Kamis, 19 Agustus 2010

Awas!! Jangan Terkecoh 'Islam Palsu' Buatan Kristen Advent

Jangan mudah terkecoh, waspadalah terhadap ajaran Islam yang diembel-embeli nama lain, misalnya: Islam Hanif, Islam Jama’ah, Islam Murni, Islam Liberal, Islam Progresif, Islam Liberal, dan sebagainya, karena Islam yang benar dan diridhai Allah SWT adalah “Islam” (tanpa embel-embel apapun) yang mengamalkan Al-Qur’an dan Hadits Nabi SAW. Islam aneh-aneh ini adalah ajaran sesat yang tujuannya adalah merusak Islam.
Saat ini, di Bandung marak gerakan pemurtadan (kristenisasi) yang bermuara pada ajaran Islam Hanif yang digagas Robert Walean. Menurut Suryana Nurfatwa, Ketua Gerakan Reformis Islam Jawa Barat (Garis) Jawa Barat, dalam kasus pemurtadan di Garut dan Babakan Ciparay Bandung, semua pelakunya mengaku dari gereja Advent Hari Ketujuh. Modus dan buku-buku yang digunakan sama, yakni menyebarkan diktat yang ditulis oleh Robert Walean.
Dr Robert Paul Walean adalah aktivis Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh (GMAHK). Pria asal Minahasa 70 tahun yang kini tinggal di Koja, Tanjung Priok Jakarta Utara merekayasa agama ‘Islam Hanif’ sebagai trik penginjilan terselubung untuk memurtadkan umat Islam.
Untuk menyebarkan Islam Hanif, Walean menulis buku Alkitab Menubuatkan Islam Hanif Akan Masuk Surga (32 halaman). Sebelum membeberkan ajaran Islam Hanif, Walean meyakinkan pembaca bahwa buku yang ditulisnya sesuai dengan Al-Qur’an, lalu ia mewajibkan umat Islam menjadi pengikut Islam Hanif. Walean menegaskan:
“Islam Hanif bukan ajaran Kristen. Islam Hanif adalah ajaran yang ada dalam Al-Qur’an” (hlm. 5).
“Tujuan pekabaran bukan untuk mengkristenkan, tapi untuk membawa orang agar diselamatkan di akhirat nanti. Baiklah umat Islam tetap menjadi Islam, tapi harus menjadi Islam Hanif” (hlm. 10).
Setelah mengelabui pembaca, Walean mulai memasukkan doktrin Kristen Advent yang dikamuflase dengan ayat-ayat Al-Qur’an:
“Ajaran Islam Hanif berpatokan pada Kitab Al-Qur’an dan Kitab-kitab sebelumnya. Ayat utama ajaran Islam Hanif adalah pada Al-Qur’an surat An-Nahl 123: “Kemudian Kami wahyukan kepadamu Muhammad: “Ikutilah agama Ibrahim seorang yang hanif.”
Jadi, agama Islam yang benar adalah agama Nabi Ibrahim yang hanif... Cara ibadahnya tertulis pada ayat 124 surat yang sama (An-Nahl): “Sesungguhnya diwajibkan (menghormati) hari Sabtu atas orang-orang yang berselisih padanya. Dan sesungguhnya Tuhanmu benar-benar akan memberi putusan di antara mereka di hari kiamat terhadap apa yang telah mereka perselisihkan itu.” (hlm. 14-15).
...Walean memasukkan doktrin Kristen Advent yang dikamuflase dengan ayat-ayat Al-Qur’an…
Dalam uraian tersebut Walean sengaja mengacaukan istilah ”Islam Hanif.” Darimana Walean memungut nama agama ”Islam Hanif?” Padahal Al-Qur’an surat An-Nahl 123 yang dijadikan dalil itu sama sekali tidak menyebutkan kata “Islam Hanif.” Kata “hanif” dalam ayat tersebut jelas bukan menunjuk pada sebuah nama, tapi sifat yaitu sifatnya Nabi Ibrahim. Perhatikan baik-baik, dalam ayat tersebut tertulis dengan jelas “Ibrahim seorang yang hanif” (ibrohiima haniifan). Nabi Ibrahim disebut hanif karena memiliki ketulusan dan keikhlasan dalam beribadah kepada Allah, sesuai dengan penggalan ayat berikutnya, bahwa beliau adalah orang yang tidak mempersekutukan Allah.
Jika konsekuen ingin mengikuti agama Nabi Ibrahim, seharusnya Walean tidak beragama Islam Hanif maupun Kristen Advent. Karena Nabi Ibrahim mewasiatkan agar anak-anaknya berpegang teguh memeluk agama Islam (tanpa embel-embel Islam Hanif).
“Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Yakub. (Ibrahim berkata): “Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam” (Qs. Al-Baqarah 132).
Mengaku sebagai pengikut Nabi Ibrahim yang mengamalkan ajaran Al-Qur’an, tapi masih setia menjadi Kristen Advent, menambah daftar penipuan Walean. Bukankah Al-Qur’an sejara tegas menyatakan Nabi Ibrahim bukan seorang Kristen (Nasrani)?
“Ibrahim bukan seorang Yahudi dan bukan pula seorang Nasrani, akan tetapi dia adalah seorang yang hanif (lurus) lagi berserah diri (kepada Allah) dan sekali-kali bukanlah dia termasuk golongan orang-orang musyrik” (Qs Ali Imran 67).
Doktor Robert Paul Walean semakin terperosok dalam kesalahan fatal, ketika mengajarkan bahwa ibadahnya Nabi Ibrahim adalah hari Sabtu (Sabat) berdasarkan Al-Qur'an surat An-Nahl 124. Lagi-lagi Walean ceroboh dalam membaca. Ayat ini sama sekali tidak menyebutkan Nabi Ibrahim beribadah pada hari Sabtu. Bukankah dalam ayat tersebut termaktub dengan jelas bahwa syariat Sabat itu pernah diwajibkan kepada umat Yahudi? Perhatikan baik-baik kutipannya: Sesungguhnya diwajibkan menghormati hari Sabtu atas orang-orang Yahudi yang berselisih padanya.”
Dr Robert Walean adalah orang yang miskin wawasan agama, baik agama Islam maupun Kristen...
Dengan ajaran kebaktian hari Sabtu (Sabat) yang diklaim mengikuti teladan Nabi Ibrahim, jelaslah bahwa Walean adalah orang yang miskin wawasan agama, baik agama Islam maupun Kristen. Buktinya, dalam Bibel pun tidak ada ayat yang menyebutkan Nabi Ibrahim (Abraham) menjalankan hukum Sabat. Bukankah hukum Sabat diberlakukan pada masa Nabi Musa? Baca baik-baik kitab Perjanjian Lama berikut: Ulangan 5:1-12; bandingkan: Keluaran 16:23, 20:8-11, 35:2-3, 35:15, dan Imamat 16:31, 19:30.
Dengan penyimpanan yang disengaja, maka tak diragukan lagi bahwa Walean bukanlah pengagum Nabi Ibrahim, tapi pengkhianat sejati dan pembenci Nabi Ibrahim. Al-Qur’an mengingatkan bahwa para pembenci agama Ibrahim adalah orang bodoh yang memperbodohi dirinya sendiri.
“Dan tidak ada yang benci kepada agama Ibrahim, melainkan orang yang memperbodoh dirinya sendiri.” (Qs. Al-Baqarah 130).
...Di balik tipuan nama agama ‘Islam Hanif” itu, Walean menyusupkan doktrin Kristen Advent yang dijustifikasi dengan ayat-ayat Al-Qur'an secara menyimpang…
DOKTRIN KRISTEN DALAM “ISLAM HANIF” AJARAN WALEAN
Di balik tipuan nama agama ‘Islam Hanif” itu, Walean mengajarkan doktrin-doktrin Kristen Advent yang dijustifikasi dengan ayat-ayat Al-Qur'an yang ditafsirkan secara menyimpang. Inilah beberapa doktrin Kristen yang disusupkan Walean dalam agama Islam Hanif:
1. Doktrin Soteriologi (Keselamatan) Melalui Penebusan Dosa
“Perlu diketahui bahwa di setiap pembuka surat Al-Qur’an tercantum ‘Bismillahiir Rahmaniir Rahiim’ yang artinya dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Bahkan di setiap kegiatan kita dianjurkan untuk menyebutkan demikian. Jadi sesungguhnya intisari Al-Qur’an adalah untuk menyatakan bahwa Allah adalah Allah yang Rohmaniir Rahiim. Sedangkan konsep keselamatan melalui penebusan adalah membuktikan bahwa Allah adalah Allah yang Rohmaniir Rohiim. Karena kita tidak disiksa” (Islam Hanif Akan Masuk Surga , hlm. 25).
2. Doktrin Kematian Yesus Kristus untuk Menebus Dosa
“Satu-satunya cara Allah membuktikan Dia adalah Allah yang Maha Kasih lagi Maha Penyayang dan tidak merubah hukum-Nya, adalah dengan cara Allah sediakan pengganti/Jurusyafaat. Siapakah Jurusyafaat itu? Kata Jurusyafaat sama dengan Perantara atau Juruselamat yaitu Almasih. Ada lebih 25 kali kata Almasih dalam Al-Qur’an yang ditujukan kepada Isa Putra Maryam. Isa Almasih adalah satu-satunya utusan Allah yang pantas menjadi pengganti (penebus) dosa umat manusia karena Dia sendiri tidak pernah berdosa. Satu-satunya utusan Allah yang tidak pernah berdosa adalah Isa Putra Maryam. Kalau dia pernah berdosa tentu tidak pantas menebus dosa orang lain. Ganjaran yang setimpal untuk dosa adalah harus mati di neraka. Maka untuk menggantikan (menebus) kematian umat manusia di neraka, Isa Almasih telah mati dan sudah dibangkitkan dan diangkat Allah.” (Islam Hanif Akan Masuk Surga, hlm. 26-27).
3. Doktrin Kristen Advent Sebagai Jemaat yang Benar
Dalam diktat berjudul “Kebenaran Yang Terungkap dari Al-Qur’an dan Alkitab,”  Walean menyatakan bahwa satu-satunya kebenaran adalah Gereja Jemaat Advent:
“KESIMPULAN. Kita patut dan sepantasnya bangga dan bersyukur kepada Allah karena kita berada dalam Gereja/Jemaat yang benar, yang telah dinubuatkan dalam Alkitab. Tidak ada lagi gereja lain yang dinubuatkan dalam Alkitab selain GMAHK (Wahyu 10:9-10) yang mempunyai tanda/ciri khusus Gereja yang sisa di akhir zaman yaitu: Menuruti 10 hukum Allah dan memiliki Kesaksian Yesus yaitu Roh Nubuat (Wahyu 1217, 19:10).
…Umat Islam harus waspada, jangan terkecoh oleh tipuan Pendeta Robert Walean yang merekayasa doktrin-doktrin Kristen Advent dalam agama palsu bernama “Islam Hanif…
Maka meskipun Jemaat GMAHK mempunyai banyak kekurangan yang perlu ditegur dan perlu diperbaiki, janganlah kita keluar dari GMAHK karena Gereja inilah yang benar dan akan menjadi perhatian Kristus yang paling utama sampai akhir zaman. Tugas Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh adalah: “Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman” (Matius 28:19-20). (hlm. 148).
Secara institusi, metode penginjilan berkedok Islam Hanif yang dipraktikkan oleh Walean itu didukung secara resmi oleh Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh (GMAHK) DKI Jakarta. Dalam surat pernyataan resmi di atas kop surat GMAHK DKI Jakarta, Pendeta L. Situmorang selaku Ketua GMAHK DKI Jakarta membuat pernyataan di atas materai bahwa ia mempercayai seperti apa yang dituliskan oleh Robert Walean.
Jadi, umat Islam harus waspada, jangan terkecoh oleh tipuan Pendeta Robert Walean yang merekayasa doktrin-doktrin Kristen Advent dalam agama palsu bernama “Islam Hanif” yang menyelewengkan ayat-ayat Al-Qur'an. Tangkap dan laporkan para penginjil dan siapapun kepada pihak yang berwajib, adili sesuai hukum yang berlaku. [a ahmad Hizbullah/si]

Kolaborasi NU-Muhammadiyah, "Koruptor Itu Kafir" Panen Dukungan

JAKARTA (Berita SuaraMedia) - Nahdlatul Ulama (NU) mengeluarkan imbauan agar jenazah koruptor tidak perlu dishalatkan. Imbauan ini ditentang anggota Komisi III Bidang Hukum dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Nasir Djamil.

"Dalam agama itu yang tidak boleh dishalatkan adalah orang munafik. Dan yang tahu munafik itu hanya Nabi Muhammad," kata Nasir Djamil, Kamis 19 Agustus 2010.

Nasir menentang imbauan NU yang masuk terlalu jauh itu. Menurut Nasir, pada dasarnya dia setuju bahwa koruptor itu perlu dihukum berat. Tetapi, bila masuk ke dalam sendi-sendi agama itu berlebihan.

"Koruptor juga manusia. Perlu juga diperlakukan secara manusiawi," tegas anggota DPR dari daerah pemilihan Nanggroe Aceh Darussalam ini. Apalagi, lanjut Nasir, saat ini penegakan hukum juga kerap diwarnai aroma politis.

Maka itu, Nasir melanjutkan, mereka yang terganjal dan divonis kasus korupsi belum tentu bersalah. "Misalnya, ada yang tidak suka dengan si fulan. Lalu bekerjasama dengan penegak hukum. Kena lah dia korupsi," ucap Nasir.

Jadi, menurut Nasir, belum tentu mereka yang berada di penjara itu murni bersalah semua. "Kadang-kadang yang benar juga bisa jadi salah," sesalnya.
Semalam, Sekjen Katib Am Syuriah Nahdlatul Ulama (NU) Malik Madany, mengimbau para ulama untuk tidak menshalatkan jenazah koruptor yang meninggal dunia. Alasannya, korupsi merupakan kejahatan kemanusiaan yang luar biasa.

"Para koruptor itu tidak perlu dishalatkan para ulama, karena ulama itu para pewaris Nabi. Jadi cukuplah semacam Banser dan Garda Bangsa saja yang menshalatkannya," kata Malik Madani dalam peluncuran buku 'Koruptor itu Kafir' di Jakarta.

Apa yang terjadi jika dua organisasi Islam besar di negeri ini yaitu Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah berkolaborasi melawan korupsi? Hasil sementara, setidaknya ditunjukkan ketika keduanya menyatukan pikiran dalam sebuah buku: " Koruptor itu Kafir"
Sebelumnya, buku warna hitam dan bersampul obor terbakar dengan tangkai berlapis uang itu, berjudul "Koruptor itu Kafir", Telaah Fiqih Korupsi dalam Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU)."
Diterbitkan Mizan dengan pendanaan dari Kemitraan Partnership ini, buku ini diluncurkan Rabu 18 Agustus 2010 kemarin di Jakarta, menjelang acara buka puasa. Hadir dalam peluncuran buku itu, sang editor buku, Bambang Widjojanto yang juga salah satu kandidat pimpinan KPK. Juga Sekjen Suriyah PBNU Malik Madani.
Dalam siaran persnya, Direktur Eksekutif Kemitraan Wicaksono Sarosa mengatakan, dua ormas besar Islam sepakat membedah beragam dimensi korupsi. Lengkap dengan cara-cara strategis untuk memberantasnya. Baik merujuk pada warisan pemikiran Islam yang ditemukan dalam tradisi fiqih maupun pemahaman hukum kontemporer.
"Buku ini tidak saja menyajikan korupsi dari sisi pandang Muhammadiyah dan NU tapi juga menawarkan beberapa alternatif pemberantasan korupsi di kalangan masyarakat Islam dan bagi negara," ujarnya.
Dalam buku itu, kata Wicaksono, ditegaskan pula kalau tindakan koruptif yang pada dasarnya meletakkan uang di atas segalanya sama saja dengan syirik. Kemitraan juga berharap bahwa penegasan ini dapat menjadi pendorong gerakan sosial anti-korupsi." Kami berharap muncul gerakan sosial untuk menata pemerintahan yang lebih baik" ujarnya.
Sementara itu, Indonesia Corruption Watch (ICW) mengapresiasi imbauan Nahdlatul Ulama (NU) agar kiai tidak menyalatkan koruptor. ICW pun meminta agar ormas keagamaan yang lain meniru langkah NU.

"Sanksi sosial semacam ini harus ditiru. Bukan hanya oleh Ormas Islam, tapi juga dari agama lain. Korupsi kan musuh semua agama," ujar Anggota Badan Pekerja ICW, Emerson Yuntho.

Esson, panggilan akrabnya, meminta imbauan kaum Nahdliyin ini tidak sekedar imbauan. Harus dipatuhi dan dilaksanakan.

"Jadi jangan imbauan tapi ada implementasinya," terang dia.

Selain tidak menyalatkan koruptor dan sanksi sosial lain, Esson meminta agar ormas-ormas juga menyatakan haram uang hasil korupsi.

"Termasuk juga agar tidak menerima sumbangan dari koruptor," jelas Esson. (fn/vs/tm/dt) www.suaramedia.com

Agar Jera, MUI Usul Hukum Mati Untuk Koruptor

Jakarata (voa-islam.com) - Ketua MUI Bidang Kerukunan Antarumat Beragama KH Slamet Effendi Yusuf lebih setuju koruptor dihukum berat bahkan sampai hukuman mati daripada sanksi sosial dengan tidak menyalatkan jenazahnya.

"Orang yang sudah meninggal itu memang ada aturan tertentu, kalau pahala itu urusan Allah. Saya cenderung koruptor itu dihukum berat atau dihukum mati," terang dia di Gedung MUI, Jakarta, Kamis (19/8/2010).
..."Saya cenderung koruptor itu dihukum berat atau dihukum mati," terang dia di Gedung MUI"...
Slamet mengingatkan sanksi terhadap pelaku korupsi jangan dikaitkan dengan urusan ibadah. "Jangan terlalu dikaitkan dengan ibadah," ujarnya.

Menurut dia, koruptor tidak disalatkan oleh kiai, tapi boleh oleh Banser atau Garda Bangsa itu salah persepsi. "Jangan dikira salat atsar berbeda dengan kiai. Juga jangan dikira salat atsar lebih kusyuk dengan kiai," katanya.

Slamet menambahkan, peryataan bahwa koruptor haram disalatkan bukan dari NU. "Tetapi pernyataan Kiai Malik Madany. Kalau sudah seperti ini harus ada pembahasan serius. Harus dikaji lagi hukumnya," tandas dia. 
MUI Anggap Sah Imbauan NU Tak Salatkan Koruptor
Menanggapi Nahdlatul Ulama (NU) mengimbau agar para kiai tidak menyalatkan jenazah koruptor. Cukup anggota banser NU saja yang menyalatkan koruptor. Majelis Ulama Indonesia (MUI) pun menilai imbauan ini sah-sah saja untuk kampanye pemberantasan korupsi.

"Kalau dalam kampanye untuk memberantas korupsi tidak masalah," ujar Ketua MUI Amidhan, Rabu (18/8/2010) malam.
..."Kita sudah mengkampanyekan gerakan anti korupsi. Soal tidak menyalatkan ini masalah lain," terang dia...
Menurut Amidhan, menyalatkan jenazah hukumnya adalah fardhu kifayah. Jika jenazah seseorang sudah disalatkan, maka kewajiban orang lain menjadi gugur. Imbauan NU ini tidak melanggar hukum Islam, karena jika jenazah seorang koruptor sudah disalatkan oleh anggota banser atau yang lainnya, maka tidak perlu lagi disalatkan oleh para kiai.

"Asal ada orang lain yang menyalatkan, permasalahannya selesai," terang Amidhan. Namun MUI mengaku tidak akan latah mengeluarkan fatwa untuk mendukung imbauan NU ini. Menurut Amidhan, MUI sudah mengeluarkan fatwa bahwa korupsi itu tindakan haram.

"Kita sudah mengkampanyekan gerakan anti korupsi. Soal tidak menyalatkan ini masalah lain," terang dia. (Ibnudzar/dbs)

Imbauan Tak Salatkan Jenazah Koruptor Upaya Perbaikan Moral Bangsa

Jakarta - Sikap Nadlatul Ulama (NU) yang melarang ulama mensalatkan jenazah koruptor patut dihormati sebagai hasil dari pemikiran para ulama. Hal itu dinilai sebagai upaya mempebaiki moral bangsa.

"Sebagai hasil pemikiran ijtihad saya rasa harus kita hormati, berani itu. Mungkin nggak semua orang setuju, ya enggak masalah," kata mantan Ketua PP Muhammadiyah Syafii Maarif.

Pernyataan tersebut dikatakannya usai bertemu dengan Gerakan Peduli Pluralisme (GPP) di Maarif Institute, Jalan Tebet Barat Dalam II, Jakarta Selatan, Kamis (19/8/2010).

Sebagai hasil pemikiran, lanjut Maarif, sikap tersebut patut dipuji sebagai perbaikan moral bangsa. "Untuk memperbaiki moral bangsa yang sudah rusak, sikap itu patut dipuji, " tuturnya.

Apa tidak terlalu berlebihan? "Tetap harus kita hormati sebagai hasil pemikiran," jawabnya (ember: detik.com)

NU Larang Salatkan Jasad Koruptor Gayus Lumbuun: Pisahkan Urusan Agama dan Urusan Negara

Jakarta - Anggota Komisi III DPR RI Gayus Lumbuun tidak sepakat dengan pernyataan ulama NU yang mengharamkan ulama mensalati jenazah koruptor. Menurutnya, harus dibedakan antara urusan negara dan urusan agama.

"Menurut saya urusan agama itu harus dipisahkan dengan urusan negara," ujar Gayus usai diskusi bertajuk 'Mengapa KPK Harus di Reformasi' di Jakarta Media Center (JMC), Jl Kebon Sirih, Jakarta Pusat, Kamis (19/8/2010).

Gayus mengatakan masyarakat harus bisa memisahkan masalah hukum negara dengan masalah hukum agama. 

"Konteks agama itu urusan ulama, sementara urusan negara urusan negara," tutupnya.

Sebelumnya Sekjen Suriah Pengurus Besar Nadhlatul Ulama Malik Madani meminta agar ulama NU untuk tidak mensalatkan jenazah yang pernah dipenjara akibat korupsi.(sumber: detik.com)

Pemberian Grasi SBY pada Terpidana Korupsi Syaukani Dikecam

Jakarta - Pemberian grasi 3 tahun oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) bagi terpidana korupsi mantan Bupati Kutai Kartanegara Syaukani HR dikecam. Tindakan itu dinilai menodai semangat pemberantasan korupsi.

"Pemberian grasi terhadap koruptor menunjukkan bahwa SBY tidak layak menjadi pemimpin pemberantasan korupsi," kata Wakil Koordinator Indonesia Corruption Watch (ICW) Emerson Yuntho di Jakarta, Kamis (19/8/2010) malam.

Emerson menilai, pemberian grasi itu, apa pun alasannya  akan menjadi preseden buruk bagi upaya pemberantasan korupsi.

"Grasi itu justru tidak akan memberikan efek jera dan malah membuat kinerja KPK dan pengadilan menjadi mubazir," urai Emerson.

Seharusnya, SBY bertindak keras terhadap koruptor, di tengah upaya KPK terus memproses dan menuntut pelaku korupsi agar dipidana.

"Jangan kemudian presiden justru sebaliknya memberikan pengurangan pidana," tutupnya.

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono telah memberikan grasi kepada Syaukani. Keputusan Presiden (Keppres) itu bernomor 7/G Tahun 2010 tertanggal 15 Agustus 2010. Disebutkan, hukuman untuk Syaukani dikurangi dari enam tahun jadi tiga tahun penjara.

Syaukani dinyatakan bersalah menyalahgunakan dana perangsang pungutan sumber daya alam (migas), dana studi kelayakan Bandara Kutai, dana pembangunan Bandara Kutai, dan penyalahgunaan dana pos anggaran kesejahteraan masyarakat. Sepanjang 2001-2005, dana perangsang yang disalahgunakan itu berjumlah Rp 93,204 miliar.

Pengadilan Tipikor dan pengadilan tingkat banding telah memvonis Syaukani dengan hukuman dua tahun enam bulan penjara. Di tingkat kasasi, hukumannya justru diperberat menjadi enam tahun penjara.(sumber: detik.com)

Dan Bulan Pun Mengerut

Washington DC - Para ilmuwan menemukan bahwa bulan mengerut karena diameter Bulan berkurang 100 meter. Adanya retakan di permukaan bulan sebagai tandanya.

Retakan itu timbul karena adanya pendinginan di kerak Bulan demikian seperti dimuat dalam majalah Science dan dilansir dari Telegraph, Jumat (20/8/2010).

Kesimpulan penemuan itu dibuat setelah para ilmuwan menemukan garis retakan yang tidak biasa yang dinamakan 'lobate scarps' (lereng terjal) di dataran tinggi Bulan. 14 'Lobate scarps' itu yang sekarang diidentifikasi pesawat luar angkasa Lunar Reconnaissance Orbiter

Retakan dengan pola yang sama pertama kali terlihat di sekitar ekuator Bulan oleh astronot dalam pesawat Apollo pada awal 1970-an.

Para ahli percaya retakan terjadi karena perpecahan kerak bumi yang rapuh seiring dengan pengerutan Bulan.

Ilmuwan dari Smithsonian Institution di Washington DC Dr Thomas Watters mengatakan bahwa lereng yang tampak di Bulan berusia muda.

"Relatif muda, secara global tersebar retakan yang menunjukkan kontraksi seluruh permukaan Bulan, diduga kuat terjadi pendinginan di keraknya," ujar Watters. (nwk/nwk)(sumber: detikNews.com)
 

Media Dakwah Copyright © 2010 LKart Theme is Designed by Lasantha