalam pelukan syaitan laknatullah. Memang, setiap diri kita pernah merasakan terjatuh ke dalam kotoran dan lumuran dosa. Namun Allah selalu membuka lebar-lebar pintu ampunan bagi hamba-Nya yang sadar dan mau kembali ke pangkuan-Nya. Firman Allah Swt. : “ Katakanlah wahai hambaKu yang telah berlebih-lebihan merugikan diri sendiri. Janganlah berputus asa dari Rahmat Allah. Sesungguhnya Allah Swt megampuni segala dosa, karena Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang “ (QS. Az-Zumar : 53) Rasulullah Saw bersabda : “Setiap anak cucu Adam pernah melakukan dosa kesalahan dan sebaik-baiknya manusia yang bersalah ialah mereka yang bertaubat” (HR. Tirmidzi).
Dalam keadaan seperti ini, selayaknua manusia berusaha meraih magfirah (ampunan) serta tetap melaksanakan taubat agar tidak lagi mengulangi perbuatan maksiat serta selalu mendekatkan diri kepada Allah Swt.

Makna Taubat dan Kedudukan Magfirah

Jika melihat dari makna lafzhiyah, taubat bararti Roja’a (kembali). Maksudnya kembali dari maksiat kepada taat, dari sifat tercela kepada sifat terpuji. Makna yang lebih mendekati pengertian sebenarnya ialah kembali dari yang asalnya jauh dari magfirah Allah Swt menjadi lebih dekat kepadNya, demikian menurut Al-Ijiy. Sedangkan menurut Al-Qurtubi mengutip pendapat para muhaqqiqien: “ Taubat ialah menjauhi perbuatan dosa yang biasanya mendahuimu secara sungguh-sungguh atau sesuai kemampuannya “.
Adapun magfirah berasal dari kata Ghafara yang artinya menutup atau memperbaiki. Ampunan Allah disebut maghfirah karena dia menutup segala dosa dan kesalahannya. Keterkaitan anatara taubat dan maghfirah sangatlah dekat. Kalimat Al-Qur’an yang berasal dari Ghafarah cukup banyak, hal ini menjadi isyarat akan sangat pentingnya masalah maghfirah dalam kehidupan kaum muslimin. Dalam banyak ayat dan hadits pun kedua istilah ini sering bergandengan, seperti dalam surat Hud Ayat 52 yang mengatakan : “ Ya Kaum_Ku mohon ampunlah kepada Robb kalian kemudian bertaubatlah kepada Nya”.
Kedudukan taubat dan magfirah tinggi nilainya sebagai amaliyah yang tidak boleh terlewatkan oleh setiap muslim. Rasulullah Saw bersabda: “ Wallahi, sungguh aku beristigfar kepada Allah dan bertaubat kepadaNya tidak kurang 70 (tujuh puluh) kali dalam sujud “. (HR. Bukhori).
Hadits diatas menunjukkan bagaimana perhatian Rasulullah Saw dalam melaksanakan taubat dan istighfar. Hal ini menunjukkan bahwa bertaubat dan istighfar bukan hanya sebagai amal manusia yang telah berbuat dosa dan kesalahan tetapi juga diwajibkan bagi setiap muslim sebagai amal sholeh. Allah Swt menyatakan dalam firmanNya : “ …..dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung”. (Qs An-Nur : 31 ).
Ayat ini merupakan perintah akan wajibnya bertaubat. Bahkan ayat lain menyatakan : “ Dan barang siapa yang tidak bertaubat, maka mereka adalah orang-orang yang dzolim”. (Qs Al-Hujurat : 11)
Maka amaliyah taubat dan istighfar (mohon maghfirah) tidak saja berfungsi sebagai penyuci diri dari kedzoliman tetapi juga merupakan tanda dan bukti keimanan seseorang.

Bersegera Menuju Maghfirah

Al-Musara’ah ilal maghfirah (bersegeralah menuju ampunan) adalah perintah Allah kepada orang-orang beriman. Menyegerakan amal shalih dan tidak menunda-nunda walau beberapa waktu sangatlah dianjurkan. Banyak ayat yang menyatakan, hal itu dipertegas lagi oleh beberapa hadits diantaranya, apa yang diungkapkan oleh Ibnu Umar ra : “Apabila kamu berada diwaktu sore jangan tunggu waktu pagi dan bila kamu berada diwatu pagi maka jangan tunggu waktu sore, jadikanlah waktu sehatmu sebelum waktu sakit, dan waktu hidup sebelum matimu”. (HR. Bukhori)
Hadits di atas sungguh membuat kita harus lebih memperhatikan masalah waktu dalam kebaikan dan menjaga amalan.
Maka untuk mencapai maghfirah Allah yang luas tadi maka dijelaskan oleh lanjutan ayat yang sekaligus juga merupakan sifat dan karakteristik  orang yang bertaqwa :
Pertama, orang-orang yang menafkahkan hartanya baik ketika lapang maupun sempit. Infaq atau Shadaqoh merupakan bukti kebenaran Taqwa yang terhujam kuat dalam hati seorang muslim. Yang dinilai bukanlah  jumlah harta atau benda  yang diinfakkan tetapi landasan yang menjadi motivasi untuk mengeluarkan sebagian hartanya. Ayat tentang infaq ini berkaitan erat dengan ayat sebelumnya yang mengharamkan riba. Artinya infaq merupakan sebuah alternative menghentikan riba. Sebagaimana perbandingan yang difirman oleh Allah : “ dan sesuatu riba yang kamu berikan agar dia menambah pada harta manusia, maka riba itu tidak menambah pada sisi Allah. Dan apa yang kamu berikan berupa zakat, yang kamu maksudkan untuk mencapai keridhoan Allah maka itulah orang-orang yang melipat gandakan pahalanya “. (Qs. Ar-Rum :39).
Keutamaan infaq dan Shadaqoh cukup banyak dijelaskan dalam Al-Qur’an beberapa hadits juga menjelaskan: “ Takutlah kalian terhadap neraka, sekalipun hanya dengan sepotong buah kurma, dan berikanlah kepada orang-orang yang sekalipun itu adalah dengki yang dibakar”.
Makna shadaqoh secara luas dipapaprkan dalam sabda Rasulullah Saw: “ setiap muslim atasnya (harus) shadaqoh. Mereka (sahabat) bertanya : “ Ya Nabiyallah, bagaimana jika tidak punya?, lalu nabi menjawab : “ bekerjalah dengan kemampuannya bagi dirinya dan ia dapat bershadaqoh, mereka berkata lagi ? bagaimana jika tidak mampu?, “ sandanya : “ dia (shadaqoh dengan menolong orang yang membutuhkan dan yang kesusahan”. Mereka bertanya lagi: “ bagaimana jika tidak mampu?”, sabdanya : “ kerjakanlah yang baik dan cegahlah dirinya dari perbuatan jahat. Maka sesungguhnya itu adalah shadaqoh baginya”.(HR. Bukhori).
Shadaqoh adalah syarat turunnya ampunan Allah. Karena shadaqoh menjadi penyuci harta  benda yang kita gunakan. Sedangkan bersihnya harta kekayaan merupakan syarat terkabulnya do’a kita

Kedua, orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan kesalahan orang lain serta berbuat baik terhadap sesamanya.
Marah adalah sifat yang manusiawi. Namun jika nafsu amarah yang bergejolak itu tidak dapat terkendali tentu akan merugikan diri sendiri. Maka Rasulullah Saw menyatakan : “ orang yang kuat bukanlah orang yang pandai bergulat tetapi orang yang kuat adalah orang yang mampu menahan diri ketika marah”.
Orang yang selalu emmosi ketika sedang menghadapi masalah akan menjerumuskan dirinya pada penyesalan yang tiada akhir. Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari Haritsah Bin Abdurahman, bahwa seorang dari sahabat datang kepada Rasulullah Saw dan meminta nasehat, maka beliau bersabda : “ Janganlah marah “. Maka berpikirlah aku (kata orang itu tentang sabda Rasulullah Saw tersebut dan ternyata sifat marah itu menghimpun segala kejahatan.
Maka jika kita mencapai titik kemarahan yang sangat, Rasulullah Saw menganjurkan agar cepat-cepat mengambil air wudhu, ini langkah untuk mengendalikan kemarahan tadi. Rasulullah Saw  bersabda “ Sesungguhnya sifat marah itu dari syaitan dan syaitan itu diciptkan dari api, dan api hanya dapat dipadamkan dengan air, maka jika seseorang marah hendaklah segera berwudhu”. (HR. Ahmad dari Urwah Bin Muhammad).
Demikianlah utamanya orang yang mampu mengendalikan amarahnya sehngga Rasulullah Saw bersabda: barang siapa menahan rasa marahnya sedang ia mampu melampiaskannya, maka Allah akan memenuhi hatinya dengan rasa ketenangan dan keimanan (HR. Abu Dawud).
Selanjutnya tanda orang taqwa yang mendapat maghfirah Allah adalah orang yang dapat memaafkan kesalahan orang lain seberapapun kesalahan mereka. Sangat berat menjadiorang pemaaf. Karenanya Rasulullah Saw amat memuji orang yang mampu memaafkan disaat mereka berkuasa membalas dendam. Sabdanya : “ Barang siapa suka rumahnya dalam surga didirikan dan diangkat derajatnya , hendaklah ia memaafkan orang yang berbuat aniyaya terhadap dirinya, memberi kepada orang miskin dan menyambung silaturahmi dengan orang yang memutuskannya”. (HR. Tabrani)
Kemudian Allah sangat mencintai orang yang memaafkannya, menyantuni hambanya yang menderita sebagai tanda syukur terhadapNya. Imam Baihaqi mengetengahkan sebuah riwayat bahwa ada seorang hamba sahaya wanita milik Ali Bin Husen ra. Ketika hamba sahaya mengucurkan air wudhu padanya tiba-tiba kendi airnya terlepas dan melukai Ali. Alangkah marahnya dia dan hendak memukul sahaya. Namun sahaya tadi berkata: sungguh Allah berfirman “ ialah orang yang menahan amarahnya” sadarlah Ali dan berkata : aku telah menahan amarahku. Sang sahaya berkata : dan orang-orang yang suka memaafkan orang lain”. Beliau menyahut Allah telah memaafkanmu. Sahaya itu berkata lagi “ sesunggunya Allah mencintai orang-orang yang berbuat baik”. Ali pun menjawab : pergilah engkau , mulai sekarang aku memerdekakanmu karena Allah”.
Perubahan sikap seorang ulama salaf ini sungguh mengagumkan. Inilah sebuah ilustrasi Musara’ah ila maghfirah (bersegera menuju ampunan Allah).

Ketiga, orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya dirinya sendiri, mereka ingat akan Allah lalu memohon ampunan akan dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang  dapat mengampuni dosa selain Allah?. Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedangkan mereka mengetahui.
Tanda ketaqwaan terakhir selalu menjaga kesucian batinnya dengan tidak segan bertaubat jika melakukan kesalahan dan dosa. Karena baimanapun besarnya dosa, jika dengan ikhlas kita bertaubat, pasti Allah maha pengampun, asalkan ia tidak mengulangi perbuatan kejinya. Rasulullah Saw bersabda : “Tidak ada dosa besar yang disertai istighfar dan tidak ada dosa kecil yang selalu dibarengi dengan terus menerus”.  Wallahu Alam bisawab.

Syahwat Merdeka

Menarik apa yang disampaikan Taufik Ismail dalam acara seruan penghapusan pornografi. Acara yang dikemas dalam “Deklarasi Menteng” tersebut dilakukan di kantor Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Jakarta, akhir bulan Juni lalu.

Puisi dengan judul ’Gerakan Syahwat Merdeka’ tersebut lahir atas keprihatinannya melihat hilangnya rasa malu di negeri ini.

Hilangnya rasa malu, menurut Taufik menyebabkan runtuhnya moral bangsa, korupsi merajalela, sikap permisif (serba boleh)-, adiktif (serba kecanduan), brutalistik (serba kekerasan), transgresif (serba melanggar aturan), hedonistik (serba mau enak, foya-foya), dan materialistik (serba benda, diukur).
Lebih jauh, Taufik menyindir dengan maraknya sek bebas dan gelora syahwat. ’Nilai permisif yang serba boleh itu, menyebabkan hak penggunaan kelamin orang lain, Diambil dicuri tanpa rasa risih, Karena rasa malu sudah sangat erosi’.

Taufik tidak sendiri. Banyak orang tua merasa miris atas kasus video mesun Ariel, Luna Maya dan Cut Tari. 80% anak menonton video tersebut. Ironisnya, orang semakin penasaran. Anak-anak sekolahpun berlomba-lomba menonton video mesum tersebut.

Menilik kebelakang, Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) pernah mengadakan penelitian tentang perilaku seks remaja di 33 propinsi akhir tahun 2008. Hasilnya, 63 persen remaja di Indonesia usia sekolah SMP dan SMA sudah melakukan hubungan seksual di luar nikah dan 21 persen di antaranya melakukan aborsi.Berdasarkan data penelitian pada 2005-2006 di kota-kota besar mulai Jabotabek, Medan, Jakarta, Bandung, Surabaya, dan Makassar, masih berkisar 47,54 persen remaja mengaku melakukan hubungan seks sebelum nikah. Namun, hasil survey terakhir tahun 2008 meningkat menjadi 63 persen.
Data Departemen Kesehatan juga menyebutkan hingga September 2008, dari 15.210 penderita AIDS atau orang yang hidup dengan HIV/AIDS di Indonesia, 54 persen di antaranya adalah remaja.

Maka, jangan kaget jika Indonesia menjadi negara syawat. Dimana-mana syahwat bergelora. Tidak mengenal batas usia. Anak, remaja, pemuda dan orang tua. Mereka ramai-ramai menggelorakan syahwat. Mulai jalan, gedung, tempat perbelanjaan, Mal, tempat wisata, hotel dan bahkan merambah sekolah. Ariel, Luna Maya dan Cut Tari menjadi simbol kemerdekaan syahwat. Para pendukungnyapun akan berteriak, ‘Merdeka Syahwat! Hidup syahwat! Hidup Ariel! Hidup Luna Maya! Hidup Cut Tari!’. (mulyanto)


Arah Qiblat Versi MUI Melenceng ke Afrika


JOMBANG (addakwah.com) – Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) soal Kiblat ternyata melenceng tidak menghadap Masjidil Haram Makkah, tapi menghadap ke Afrika. MUI sudah merevisinya, akan tetapi draft revisi itu belum ditandatangani dan belum dipublikasikan ke masyarakat.
Hal itu diungkapkan anggota Komisi Fatwa MUI, Sopa AR. Menurutnya, fatwa MUI  Nomor 3 Tahun 2010, tentang arah kiblat masjid di Indonesia ada kesalahan. Dalam draft fatwa yang salah itu MUI menyebut bahwa letak geografis Indonesia berada di bagian Timur Makkah.
Dengan begitu arah kiblat masjid hendaknya menghadap tepat ke arah barat. Namun, setelah melalui kajian bersama beberapa pakar ilmu falak dan astronomi, arah yang ditentukan MUI itu justru menghadap ke Afrika, Somalia Selatan, Kenya, dan Tanzania.
…setelah melalui kajian bersama beberapa pakar ilmu falak dan astronomi, arah yang ditentukan MUI itu justru menghadap ke Afrika, Somalia Selatan, Kenya, dan Tanzania…
Hanya saja, atas kesalahan tersebut MUI sudah merevisinya, akan tetapi draft revisi itu belum ditandatangani dan belum dipublikasikan ke masyarakat. “Kami akui fatwa itu keliru, tapi kemarin sudah direvisi,” kata Komisi Fatwa MUI Pusat, Sopa AR dalam Seminar Nasional Arah Kiblat dan Penentuan Waktu Shalat di Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, Selasa (13/7/2010).
Atas kesalahan itu, kata Sopa, dalam waktu dekat, draf revisi itu akan segera ditandatangani ketua, dan segera disebarkan ke tengah masyarakat. Menurutnya, arah qiblat masjid yang benar adalah menghadap ke barat laut dengan kemiringan yang bervariasi, sesuai dengan letak geografis. Pertimbanganya, ternyata secara geografis letak Indonesia tidak persis berada di sebelah timur Makkah.
Dia berharap agar pengurus masjid di Indonesia merubah arah kiblat sesuai dengan revisi fatwa. Pelurusan arah kiblat tidak harus dengan merombak bangunan masjid. Namun, caranya cukup dengan membuat garis shalat, yang disesuaikan dengan arah kiblat yang benar.
…Pelurusan arah kiblat tidak harus dengan merombak bangunan masjid. Namun, caranya cukup dengan membuat garis shalat, yang disesuaikan dengan arah kiblat yang benar…
Sopa lalu menegaskan bahwa melencengnya arah kiblat itu bukan dipengaruhi oleh pergeseran lempeng bumi akibat gempa. Alasannya, rentang pergeseran antara Indonesia dengan titik kiblat itu sebesar 140 sentimeter. Jika pergeseran hanya 7 sentimeter itu tidak ada artinya.
Sementara itu, pembicara lainnya, Thomas Jamaludin, Peneliti dari Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) membenarkan hal itu. Menurutnya, dari kacamata ahli astronomi metode pengukuran itu dibenarkan. Pergeseran hanya terjadi di bangunan masjid saja. “Karena itu, yang harus dirubah hanya arah pada saat shalat. Bukan letak masjidnya,” katanya menambahkan. [taz/beritajatim](sumber: voa-islam)

Pendidikan Islam Membentuk Murid Agar Mencintai Allah dan Rasul


Pada masa jahiliyah, para pemimpin dan tokoh masyarakat Arab berusaha menguasai rakyat mereka dengan dididik menjadi hamba sahaya dan budak belian. Kemudian datanglah Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam untuk mengeluarkan bangsa Arab yang buta huruf dan berperilaku keji menjadi bangsa yang mulia lagi kekal kemuliaannya. Allah Ta’ala berfirman,
هُوَ الَّذِي بَعَثَ فِي الْأُمِّيِّينَ رَسُولًا مِنْهُمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آَيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِنْ كَانُوا مِنْ قَبْلُ لَفِي ضَلَالٍ مُبِينٍ
"Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, menyucikan mereka dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah (As sunnah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata." (QS. Al-Jumu’ah: 2)
Para orang tua dan pendidik muslim wajib mengetahui metode dan cara Nabi shallallaahu 'alaihi wasallam dalam mendidik para sahabat beliau. Bagaimana Nabi shallallaahu 'alaihi wasallam bisa membuat mereka semua menjadi manusia-manusia mulia yang berperilaku agung?
Dalam dakwah dan pendidikan, Nabi shallallaahu 'alaihi wasallam memerankan diri sebagai pengarah, guru, pendidik, dan pejuangnya secara langsung. Beliau terus memimpin jalannya dakwah ini dengan sunnah-sunnahnya hingga umat ini berada di atas jalan keselamaan, hidup di atas kemuliaan, dan masuk ke dalam surga.
Dalam mendidik dan membina para sahabat, Nabi shallallaahu 'alaihi wasallam senantiasa berusaha dan berupaya agar umatnya senantiasa mencintai Allah dan Rasul-Nya dengan sebenarnya. Cinta yang karenanya mereka tidak khawatir lagi darah mereka tertumpah, tubuh mereka tercacah, harta benda mereka habis untuk fi sabilillah.
Dalam merealisasikan cinta ini mereka tidak pernah pantang mundur menghadapi musuh-musuh Allah, Rasul-Nya dan musuh mereka dari kalangan kafirin musyrikin. Dalam diri mereka terbangun sikap berani dan bermental baja sehingga mereka tidak pernah gentar dengan pedang, panah, dan tombak yang siap mengoyak tubuh mereka. Ini semua mereka lakukan agar mendapat cinta Allah dan Rasul-Nya sehingga layak masuk ke dalam jannatun na’im.
Mereka siap berkata yang benar dan terus terang dengan keimanan mereka. Sikap mereka sangat jelas dalam berislam. Semua itu karena niat mereka benar dan lurus. Cinta yang mereka cari adalah cinta Allah dan Rasul-Nya. Mereka akan melakukan apa saja untuk meraihnya. Sebaliknya segala perilaku dan sikap yang bisa mengundang murka keduanya dijauhi, sebagaimana mereka tidak mau kalau dilemparkan ke dalam neraka.
Menanamkan kecintaan kepada Allah dan Rasul-Nya merupakan tugas utama seorang pendidik muslim.
Menanamkan kecintaan kepada Allah dan Rasul-Nya merupakan tugas utama seorang pendidik muslim. Dengannya, anak didik akan ringan melaksanakan ibadah dan mengikuti sunnah. Ringan dalam menerima dan mengamalkan ajaran Islam dalam kehidupannya, karena yang dituju dan dicari sudah jelas, yaitu cinta Allah dan Rasul-Nya.
Ketika Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam tiba di Madinah, beberapa orang Yahudi datang menemui beliau. Mereka berkata, “Kami mencintai Allah, akan tetapi kami tidak dapat mengikuti ajaranmu.” Kemudian Allah membantah dan membatilkan kecintaan mereka kepada-Nya dan menganggap pernyataan itu dusta. Allah berfirman,
قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيم
"Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. Ali Imran: 31)
Allah Subhanahu wa Ta'ala juga berfirman,
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآَخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا
"Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah." (QS. Al-Ahzab: 21)
Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam datang memberikan pelajaran kepada para sahabat akan kecintaan kepada Allah dan Rasul-Nya.
Disebutkan dalam Shahih al-Bukhari, Umar bin Khathab radliyallaahu 'anhu berkata kepada Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam, “Wahai Rasulullah, demi Allah engkau lebih aku cintai daripada harta, keluarga, dan anakku, kecuali diriku.”
Beliau bersabda, “Tidak wahai Umar, aku harus lebih engkau cintai dari dirimu sendiri.”
Umar berkata, “Demi Allah wahai Rasulullah, engkau lebih aku cintai daripada diriku sendiri.”
Beliau bersabda, “Sekarang (kecintaanmu telah benar) wahai Umar.”
Dalam Sunan al-Tirmidzi dengan sanad hasan, dikisahkan ketika Umar hendak melaksanakan umrah, Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam berkata kepadanya, “Jangan engkau lupakan kami dalam doamu, wahai saudaraku!”
Umar kemudian berangkat melaksanakan umrah, namun ia meninggalkan hatinya bersama Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam dengan penuh perasaan rindu dan cinta. Dan rasa ini semakin kuat pada diri Umar ketika berada di medan perang.
Kecintaan ini pula yang mendorong Anas bin Nadhar untuk menghunuskan pedangnya menuju perang Uhud. Padahal ketika itu Saad bin Mu’adz berkata, “Kembalilah engkau wahai Anas.” Akhirnya ia meninggal setalah mendapat delapan puluh lebih tebasan pedang.
Kecintaan ini pula yang membuat Handzalaqh termotifasi untuk meninggalkan istrinya di malam pengantin baru untuk berangkat ke medan perang, padahal ia dalam keadaan junub. Ia mengorbankan dirinya di jalan Allah dan memasrahkan dirinya kepada Islam. Ini semua merupakan tanda adanya cinta kepada Allah dan Rasul-Nya dalam diri Handzalah.
Dikisahkan bahwa Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam melihat ke arah lengit ketika berada di sisi jasad Handzalah, beliau bersabda, “Demi jiwaku yang berada di genggaman-Nya, aku menyaksikan para malaikat memandikan tubuh Handzalah di antara langit dan bumi.”
Abdullah Al-Anshari, ayah Jabir, menyiapkan kain kafan dan wangi-wangian, setelah sebelumnya ia menorehkan pedangnya pada kulit lututnya. Ia berkata, “Ya Allah, ambillah darahku pada hari ini sampai Engkau meridlaiku.”
Iapun berangkat ke medan peperangan sehingga terbunuh. Hal itu membuat anaknya, Jabir menangis. Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam kemudian bersabda, “Janganlah engkau menangisinya, Malaikat akan terus memberikan naungan kepadanya dengan sayap-sayapnya hingga ruhny diangkat.” (HR. Bukhari dan Muslim)
“Allah tidak berbicara kepada seorangpun kecuali dari balik hijab. Allah menghidupkan ayahmu dan berbicara dengannya secara berhadapan langsung. Allah berfirman, ‘Engkau memberikan (berkorban) kepadaku maka aku akan memberikan sesuat kepadamu.’ Ia berkata, ‘Wahai Tuhanku, apakah Engkau akan menghidupkanku hingga aku terbunuh karena membela ajaran-Mu untuk kedua kalinya?’ Allah berfirman, ‘Sudah menjadi ketetapan-Ku sejak dahulu bahwa mereka tidak akan dikembalikan (ke dunia)’.” (HR. Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ibnu Hibban)
Saat Abdullah bin Jahsyi ikut serta dalam perang Uhud, ia berkata, “Wahai Rabbku, sunguh Engkau Mahamengetahui bahwa aku mencintaimu. Aku perrsembahkan mahar pembaiatanku. Ya Allah, jika Engkau mengetahui kecintaanku itu, maka pertemukanlah aku dengan musuh-Mu yang paling kuat hingga ia dapat menewaskanku di jalan-Mu. Jika Engkau berkata kepadaku, ‘Untuk apa engkau melakukan hal seperti ini?’ Maka aku akan menjawab, ‘Aku lakukan itu karena-Mu, wahai Rabbku’.” (HR. Al-Baihaqi dan Al-Hakim)
Sesungguhnya para kekasih Allah pasti akan bersegera menggapai kecintaan Allah. Dia akan mengutamakannya atas yang lain. Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam pernah mengabarkan bahwa Allah tersenyum pada tiga jenis manusia. Salah satunya adalah seorang laki-laki yang memiliki rasa cinta. Ia melakukan perjalanan bersama rombongan kafilah. Di tengah perjalanan mereka merasakan kelelahan. Ketika sahabatnya yang lain berhenti, mereka merebahkan tubuh mereka di atas tanah hingga tertidur. Adapun orang tadi, ia sama sekali tidak tidur. Ia bergegas mencari air dan mengambil wudlu. Ia lalu menghadap kiblat untuk shalat dan menangis. Ia berdoa dan bermunajat kepada Dzat yang Mahaesa.
Ini merupakan cerminan dari adanya rasa cinta. Kecintaan yang mendorong pemiliknya untuk melakukan apa saja agar mendapat keridlaan orang yang dicintainya.
DR. Aidh bin Abdullah Al-Qarni dalam bukunya Bait Ussisa ‘alaa al-Taqwa, menuliskan sebuah kisah yang disebutkan seorang dai. Bahwa ada seorang pemuda muslim dari Jazirah Arab pergi ke Inggris, tepatnya di kota London.
Di London, dia tinggal di rumah seorang wanita pribumi yang telah berusia lanjut. Meski udara di waktu Fajar begitu amat dingin dan bersalju, ia tetap melaksanakan shalat. Ketika ia berwudlu, pemilik rumah yang sudah renta tersebut terus memperhatikannya. Ia berkata kepadanya, “Apakah engkau sudah gila?”
Ia menjawab, “Tidak.”
Ia bertanya terheran-heran, “Bagaimana engkau bisa bangun di jam seperi ini untuk mengambil air wudlu?”
“Agamaku memerintahkanku untuk melakukan itu,” jawabnya.
Ia kembali bertanya, “Tidak bisakah engkau undur waktunya?”
Ia menjawab, “Jika aku undur waktunya, maka Allah tidak menerima amalku.”
Wanita itu menggeleng-gelengkan kepalanya dan berkata, “Sikap seperti itu bagaikan tekad yang kaut yang dapat menghancurkan besi sekalipun. Sikap seperti itu bagaikan tekad yang kuat yang dapat menghancurkan besi sekalipun.” Ia mengulang dua kali ucapannya itu. (PurWD/voa-islam.com)
Oleh: Badrul Tamam

Biaya Haji 2010 Lebih Rendah USD 36 dibanding 2009

Jakarta (addakwah.com) ---Pemerintah dan DPR belum menyepakati nilai Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH) 2010. Namun dipastikan nilainya akan lebih rendah setidaknya USD 36 dibanding BPIH pada musim haji tahun lalu.

"ONH tahun 2010 turun minimal US$ 36. Angka itu masih bisa ditekan lagi, Insya Allah," kata Menag Suryadharma Ali saat jumpa pers di Kantor Presiden, Jl Medan Merdeka Utara, Jakarta, Selasa (13/7/2010).

Menurutnya penurunan tersebut disebabkan adanya komponen direct cost yang dipindahkan ke indirect cost. Itu artinya komponen biaya yang seharusnya ditanggung oleh jemaah kini dibebankan kepada pemerintah. Sedangkan pembiayaanya akan diambil dari bunga bank dari dana milik jamaah.

Meski nilainya lebih rendah, tetapi tidak akan berpengaruh terhadap pelayanan terhadap jamaah haji. Malahan, lokasi pemondokan jamaah haji tahun ini dibanding tahun lalu semakin banyak yang jaraknya dekat dengan Masjidil Haram.

"Pada 2009, pemondokan yang masuk ring 1 (sekitar 2 kilo meter) hanya 27 persen atau 57 ribu jamaah. Tahun ini sekitar 63 persen atau 100 ribu lebih jamaah," paparnya.

Persiapan Matang

Selain soal pemondokan, masalah penyedian maskapai penerbangan juga hampir tuntas persiapannya. Menteri Perhubungan Freddy Numberi memastikan Garuda Indonesia dan Saudi Arabia Airlines telah siap memberangkatkan jamaah ke Tanah Suci.

"Total ada 24 pesawat. Kita harapkan tidak ada masalah teknis," kata Freddy dalam kesempatan yang sama.

Sementara, Menteri Kesehatan Endang Rahayu Sedianingsih juga memastikan persiapan kesehatan juga telah memadai. Menurutnya, saat ini telah disiapkan sarana kesehatan setaraf dengan rumah sakit kelas C baik di Mekah dan di Madinah.

"Karena pemerintah Saudi Arabia mewajibkan suntik maningitis, dua minggu setelah lebaran nanti semua calon jamaah sudah disuntik maningitis," sambung Endang.

(anw/lh) (detik.com)
 

Media Dakwah Copyright © 2010 LKart Theme is Designed by Lasantha