Kamis, 15 Juli 2010

IMAN DAN TAQWA PINTU KEMAKMURAN

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنَّ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا وَرَسُوْلِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى ا للهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، أَمَّا بَعْدُ؛
فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ وَخَيْرَ الْهَديِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَشَرَّ الأُمُوْرِ مُحَدَثَاتُهَا، وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلةٍ.
فَيَا عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُؤْمِنُوْنَ الْمُتَّقُوْنَ، حَيْثُ قَالَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى فِيْ كِتَابِهِ الْعَزِيْزِ:
يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ.
يَاأَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَآءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِيْ تَسَآءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا.
يَاأَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا. يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا.
وَقَالَ عَلَيْهِ الصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ: اِتَّقِ اللهَ حَيْثُ مَا كُنْتَ وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا وَخَالِقِ النَّاسَ بَخُلُقٍ حَسَنٍ.
Jama’ah sholat Jum’ah yang dimuliakan Alloh I
Segala puji bagi Alloh I yang telah memberikan kepada kita semua nikmat-Nya. Mulai dari nikmat kesehatan, kesempatan, dan nikmat yang paling besar yaitu nikmat iman dan Islam. Sholawat dan salam semoga senantiasa terlimpahkan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad e, yang telah membawa manusia dari jalan kegelapan menuju jalan terang benderang yaitu Islam.

Jama'ah sholat Jum’ah yang dimuliakan Alloh I
Sebelumnya saya wasiatkan kepada diri saya sendiri dan kepada jamaah sekalian untuk senantiasa meningkatkan taqwa. Karena hanya dengan ketakwaan kita akan mendapat kebahagiaan di dunia dan akhirat. فَتَزَوَّدُوْا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّاد التَقْوَا   maka berbekalah kalian semua, dan sesungguhnya, sebaik-baik bekal adalah taqwa.
Alloh I juga berfirman dalam ayat yang lain :

وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى ءَامَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ

Jikalau sekiranya penduduk suatu negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. [QS. Al A’rof: 96].

Jama'ah sholat Jum’ah yang dimulyakan Alloh I

Tabi’at manusia menginginkan kebahagiaan dalam hidupnya. Sehingga apapun yang dilakukan pasti akan diarahkan untuk mendapatkan kebahagiaant tersebut. Bahkan sebuah negeripun juga bertujuan untuk membahagiakan rakyatnya. Lihatlah apa yang dijanjikan para pemimpin kita hari ini, mereka menggembar-gemborkan “ekonomi kerakyatan, anti liberali” dan jargon-jargon yang lain. Intinya adalah menginginkan sebuah kesejahteraan.

Akan tetapi masarakat kita tidak mengetahui bahwa syarat untuk menjadikan negeri menjadi negeri yang diberkahi Alloh I adalah dengan iman dan taqwa. Banyaknya para sarjana pertanian tidak akan menjamin pertanian makin baik. Banyaknya para ekonom tidaklah membawa suatu negeri menjadi maju ekonominya. Bahkan jika rakyat telah melahirkan para pakarpun tidak menjamin kemakmuran sebuah negeri, jika negeri tersebut menyebar kemaksiatan, kesyirikan dan kemungkaran. Akan tetapi kemakmuran dan kemajuan suatu negara dilihat dari ketaqwaan penduduknya kepada Alloh I.
Sungguh sangat indah sebuah negeri yang penduduknya taat kepada Alloh Ta'ala. Negeri yang Alloh juluki dengan baldatun thoyybatun warobbun ghofur, negeri yang baik dan Alloh Ta'ala mengampuninya. Negeri inilah yang Alloh kisahkan dalam al Qur’an:
ôs)s9 tb%x. :*t7|¡Ï9 Îû öNÎgÏYs3ó¡tB ×ptƒ#uä ( Èb$tG¨Yy_ `tã &ûüÏJtƒ 5A$yJÏ©ur ( (#qè=ä. `ÏB É-øÍh öNä3În/u (#rãä3ô©$#ur ¼çms9 4 ×ot$ù#t/ ×pt6ÍhsÛ ;>uur Öqàÿxî ÇÊÎÈ   (#qàÊtôãr'sù $uZù=yör'sù öNÍköŽn=tã Ÿ@øy ÇPÌyèø9$# Nßg»oYø9£t/ur öNÍköŽoK¨Zpg¿2 Èû÷ütF¨Zy_ ötA#ursŒ @@à2é& 7Ý÷Hs~ 9@øOr&ur &äóÓx«ur `ÏiB 9ôÅ 9@ŠÎ=s% ÇÊÏÈ  

Sesungguhnya bagi kaum Saba' ada tanda (kekuasaan Tuhan) di tempat kediaman mereka yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri. (Kepada mereka dikatakan): "Makanlah olehmu dari rezki yang (dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kamu kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang baik dan (Tuhanmu) adalah Tuhan Yang Maha Pengampun".Tetapi mereka berpaling, maka Kami datangkan kepada mereka banjir yang besar dan Kami ganti kedua kebun mereka dengan dua kebun yang ditumbuhi (pohon-pohon) yang berbuah pahit, pohon Atsl dan sedikit dari pohon Sidr. [QS. Saba’ : 15-16].
Sebagian ulama’ menceritakan tentang keadaan mereka: bahwa tidaklah mereka mendapatkan di negeri mereka lalat, nyamuk, kutu busuk dan hama tanaman, yang demikian itu karena hawa yang baik, lingkungan yang nyaman dan pertolongan Alloh I kepada mereka agar mereka mentauhidkan-Nya dan menyembah-Nya. [Tafsir Ibnu Katsir].

Jama'ah sholat Jum’ah yang dimuliakan Alloh I.
Tidaklah kita dapatkan hari ini sebuah negeri yang makmur sebagaimana negeri Saba’. Sebuah negeri yang tidak didapatkan didalamnya nyamuk, lalat, penyakit-penyakit pada tanaman dan tubuh mereka. Bahkan dalam riwayat yang lain disebutkan, jika ada  seseorang yang datang ke negri Saba’ sedangkan tubuh mereka banyak penyakitnya, maka Alloh subhanahuwata’ala mematikan penyakit tersebut.
Kemudian mereka berpaling dari mengesakan Alloh Ta’ala. Tidak bersukur atas nikmat- yang telah diberikan kepada mereka dan merekapun akhirnya menyembah matahari. Alloh U berfirman “ Maka kami datangkan kepada mereka banjir yang besar”. Qotadah dan yang lainnya berkata: Bendunganpun rapuh dan rentan. Kemudian datanglah musim hujan. Lalu, air menerjangnya hingga bendungan runtuh. Maka air melimpah kelembah-lembah dan melibas segala yang dilaluinya berupa bangunan, tumbuhan dan sebagainya. Karena itu air tidak lagi mengairi pepohonan di kanan dan kiri gunung sehingga mati dan binasalah pohon-pohon tersebut. Lalu tumbuhlah pohon lain yang buruk menggantikan pohon-pohon yang lezat. Pohon tersebut berbuah pait dan pepohonan yang banyak durinya. Semua ini karena keingkaran, kesyirikan serta pendustaan mereka kepada Alloh I.

Jama'ah sholat Jum’ah yang dimuliakan Alloh I.
Kita potretkan kondisi negri saba’ dengan negeri kita hari ini. Betapa banyak para dokter dengan keilmuan yang mereka miliki. Para sarjana pertanian dengan berbagai teknologi yang maju, tidak menjadikan berkurangnya penyakit pada tubuh manusia dan juga tanaman-tanaman yang ada. Bahkan semakin banyak  dan semakin komplek penyakit yang menyerang tubuh manusia dan juga tanaman.
Bahkan jika kita lihat di negeri kita ini. Berbagai musibah menerpa silih berganti. Mulai dari tanah longsor, banjir yang rutin datang pada saat musim hujan di berbagai kota di Indonesia, gempa bumi yang menghilangkan ratusan nyawa, serta musibah alam yang lainnya, ini semua diakibatkan jauhnya kita dari Alloh subhanahuwata’ala.
Bencana yang lebih parah adalah bencana akhlak dan jatidiri sebagai seorang muslim. Hilangnya ahlak yang Islami serta ikutnya generasi kita dengan budaya orang kafir adalah musibah yang paling parah. Dari sinilah munculnya aborsi, pemerkosaan, perzinaan, pembunuhan dan berbagai dosa besar lainnya. Mungkin ini sebagai peringatan pada kita, agar kembali kejalan yang lurus. Agar kita menerima seluruh atruan Alloh subhanahuwata’ala . Akan tetapi peringatan seperti ini tidak mungkin bisa dipahami kecuali bagi orang-orang yang  mau berpikir.
Alloh Ta'ala berfirman :
ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ
Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaDuh gusti Alloh merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). [QS. Ar Ruum : 41].
وَقَالَ أَبُو اْلعَالِيَة: مَنْ عَصَى اللهَ فِي اْلأَرْضِ فَقَدْ أَفْسَدَ فِي اْلأَرْضِ لأََِنَّ صَلاَحَ اْلأَرْضِ وَالسَّمَاءِ بِالطَّاعَةِ
Berkata Abu Al 'Aliyah: Barangsiapa bermaksiat pada Alloh di muka bumi, maka dia telah berbuat kerusakan di bumi. Karena baiknya bumi dan langit dengan ketaatan.
Artinya, jika kita ingin memperbaiki bumi ini dan seluruh isinya agar memperoleh  kebahagiaan di dunia dan akhirat tidak ada jalan lain harus menjauhi maksiat. Tidak hanya dalam pribadi saja, akan tetapi berusaha untuk amar ma’ruf (memerintah yang baik) serta nahyu munkar (melarang yang mungkar) entah dengan tangannya, lesannya maupun hatinya. Sebagaimana sabda Rasulullah r :
مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذَلِكَ أَضْعَفُ الإِيمَانِ
Barang siapa di antara kalian melihat kemunkaran hendaklah ia rubah dengan tangannya, jika tidak sanggup dengan lesannya. Dan jika tidak sanggup dengan hatinya, dan itu selemah-lemah iman. [HR. Muslim, Abu Daud, Nasa’i].
Jama'ah sholat Jum’ah yang dimuliakan Alloh I.
Demikian khotbah pertama yang saya sampaikan, semoga Alloh senantiasa menunjuki kita ke jalan yang lurus.
 أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا أَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُؤْمِنِيْنَ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَحِيْمُ

[ KHOTBAH KEDUA]
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ, الصَلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى نَبِيِّنَا الكَرِيْمِ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَصَحْبِهِ اَجْمَعِيْن. أَمَّا بَعْدُ :
Jama'ah shalat Jum’ah yang dimuliakan Alloh I
Pemaparan di atas belum mendapatkan solusinya. Perlu diingat, bahwa suburnya tanaman, makmurnya sebuah negara dan sedikitnya bencana diukur dari ketaatan kepada Alloh I dan bukan yang lainnya. Ketika negara ini ingin menjadi negara yang diridhoi Alloh Ta’ala, maka penghuninya harus siap untuk menerapkan syari’at Islam. Siap untuk amar ma'ruf dan nahi munkar (memerintahkan yang baik dan melarang yang mungkar). Berganti-gantinya presiden tidak akan memberikan kesejahteraan kepada masyarakat jika negara tersebut tidak taat kepada Allah. Seluruh daya dan upaya dalam rangka untuk menyejahterakan negeri ini tidak akan tercapai walaupun harus mengeluarkan biaya yang besar, alat-alat yang canggih, para pakar yang ahli, semua tidak akan berarti jika kemaksiatan, kesyirikan dan kemunkaran masih marak disekitar kita.
Konsep kemakmuran suatu negeri tidak diukur dengan banyaknya sarjana-sarjana ekonomi. kemakmuran suatu negeri tidak diukur dengan banyaknya profesor-profesor. Akan tetapi kemakmuran suatu negeri diukur dengan iman dan taqwa.

Jama’ah sholat Jum’ah yang dimulyakan Alloh I
Demikian khutbah Jum’ah yang dapat kami sampaikan, kalau ada benarnya itu datangnya dari Alloh I, dan jika ada kesalahannya itu datangnya dari saya sendiri dan dari bisikan syetan. Saya beristighfar kepada Alloh Ta'ala. Sebagai penutup khotbah jumah ini marilah kita berdo’a kepada Alloh agar kita diberikan kekuatan untuk menempuh jalan yang lurus hingga hari akhir nanti.

إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ. يَآأّيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْاتَسْلِيْمًا
أَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرِاهِيْمَ, وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَىآلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
أَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتْ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَاَمْوَاتِ.
رَبَّنَا لاَ تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَسِيْنَا أَوْ أَخْطَأْنَا رَبَّنَا وَلاَ تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِنَا رَبَّنَا وَلاَ تُحَمِّلْنَا مَا لاَ طَاقَةَلنَابِهِ, وَاعْفُ عَنَّا وَ اغْفِرْلَنَا وَارْحَمْنَا أَنْتَ مَوْلاَنَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِيْنَ.
أَللَّهُمَّ أَعِزِّ اْلإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَأَهْلِكِ الْكَفَرَةَ وَالْمُبْتَدِعَةَ وَالْمُشْرِكِيْنَ أَعْدَا ئَكَ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ. أَللَّهُمَّ شَطِّطْ شَمْلَهُمْ وَمَزِّقْ جَمْعَهُمْ وَزَلْزِلْ أَقْدَامُهُمْ وَقَلِّلْ عَدَدَهُمْ وَ أَلْقِ فِى قُلُوْبِهِمُ الرُّعْبَ إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ.
رَبَّنَا آتِنَا فِى الدُّنْيَاحَسَنَةً وَفِى اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
 وَالْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.

MUI Ralat Fatwa Arah Kiblat Salat

Jakarta-detiknews - Majelis Ulama Indonesia (MUI) meralat fatwa No 03 Tahun 2010 tentang Kiblat. Arah kiblat yang sebelumnya disebutkan menghadap barat kini telah direvisi menjadi ke arah barat laut.

"Untuk Indonesia secara umum kiblat menghadap ke barat laut, bukan barat, ini sekaligus merevisi fatwa kita yang tempo hari," ujar Ketua MUI Bidang Fatwa Ma'ruf Amin saat berbincang dengan detikcom, Rabu (14/7/2010).

MUI pun menghimbau agar semua wilayah di Indonesia harus menyesuaikan arah kiblat sesuai dengan ralat dari fatwa sebelumnya.

"Indonesia itu letaknya tidak di timur pas Kabah tapi agak ke selatan, jadi arah kiblat kita juga tidak barat pas tapi agak miring yaitu arah barat laut," terangnya.

Fatwa yang diralat tersebut adalah fatwa yang dikeluarkan MUI Tanggal 22 Maret 2010 lalu. Adapun diktum fatwa MUI No. 03 Tahun 2010 tentang Kiblat disebutkan:

1. Kiblat bagi orang shalat dan dapat melihat Kabah adalah menghadap ke bangunan Kabah (ainul ka’bah).
2. Kiblat bagi orang yang salat dan tidak dapat melihat Kabah adalah arah Kabah (jihat al-Ka’bah).
3. Letak georafis Indonesia yang berada di bagian timur Kabah/Mekkah, maka kiblat umat Islam Indonesia adalah menghadap ke arah barat.

Pemerintah Dalami Permintaan Referendum Rakyat Papua Demi Keutuhan Indonesia

addakwah.com. Jayapura - Pemerintah Pusat dan Pemerintah Provinsi Papua dan Papua Barat diminta agar cepat, bijaksana dan dengan hati yang tulus untuk rakyat Papua, mengaji, mendalami dan menanggapi secara positif permintaan referendum yang disampaikan sebagian masyarakat Papua belum lama ini demi keutuhan tanah Papua dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Hal itu disampaikan Rektor Sekolah Tinggi Filsafat Teologi (STFT) "Fajar Timur" Abepura, Papua, Pastor Dr Neles Tebay kepada ANTARA di Jayapura, Jumat menanggapi fenomena politik di Papua dengan lahirnya permintaan sebagian warga masyarakat Papua untuk menggelar referendum, yang jika tidak ditanggapi secara bijaksana dan dengan hati yang tulus akan merugikan integritas Papua dalam pangkuan ibu pertiwi Indonesia,

Alumnus Universitas Urbanianum, Roma yang mendalami masalah kebudayaan suku-suku asli Melanesia dan misiologi Gereja ini mengakui bahwa, dalam dua kali demonstrasi damai, yakni pada 18 Juni dan 8 Juli lalu, ribuan rakyat Papua meminta referendum.

"Tuntutan referendum yang disuarakan oleh rakyat Papua ini perlu dilihat secara bijaksana dan dengan hati yang tulus untuk Papua demi Indonesia. Rakyat Papua menuntut referendum ini di zaman reformasi, bukan zaman regim Soeharto. Pada zaman reformasi ini nilai demokrasi sangat dijunjung dan dihormati di Indonesia," kata Putra Asli Papua dari suku Mee, wilayah Pegunungan Papua itu.

Dalam suatu negara Indonesia yang demokratis, adanya pendapat dan aspirasi yang berbeda, termasuk tuntutan referendum, sudah merupakan sesuatu yang wajar. Pemerintah dapat menjelaskan bahwa setiap Warga Negara Indonesia (WNI) diberikan ruang untuk menyampaikan pendapatnya.

Oleh sebab itu orang Papua dapat mengungkapkan tuntutan referendum karena mereka juga menikmati iklim demokrasi ini. Bahkan pemerintah dengan bangga dapat memperlihatkan kepada komunitas internasional bahwa demokrasi berlaku tidak hanya di Jakarta tetapi di seluruh Indonesia, termasuk Papua. Adanya tuntutan referendum ini merupakan bukti dan ungkapan dari adanya demokrasi tersebut.

"Tetapi Pemerintah keliru apabila tuntutan referendum ini dianggap remeh dan dibiarkan menghilang begitu saja atau dianggap angin lalu. Malah sebaliknya, Pemerintah justru ditantang untuk mendalami faktor-faktor penyebab dari munculnya tuntutan referendum ini demi semakin kuatnya tonggak-tonggak integritas NKRI dan demi kesejahteraan rakyat Papua dalam bingkai NKRI," tegasnya.

Neles Tebay mengingatkan agar semua komponen bangsa dan negara Indonesia belajar dari sejarah lepasnya Timor Timur dari pangkuan ibu pertiwi Indonesia agar pengalaman sangat pahit itu tidak terulang lagi di tanah Papua yang potensi sember daya alamnya jauh lebih kaya dari tanah Timor Lorosae.

"Menurut saya, tuntutan referendum ini muncul karena Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonom Khusus untuk Provinsi Papua tidak dilaksanakan secara penuh dan konsisten oleh pemerintah pusat dan daerah. Rakyat Papua menuntut referendum setelah mereka mengevaluasi Implemetansi UU Otsus melalui Musyawarah Besar (Mubes) yang dilaksanakan tanggal 9-10 Juni 2001 di Jayapura," kata Neles Tebay.

Menurut penilaian sementara dari sebagian besar rakyat Papua, Pemerintah tidak serius dalam mengimplementasikan Undang-Undang Otsus Papua. Ketidakseriusan ini diperlihatkan melalui berbagai kebijakan yang bertentangan dengan UU Otsus Papua.

Ada kesan cukup kuat, bahwa Pemerintah memaksakan pemekaran provinsi melalui Inpres No1 Tahun 2003. Pemerintah menolak usulan orang Papua tentang simbol kultural melalui PP No 77 Tahun 2007 tentang larangan pengibaran bendera kultural.

Begitu pula,Pemerintah lebih mendengarkan kelompok Barisan Merah Putih (BMP) dari pada DPR Papua dan MRP terkait 11 Kursi tambahan pada DPR Papua. Pemerintah menolak aspirasi orang Papua sebagaimana yang disampaikan melalui lembaga representatif kulturalnya melalui SK.14/MRP/2009 tentang usulan orang asli Papua sebagai bupati dan wakil bupati di Tanah Papua. Pemerintah juga memberlakukan dualisme hukum antara UU No 21 Tahun 2001 tentang Otsus Papua dan UU No 32 Tahun 2004.

Orang Papua menilai bahwa Pemerintah juga tidak menerbitkan sejumlah Peraturan Pemerintah (PP) yang dibutuhkan untuk pelaksanaan UU Otsus Papua. Selain itu tidak ada realisasi atas pembagian hasil Sumber Daya Alam (SDA) Papua antara Papua dan Jakarta sebagaimana yang diamanatkan Pasal 34 UU Otsus Papua.

Pemerintah Provinsi tidak segera menetapkan Peraturan daerah provinsi (Perdasi) dan Peraturan daerah khusus (Perdasus). Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi (KKR) belum dibentuk. Tidak ada kebijakan khusus untuk keberpihakan, perlindungan, dan pemberdayaan terhadap orang asli Papua (Pasal 4 ayat 2). Tambah lagi Pemerintah tidak pernah melakukan evaluasi atas implementasi UU Otsus selama sembilan tahun.

Seluruh akibat dari ketidakseriusan pemerintah ini ditanggung oleh orang Papua. Sekalipun triliunan rupiah sudah dikucurkan, mayoritas orang Papua masih hidup di bawah garis kemiskinan. Sembilan tahun implementasi UU Otsus belum meningkatkan kesejahteraan rakyat Papua secara signifikan.

Kenyataannya, karena banjirnya pendatang dari provisi-provinsi lain di Indonesia, orang Papua yang adalah penduduk asli setempat semakin menjadi minoritas. Orang Papua bahkan mulai merasa tersingkir di tanah warisan leluhurnya. Mereka tidak merasakan perlindungan, keberpihakan, dan pemberdayaan dari pemerintah dalam Negara Indonesia.

Pelanggaran Hak-hak Asasi Manusia yang dilakukan sejak 1963 hingga kini belum diinvesitigasi padahal,UU Otsus Papua menghendaki hal itu. Para korban pelanggaran HAM dibiarkan. Orang Papua belum merasakan keadilan. Oleh sebab itu, bagi orang Papua, pemerintah gagal melaksanakan UU Otsus Papua. Karena tidak merasakan manfaatnya maka rakyat Papua mengembalikan UU Otsus secara simbolik kepada pemiliknya yakni pemerintah melalui DPR Papua dan menuntut referendum.

"Maka tuntutan referendum ini mengisyaratkan bahwa masalah-masalah fundamental yang dihadapi oleh rakyat Papua belum dijawab dan hak-hak dasar mereka belum dipenuhi karena kegagalan pemerintah dalam mengimplementasi Undang-Undang Otonomi Khusus Papua," katanya.

Mengahadapi persoalan bangsa Indonesia di Papua yang sangat krusial ini, Pastor Neles menegaskan, perlu disadari bahwa tuntutan referendum itu tidak muncul dari suatu kevakuman karena pasti ada penyebabnya. Adanya tuntutan referendum dan penyebabnya ini dapat diibaratkan seperti asap dan api. Asap dapat muncul karena ada api yang menghasilkannya. Demikian pula, tuntutan referendum muncul karena ada sumber atau penyebabnya.

Untuk menghilangkan tuntutan referendum dari Tanah Papua, maka Faktor-faktor penyebab yang memunculkan tuntutan ini perlu ditemukan terlebih dahulu. Maka pemerintah bersama rakyat Papua mesti mencapai kesepakatan terhadap masalah-masalah yang menjadi penyebab munculnya tuntutan referendum di Papua dan kemudian secara bersama mencari solusinya.

"Kesepakatan bersama ini dapat dicapai hanya melalui dialog antara rakyat Papua dan pemerintah. Maka kedua belah pihak mesti membuka diri untuk melakukan dialog," katanya .

Dialog, lanjut Pastor Neles, tidak dimengerti sebagai suatu ajang perdebatan. Rakyat Papua tidak ingin beradu argumentasi dengan pemerintah untuk menentukan siapa yang menang dan kalah dalam dialog.

Dialog juga tidak dimaksudkan sebagai tempat pengadilan. Maka rakyat Papua dan pemerintah tidak saling menuduh, menuding, dan mempersalahkan satu sama lain dalam dialog.

Rakyat Papua dan pemerintah tidak perlu memandang satu sama lain sebagai musuh tetapi sebagai partner dialog yang mencari jalan keluar atas konflik Papua. Kedua belah pihak berperan sebagai problem solver yang secara bersama mengidentifikasi masalah dan menetapkan solusinya.

Pihaknya melihat bahwa baik Pemerintah maupun rakyat Papua mempunyai kehendak yang kuat untuk melibatkan diri dalam dialog guna mencapai kesepakatan bersama atas penyebab adanya tuntutan referendum dan solusinya.

"Namun sementara ini kedua belah pihak belum mempunyai pemahaman yang sama tentang konsep dan format dialog. Maka dibutuhan sejumlah diskusi awal untuk penyamaan persepsi. Apabila penyamaan persepsi ini sudah dicapai, maka pemerintah Indonesia dan rakyat Papua sudah bisa melangkah maju untuk melakukan dialog," kata mantan Vikaris Jenderal (Vikjen) Keuskupan Jayapura itu. (MBK/K004) (antaranews)

Tabrakan Maut di Lumajang Satu Korban Tewas Akan Gelar Haul Orangtuanya Malam Ini

addakwah.com, Lumajang - Naas, rencana ingin gelar haul oran tuanya, malah menjadi korban dalam perjalanannya.
Keluarga korban tewas kecelakaan Bus Dahlia dan truk di tapal kuda, Lumajang histeris melihat salah satu keluarganya terbujur kaku di kamar mayat RSU Dr Haryoto Lumajang.

Mereka tak menyangka jika keluarganya menjadi korban dalam kecelakaan maut yang terjadi sekitar pukul 14.30 WIB. Salah satu keluarga Nurul Rohman (25) warga Dusun Gempol Desa Pandansari Kecamatan Senduro, Muhammad (49) mengaku jika malam ini di rumahnya akan dilakukan haul orangtuanya.

Mereka datang berombongan menggunakn 5 kendaraan pribadi. Sebagian keluarga besarnya pun pingsan dan lemas melihat jenazah korban.

"Malam ini sebenarnya ada haul orangtuanya. Nah pada saat sibuk itulah, Nurul justru menghilang tanpa pamit entah mau kemana tujuannya," jelas Muhammad kepada detiksurabaya.com di lokasi, Kamis (15/7/2010).

Keluarga, kata dia, justru mengetahui kabar kematian bapak dua anak itu saat diberitahu perangkat desa yang mendapat informasi dari satlantas Polres Lumajang jika menjadi korban meninggal dunia dalam kecelakaan.

"Kami jelas kaget, karena sejak siang menghilang dan tiba-tiba dikabari sudah meninggal," tambahnya.

Kini jenazah korban Nurul Rohman masih dilakukan identifikasi dan otopsi. Rencananya korban akan segera dibawa pulang dan segera dimakamkan di TPU setempat. (fat/fat)

Tabrakan Maut di Lumajang Saksi Mata: Bus Dahlia Tabrak 4 Motor, 3 Mobil dan 1 Truk

addakwah.com, Lumajang - Kecelakaan frontal di jalur pantura Lumajang ternyata melibatkan 1 bus, 4 sepeda motor, 3 mobil, dan 1 truk Fuso. Akibat kecelakaan ini, 2 orang tewas, dan 7 orang mengalami luka ringan.

Menurut salah satu saksi mata, Mukhlis (39), warga Desa Mlawang, Kecamatan Klakah, setelah bus yang berkecepatan tinggi itu oleng langsung menabrak 4 motor. Setelah itu, bus menghantam Toyota Inova yang melaju pelan dan menabrak Corolla DX yang sedang parkir di pinggir jalan.

"Bus Dahlia itu selain menabrak 4 motor, juga secara beruntun menyeruduk 2 mobil Toyota Inova dan Corolla DX, sebelum akhirnya menghantam truk hingga terbakar habis," jelas Mukhlis, kepada detiksurabaya.com di lokasi kejadian jalan Raya Klakah, Kamis (15/7/2010).

Mukhlis mengaku saat itu juga truk terbakar habis. Sedangkan penumpang bus semburat keluar menyelamatkan diri.
(fat/bdh)(detik.com)

Buru Rekor MURI, 250 Pria Situbondo Ikut KB Vasektomi

addakwah.com - Situbondo. Demi bisa memecahkan rekor Musium Rekor Dunia Indonesia (MURI), sebanyak 250 pria yang sudah berumah tangga tersebar di Situbondo rela melakukan vasektomi atau lebih dikenal KB Lanang, Sabtu (3/7/2010).

Operasi vesektomi itu dilakukan oleh tim dokter ahli bedah dari Surabaya. Tak hanya pria usia lanjut yang mau melakukan vasektomi, pria-pria yang dikategorikan usia subur juga rela melakukan vasektomi. Alasannya sederhana yakni tidak ingin memiliki anak lagi.

Salah satunya Muhammad Yunus. Pria yang masih berusia 29 tahun ini mengaku  dirinya merasa cukup memiliki 2 anak. "Penghasilan saya minim pak, 2 anak saya rasa sudah cukup. Saya kasihan jika banyak anak justru saya yang tidak mampu menghidupinya, ya termasuk biaya sekolahnya," terang pria warga Desa Kecamatan Mangaran berprofesi sebagai buruh tani saat berbincang dengan detiksurabaya.com di lokasi.

Berbeda dengan Pak Tumyani. Pria berusia sekitar 60 tahun itu rela melakukan
vasektomi karena ingin vitalitasnya bertambah. "Kata teman yang sudah melakukan
vasektomi, katanya bisa meningkatkan kejantanan saya. Kalau anak, saya sudah
punya 5 orang pak," terang Tumyani dengan senyum malu.

Lalu apakah vasektomi tidak berbahaya, Pong Haryadi Susetyo, dokter bedah yang
melakukan operasi menerangkan, jika vasektomi tidak berbahaya. Proses operasi  ringan dan membutuhkan waktu paling lama 30 menit.

"Risikonya sangat kecil, bahkan tidak ada, sebab operasi itu hanya melakukan
pemotongan saluran sperma pada pria melalui bedah pada bagian bawah alat vital
pria, jika mau punya anak yang tinggal disambung lagi," terangnya.

Sementara Kasi Keluarga Berencana pada Kantor BKKBN Situbondo, Sugeng, menjelaskan, kalau program vasektomi atau KB lanang tersebut merupakan program nasional pemerintah dalam rangka mengurangi kepadatan penduduk.

"Jika sukses kami mendapatkan rekor MURI, karena Situbondo salah satu peserta KB lanang terbanyak," terang Sugeng saat dihubungi detiksurabaya.com.
(fat/fat) (detik.com)

FKAM Tebar 100 Dai Ramadhan, Dakwah di daerah Terpencil Nusantara

Addakwah-Solo. Forum Komunikasi Aktivis Masjid (FKAM) akan mengirim 100 Dai Ramadhan ke seluruh nusantara. Kegiatan yang dikemas dengan nama Prodin (Program Dakwah Nusantara), Tebar 100 Dai ke 60 daerah terpencil di Luar Jawa ini sebagai wujud kepedulian menemani dan mengajak kaum muslimin untuk cinta terhadap Islam serta mendulang pahala di bulan Ramadhan.

Dengan program ini diharapkan mampu menjalin kerjasama antara ormas dalam membina masyarakat. Hal ini dikatakan oleh Muh. Amin, Devisi Dakwah FKAM.’ Harapannya dengan adanya program ini; bisa membangun komunikasi antar ormas seluruh Indonesia untuk membina umat, memakmurkan masjid, membina keluarga, memikirkan kurikulum umat bersama-sama”. ungkapnya saat diwawancarai majalah addakwah.

Program ini tersebar di 60 desa dan mencangkup 21 propinsi. Diantaranya Lombok Utara, Sumatera Utara, Aceh Tamiang, Kaltim, Sultim, Kutaikertanegara, Sumatera Barat, Sumatera Utara, Maluku Utara, Pekan baru, Sulteng, Sumbawa dan berbagai propinsi lain di Indonesia.
Sebelum bertugas, para dai diadakan pembekalan selama 3 hari, mulai tanggal 2-4 Agustus 2010 di Asrama Haji, Donohudan Surakarta. Mereka akan diberi bekal retorika dakwah, managemen dakwah, seni berkomunikasi, peta dakwah dan berbagai bekal yang lain. Diharapkan dengan bekal tersebut mereka mampu menjalin komunikasi dan silaturahmi dengan umat Islam dari berbagai wilayah nusantara.

MUTIARA YANG DILUPAKAN

“Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat”
(QS. Al-Mujadilah: 11)

Baru saja para orang tua disibukkan oleh agenda “mencarikan sekolah” untuk putra-putrinya yang akan melanjutkan ke jenjang lebih tinggi. Sungguh melelahkan dan menegangkan, apalagi bagi anak yang nilainya pas-pasan. Sang Bapak dan Anak harus kesana-kemari sambil mencari informasi setiap jam tentang nilai pendaftar yang memasukkan formulir. Tidak hanya satu formulir yang diambilnya,  sebagai alternatif  bila  sekolah pilihan pertama tidak dapat diraih. Fenomena ini terjadi setiap tahun, termasuk oleh sebagian besar kaum muslimin. Banyak pendaftar yang diterima dan akan berhadapan dengan beaya sekolah yang cukup besar. Namun ada juga yang tidak diterima sehingga harus memutar haluan hidup. Secara umum, hanya ada satu motivasi yang terbersit di hati mereka, yaitu : ilmu, masa depan!
Ilmu telah menjadi perbincangan dari waktu ke waktu, bahkan ilmu telah menjadi simbol kemajuan dan kejayaan suatu bangsa. Hampir tidak ada suatu bangsa yang dinilai maju kecuali di sana ada ketinggian ilmu. Hingga ada kesepakatan jawara bangsa, bila ingin maju harus berkiblat kepada negeri yang tinggi ilmunya. Jadilah bangku-bangku sekolah sebagai lahan doktrin kurikulum negara maju.
Di sisi lain, Islam sebagai agama paripurna telah memberikan perhatian yang besar terhadap ilmu dan orang-orang yang berilmu. Allah Ta’ala berfirman:
“Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat” (QS. Al-Mujadilah: 11).
Juga sabda Rasulullah SAW :
“Menuntut ilmu itu wajib (hukumnya) atas setiap muslim” (Jami’us Shaghir)
Namun ketahuilah kaum muslimin Rahimakumullah, bahwa Islam membagi ilmu berdasarkan  hukumnya sebagai berikut:
1. Ilmu Dien, yang terbagi menjadi:
    a.  Ilmu dien yang hukumnya Fardlu ‘Ain (wajib dimiliki oleh setiap orang), yaitu:
Ilmu tentang akidah berupa rukun iman yang enam, dan ibadah, seperti thoharoh, sholat, shiyam, zakat, dan ibadah wajib lainnya.
    b. Ilmu dien yang hukumnya Fardlu Kifayah (harus ada sebagian orang islam yang menguasai, bila tidak ada maka semua kaum muslimin di tempat itu berdosa), yaitu: ilmu tafsir, ilmu hadits, ilmu fara’idh, ilmu bahasa, dan ushul fiqh.
2. Ilmu Duniawi, yaitu segala ilmu yang dengan ilmu tersebut tegaklah segala maslahat  dunia dan kehidupan manusia, seperti: ilmu kedokteran, pertanian, ilmu teknik, perdagangan, militer, dan sebagainya. Menurut ‘ulama, hukum ilmu duniawi adalah fardlu kifayah.
Klasifikasi tersebut berpijak pada Sabda Rasulullah SAW:
“Adapun untuk urusan dunia kalian, maka kalian lebih mengetahui, sedangkan untuk urusan dien ini, maka kembalikanlah kepadaku” (HR. Ibnu Majah).
Dengan demikian, islam menempatkan secara proporsional kedudukan ilmu, demi kemaslahatan hidup di dunia maupun akhirat.
Namun seiring dengan pergeseran tujuan hidup manusia, motivasi menuntut ilmupun mulai bergeser. Kenyataan menunjukkan bahwa manusia mulai condong kepada ilmu duniawi dan menomorduakan, bahkan melupakan ilmu dien (agama). Entah kekhawatiran apa yang membayangi manusia sehingga mereka lebih mementingkan ilmu dunia dari pada ilmu dien, padahal telah tersebar perkataan ahli hikmah:
“Kalaupun seseorang itu mendapatkan bertumpuk kesuksesan dunia, tetapi dia tidak mengenal siapa Robbnya, maka hakekatnya orang itu tidak memiliki apa-apa”.
Akankah kita bergelimang dalam kebodohan ilmu dien (agama), padahal kebodohan adalah sebuah kejumudan? Lalu, tidakkah kita ingin sukses dan jaya di negeri akhirat nanti? Apa yang menghalangi kita untuk segera meraup ilmu dien (agama), sebagaimana kita berambisi meraup ketinggian ilmu dunia karena tergambar kesuksesan masa depan kita?
Syaikh Muhammad bin Shalih al ‘Utsaimin, seorang ‘ulama kontemporer telah mengumpulkan keutamaan ilmu, khususnya ilmu dien untuk mendongkrak motivasi kita yang begitu lemah. Mari kita simak!
1.      Bahwa ilmu dien adalah warisan para Nabi, warisan yang lebih berharga dan lebih mulia dibanding segala warisan. Rasulullah telah bersabda:
“Sesungguhnya para nabi tidaklah mewariskan dinar maupun dirham, mereka hanyalah mewariskan ilmu,  maka barang siapa mengambilnya (warisan ilmu), sungguh ia telah mengambil keuntungan yang banyak”. (HR. Tirmidzi)
2.      Ilmu itu akan kekal sekalipun pemiliknya telah mati, tetapi harta akan berpindah dan berkurang bahkan jadi rebutan bila pemiliknya telah mati. Kita pasti mengetahui Abu Hurairah, seorang  yang diberi julukan “gudangnya periwayat hadits”. Dari segi harta, beliau  tergolong kaum kaum papa (fuqoro’), hartanya pun telah sirna, tetapi ilmunya t5idak pernah sirna. Kita masih tetap membacanya. Inilah buah dari Sabda Rasulullah SAW:
“Jika mati anak adam,  terputuslah amalnya kecuali tiga hal; shodaqoh jariyah, atau ilmu yang bermanfaat, atau anak sholih yang selalu mendoakannya.”
3.      Ilmu, sebanyak apapun tak menyusahkan pemiliknya untuk menyimpan, tak perlu gudang yang luas untuk menyimpannya, cukup disimpan dalam dada dan kepalanya. Ilmu akan mejaga pemiliknya sehingga memberi rasa aman dan nyaman, berbeda dengan harta yang bila semakin banyak, semakin susah menyimpannya, menjaganya, dan pasti membuat gelisah pemiliknya.
4.      Rasulullah SAW menggambarkan para pemilik ilmu itu ibarat lembah yang bisa menampung air yang  bermanfaat bagi alam sekitar, sebagaimana sabda beliau:
“Perumpamaan dari petunjuk ilmu yang aku diutus dengannya bagaikan hujan yang menimpa tanah, sebagian di antaranya ada yang baik (subur), yang mampu menampung air dan menumbuhkan tetumbuhan dan rumput-rumputan yang banyak, di antaranya lagi ada sebagian tanah keras  yang mampu menahan air yang dengannya Allah memberikan manfaat kepada manusia untuk meminum, mengairi tanaman, dan bercocok tanam…..”
 (HR. Bukhori-Muslim)
5.      Ilmu adalah jalan menuju surga (jannah), tiada jalan pintas menuju surga kecuali dengan ilmu. Sabdanya:
“Barang siapa menepuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah mudahkan untuknya jalan menuju jannah” (HR. Muslim)
6.      Ilmu merupakan pertanda kebaikan seorang hamba. Sabda Rasulullah SAW:
“Siapa yang Allah kehedaki baginya kebaikan, akan dipahamkan baginya masalah dien (agama)” (HR. Bukhori)

Demikianlah beberapa mutiara ilmu (dien) yang jauh lebih mulia dari harta. Sebenarnya masih banyak keunggulan lainnya yang tidak termuat dalam tulisan sederhana ini. Karena itu mari kita gali ilmu dien secara benar dari sumbernya, yaitu Al-Quran dan As-sunnah melalui pemahaman para salafush shalih (pendahulu yang shalih). Jangan lupakan mutiara berharga dalam hidup ini. Wallaahu waliyyut-taufiq.
 

Media Dakwah Copyright © 2010 LKart Theme is Designed by Lasantha