Jumat, 29 Juli 2011

Tayangan Perusak Iman

Berhati-hatilah saat menonton sebuah tayangan, meskipun yang bernuansa religius. Tidak semua tayangan religius itu pasti baik. Kadangkala madharat atau bahaya yang ada di dalamnya justru lebih banyak dari tayangan biasa. Seperti saat ini misalnya, kaum pluralis tengah getol mengusung ide-ide pluralisme melalui film atau tayangan bernuansa religi. Sebuah film mereka poles sedemikian rupa agar terkesan religius, tapi sesungguhnya di dalamnya diajarkan paham pluralisme yang menyesatkan.
Seperti kita tahu, pluralisme adalah paham yang getol menyuarakan toleransi antar umat beragama dan penghormatan terhadap keberagaman kepercayaan. Sayangnya keberagaman dan toleransi yang diajarkan paham pluralisme adalah toleransi yang kebabalasan. Semangat untuk bertoleransi melebihi batas hingga menyentuh urusan keyakinan. Saking tolerannya, paham ini sampai menganggap bahwa semua agama benar. Semua agama menuju tuhan yang satu, meski cara menyembahnya berbeda-beda. Jadi bukan masalah jika ada yang berpindah-pindah agama, atau tetap memilih satu agama dengan meyakini bahwa agama orang lain juga benar.

MERAUP PAHALA HAJI SETIAP PAGI

Setiap muslim tentu merindukan baitullah untuk menunaikan haji. Begitulah orang yang mencintai Allah. Hatinya selalu terpaut dengan rumah kekasihnya. Setiap kali disebut, hatinya semakin rindu menggebu. Kerap air mata berlinang ketika mengingatnya dari kejauhan. Sayang, tidak semua orang bisa mewujudkan harapannya menjadi tamu Allah di rumah-Nya. Karena ibadah haji termasuk ibadah ‘mewah’. Sulit dikerjakan tanpa menyediakan dana puluhan juta rupiah. Sekiranya ada dana, itupun masih terganjal kuota. Begitu sulit meraih pahala haji. Bagi yang tidak berkemampuan, hanya bisa menumpahkan kerinduan itu di dalam do’anya. Untungnya, Allah Maha Penyayang menyediakan bagi hamba-Nya jalan alternatif untuk meraup pahala haji. Tanpa ONH, tanpa kuota, dan tidak perlu menunggu musim haji yang datangnya hanya setahun sekali. Diantara amal bernilai pahala haji ini disabdakan oleh Nabi SAW,

مَنْ صَلَّى الْغَدَاةَ فِي جَمَاعَةٍ ثُمَّ قَعَدَ يَذْكُرُ اللَّهَ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ ثُمَّ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ كَانَتْ لَهُ كَأَجْرِ حَجَّةٍ وَعُمْرَةٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَامَّةٍ تَامَّةٍ تَامَّةٍ
“Barang siapa shalat Subuh berjama’ah kemudian duduk berdzikir mengingat Allah hingga matahari terbit, setelah itu shalat dua rakaat, amalan itu baginya sama seperti pahala haji dan umrah. Anas berkata: Rasulullah melanjutkan, “Sempurna, sempurna, sempurna!” (HR. Tirmidzi, no. 586).

Kamis, 21 Juli 2011

Buat Al-Qur'an Braille Untuk Sesama, Kontribusi Seorang Tunanetra

Bayangkan, sekiranya setiap muslim dengan segala potensi yang dimiliki bahu membahu mengusung beban dakwah dan perjuangan Islam, niscaya perkembangan Islam akan semakin pesat dan mercusuarnya akan semakin tinggi. 
Untuk sampai pada idealisme ini, yang paling penting, setiap muslim hendaknya menyadari betapa dirinya begitu berharga di hadapan Allah SWT. Lihatlah, Rasulullah saw memasukan kategori iman diantaranya, menyingkirkan duri dari jalan. Setiap muslim bisa berkontribusi bukan?
Salah satu diantara makhluk Allah yang menyadari hal ini, adalah Anik Indrawati. Meski mengalami keterbatasan fisik, perempuan kelahiran Surabaya 1976 ini mampu berprestasi dengan keahliannya membuat al-Quran braille untuk sesama penyadang tuna netra. Anik, demikian sapaan akrabnya membuat al-Quran Braille di kediamannya di Simo Pomahan Baru, Gang 12 no 15, Surabaya. 
“Alhamdulillah, meski dengan kondisi seperti ini, tapi saya bisa bermanfaat bagi sesama penyandang cacat. Saya bisa membuat al Quran braille,” katanya kepada hidayatullah.com Rabu (20/07/2011). 
Saat ini, Anik sedang menggarap pesanan dari Kodam Surabaya dan rekanan suaminya, Soeharto dari Tuban. Cukup banyak jumlahnya. Dari Kodam saja ada 10 juz sedangkan dari Tuban Anik harus menggarap buku doa-doa, surat Yaasin dan tahlil. 
“Saya baru selesai buat 5 juz pesanan dari Kodam. Agak lama memang buatnya,” terangnya. Upah yang didapat Anik per lembar Rp 1000. Per hari, perempuan yang pandai mengaji dan hafal beberapa surat pendek di juz 30 ini sekitar sepuluh halaman. Setiap halaman berisi 27 kotak yang terdiri seperti titik-titik.
Dalam membuat al-Quran braille, Anik dibantu suaminya, Soeharto. Bila selesai dibuat, Soeharto akan mengoreksinya. Soeharto yang menikahinya 2004 lalu adalah sama-sama murid di Yayasan Pendidikan Tuna Netra Karunia (YAPTUNIK) Surabaya juga bisa membaca al Quran braille.
“Saya paham. Jadi kalau ada yang salah, saya betulkan,” ujar Soeharto yang sejak lahir telah menjadi tuna netra ini. 
Sepasang suami ini memang sengaja ingin mengabdikan dirinya lewat al-Quran braille.
Menurut Soeharto, di Surabaya, masih banyak penyandang tuna netra yang belum punya al-Quran braille, apalagi bisa membacanya. Karena itu, ia ingin mencetaknya sebanyak-banyaknya.
“Tapi belum banyak pihak yang tergerak hatinya untuk membantu penyadang tuna netra untuk bisa baca al Quran,” terangnya. 
Hal itu dilakukan Soeharto tidak lain agar penyandang tuna netra juga bisa baca al Quran dan spiritualnya terisi. Ia tidak mau, para tuna netra tidak kenal agama. “Jangan sampai matanya buta, tapi hatinya ikut buta,” harapnya. (hus/hdt)

Selasa, 19 Juli 2011

AWAS, PIHAK KE-3 SYAITAN

Ketika kita mendengar seseorang yang berkata ‘awas pihak ke-3-nya syaitan’, secara otomatis pikiran kita tertuju pada perbuatan dua insan berbeda jenis yang berkumpul di tempat yang sunyi. Dalam Islam istilah ini dikenal dengan sebutan khalwat, yaitu menyendirinya antara laki-laki dan wanita yang bukan mahram pada suatu tempat yang tidak dilihat orang banyak, tanpa adanya muhrim wanita. Dan khalwat seperti ini jelas diharamkan oleh syari'at Islam. Seperti yang dijelaskan oleh Rasulullah dalam sabdanya, “Janganlah salah seorang dari kalian berkhalwat dengan seorang wanita karena sesungguhnya syaitan menjadi yang ketiga diantara mereka berdua.” (HR. Ahmad 1/18, Ibnu Hibban [lihat Shahih Ibnu Hibban 1/436], At-Thabrani dalam Al-Mu’jam Al-Awshoth 2/184, dan Al-Baihaqi dalam sunannya 7/91. Dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam As-Shahihah 1/792 no. 430).

Kenapa Sih Berkhalwat Itu Dilarang?
Khalwat merupakan salah satu sarana yang mengantarakan kepada perbuatan zina, sedang zina adalah puncak dari kesuksesan syaitan dalam menggoda manusia. Maka Nabi SAW mengingatkan kita dengan tegas, “syaitan menjadi orang ketiga diantara mereka berdua”

Berkaitan dengan peringatan Nabi SAW diatas Al-Munawi berkata, “Yaitu syaitan menjadi penengah (orang ketiga) diantara keduanya dengan membisikan mereka (untuk melakukan kemaksiatan) dan menjadikan syahwat mereka berdua bergejolak dan menghilangkan rasa malu dan sungkan dari keduanya serta menghiasi kemaksiatan hingga nampak indah dihadapan mereka berdua, sampai akhirnya syaitanpun menyatukan mereka berdua dalam kenistaan (yaitu berzina) atau (minimal) menjatuhkan mereka pada perkara-perkara yang lebih ringan dari zina yaitu perkara-perkara pembukaan dari zina yang hampir-hampir menjatuhkan mereka kepada perzinahan.” (Faidhul Qodir 3/78).

Kamis, 07 Juli 2011

Menjadi Sales Dakwah

Saya pernah melihat sebuah film tentang strategi pemasaran barang melalui sales. Tidak seperti yang jamak kita lihat; di drop dengan mobil di sebuah gang, lalu para sales akan berjalan kaki mendatangi rumah-rumah. Sebuah metode yang menurut saya kurang ekfektif sekaligus sering bikin orang jengkel. Dalam film itu, sales hanya ditugaskan untuk menjual gaya hidup. Satu tim sales terdiri dari lelaki perlente seusia eksekutif muda yang berperan sebagai bapak, wanita usia 33 tahunan yang modis sebagai ibu dan dua remaja, lelaki dan perempuan yang gaul sebagai anak. Mereka ditempatkan disebuah rumah di kawasan elit. Tugas mereka hanya berpura-pura menjadi satu keluarga, lalu memamerkan gaya hidup dan berbagai barang-barang keluaran terbaru kepada tetangga dan semua kenalan baru mereka. Mereka sangat antusias mencari kenalan dan nomor telepon. ‘Ayah’ akan memamerkan mobil dan perlengkapan olahraga, ‘ibu’ mempengaruhi teman-temannya untuk memakai kosmetik dan busana dengan merk yang dipakainya, dan ‘anak-anak’ akan memamerkan handphone, sepatu, dan berdandan serta bergaya sangat trendi. Dan, semua merek yang mereka kenalkan hanya didistribusikan oleh perusahaan tempat sales-sales itu bekerja. Hasilnya? Luar biasa. Dalam tempo sedikit bulan, tetangga dan semua kenalan mereka, diceritakan sudah meniru gaya mereka dan membeli produk-produk yang sama. Angka penjualan distributor tersebut di kota itu melesat naik, dan akhirnya keluarga sales itu pun mendapat bonus.
Melihat tayangan itu, saya jadi membayangkan, barangkali Islam juga akan lebih dapat diserap masyarakat jika dipasarkan dengan cara persuasif yang mengandalkan keteladanan seperti itu. Di tayangan itu, keluarga ‘jadi-jadian’ itu menjadi trend setter alias suri tauladan dalam gaya hidup. Untuk Islam, tentunya bukan dengan membuat hal serupa tapi benar-benar membuat  dan membina keluarga yang mampu mencerminkan Islam dan gaya hidup Islami. Lalu keluarga itu akan mempengaruhi lingkungan dimana dia tinggal. Ini adalah salah satu gaya dakwah bil hal, dakwah dengan keteladanan.
Ah, tapi kan nyatanya tidak semudah itu.
Sebuah keluarga yang membawa gaya hidup Islami, tak jarang justru mendapat tentangan saat membaur dengan masyarakat yang masih awam. Kadang dibilang aneh, tidak “ngumumi”, sok alim sampai yang lebih parah dari itu.
‘Memasarkan’ Islam atau berdakwah memang tidak bisa persis seperti memasarkan barang. Selain ada seni tersendiri, diperlukan pula kesabaran dan komitmen. Dengan dua bekal itu, insyaallah penolakan masyarakat hanyalah “hello effect” saja alias dampak di permulaan yang akan segera sirna setelah melihat cahaya yang terus dinyalakan oleh sang ‘sales dakwah’. Hanya manusia yang telah dikunci mati hatinya yang terus menyalakan permusuhan dan kebencian, sementara dakwah telah disampaikan dengan segala cara yang dibenarkan. Anda hanya akan membayangkan, akan lebih menghayati sekiranya turut mencoba.... Mari menjadi bagian kafilah dakwah. (zhafran)

ANUGERAH SAKIT GINJAL

Pengalaman Rohani Theofilus Sarjiono (Muhajir)

Menjadi seorang bread cooker alias tukang roti telah saya tekuni sejak remaja hingga akhirnya saya bisa menjadi tukang roti yang cukup berpengalaman. Setelah menikah saya mengontrak rumah milik seorang pastur di tepi sungai yang cukup fenomenal yakni kali code di  Yogyakarta, yang sebenarnya tidak layak huni. Tapi bagaimanapun juga saya merasa bahagia bisa menghidupi seorang isteri dan 2 orang anak.

Sebagai seorang penganut Kristen Pantekosta ,saya tergolong taat dan  rajin ke gereja. Hal inilah yang akhirnya menaikkan derajat saya, dengan diangkat sebagai pembantu pendeta. Berawal dari sini semuanya serba kecukupan. Uang bukan masalah bagi saya, sebab sudah dicukupi oleh gereja. Makan daging babi merupakan keharusan bagi keluarga dan harus tersedia tiap hari di meja makan. Selain itu seminggu sekali saya mengkonsumsi daging anjing, hal yang selama ini jarang kami alami.

Sebab itu pulalah penderitaan saya bermula. Mungkin karena saya terlalu rakus memakan daging, badan saya membengkak dan perut membuncit. Akibatnya saya mulai terserang bermacam-macam penyakit. Kolesterol tinggi, denyut jantung tak teratur, kadar gula meningkat, ginjal yang sudah tidak berfungsi normal ,dan sebagainya. Dikarenakan penyakit semakin parah maka dokter menganjurkan saya untuk cuci darah. Dengan cuci darah ini, harta yang selama ini saya kumpulkan ikut tercuci juga. Habis sudah semua yang saya miliki. Bahkan untuk makan sehari-hari saja susah apalagi untuk berobat ke dokter. Kali ini sakit yang saya alami benar-benar luar biasa, kaki mulai membengkak. Untuk sekedar tidur saja tidak bisa karena rasa sakit yang saya alami.

Pada suatu  pagi  sekitar jam 04.30 WIB saya mendengar suara dari masjid seruan adzan. Tiba-tiba secara spontan saya menirukan adzan tersebut. Bila saya menirukan kalimat Laa ilaaha Illallah, sakit yang saya alami terasa berkurang. Maka kata-kata itu saya ucapkan berulang-ulang meskipun saat itu saya tidak tahu maksudnya, hingga berpuluh mungkin ratusan kali kata saya ucapkan, lupa saya menghitungnya. Isteri saya mengingatkan, ”Mas, bacaan itu kan bacaan orang Islam, sampeyan kan orang Kristen tidak baik mengucapkan kata-kata itu”. Maka jawaban spontan saya waktu itu, ”Biarpun kata-kata itu berasal dari agama manapun akan saya ucapkan terus, wong kalau diucapkan sakit saya berkurang kok”.

Hingga suatu malam saya bermimpi. Dalam mimpi itu saya disuruh  menemui seseorang yang bisa membantu menyembuhkan sakit saya yang bernama pak Abu. Pagi harinya saya menemui seorang tukang becak yang kebetulan adalah tetangga rumah juga. Ternyata memang benar  ada seseorang yang biasa membantumengobati pasiennya dengan memberi ramuan tradisioanal, Beliau bernama Abu Sujak. Akhirnya  saya minta tolong tetangga sebelah untuk mengantarkan ke rumah pak Abu Sujak. Dalam benak saya pasti pak Abu ini orang Islam, terlihat dari namanya. Tapi apa boleh buat, yang penting penyakit saya bisa sembuh. Ternyata benar dugaan saya pak Abu adalah muslim yang taat, berulang kali saya diminta untuk membaca basmalah, dan saya lakukan pula. Dalam  pikiran saya waktu itu adalah saya akan lakukan apapun yang diminta oleh pak Abu agar penyakit saya bisa sembuh.

Di akhir pertemuan saya diberi resep,  untk membeli obat di rumah salah seorang putra pak Abu. Ketika saya sodorkan resep tersebut, saya juga tanyakan harga obatnya. Si penjual bilang harganya Rp 32.500,00 padahal waktu itu saya tidak membawa uang sebanyak itu. Uang yang di saku hanya sekedar cukup untuk membayar ongkos becak. Ketika menyerahkan obat, penjual bilang bahwa saya tidak perlu membayar sebab pak Abu bilang khusus untuk pak Theo gratis saja. Sesampai di rumah saya langsung mengkonsumsi obat tradisioanl tersebut. Beberapa hari kemudian badan terasa enak, sakit yang selama ini saya rasakan mulai berkurang. Hingga akhirnya penyakit saya sembuh total. Sejak saat itu pula kebiasaan makan daging babi dan anjing benar-benar saya tinggalkan.

Suatu ketika saya ingin mengucapkan rasa terima kasih kepada pak Abu dengan mendatangi rumah beliau. Ketika sampai ternyata banyak orang berkerumun di rumah beliau. Saya diberitahu bahwa pak Abu meninggal dunia, bak disambar petir di siang bolong. Tidak dapat menahan air mata kala itu, saya menangis.
Dalam hati kecil, timbul keinginan untuk mengikuti jejak beliau beragama islam. Mulailah saya dengan sembunyi-sembunyi menghadiri pengajian di kampung meskipun saat itu status saya masih penganut Kristen.
Setelah cukup saya mendapatkan pelajaran agama, saya minta disyahadatkan. Alhamdulillah akhirnya saya membaca dua kalimat syahadat di Kantor UII (Universitas Islam Indonesia) Yogyakarta beserta dengan Istri dan anak saya.

Tak jarang saya diminta untuk sekedar berbagi pengalaman di beberapa tempat tentang kisah hidup dan perjalanan saya selama menjadi penganut Kristen hingga akhirnya mendapat hidayah dari Allah SWT. Meskipun dari pemahaman agama Islam saya tergolong masih sangat minim, tapi selagi bisa berbagi maka akan sampaikan walaupun itu pahit rasanya.

Ketika saya mulai berinterksi dengan banyak muslim, saya mulai berpikir bahwa Muslim yang menyeberang menjadi Kristen itu kebanyakan motivasinya mendapat kedudukan, serta iming-iming kekayaan, dan kehidupan yang baik. Berbeda dengan orang Kristen yang masuk Islam pasti mengalami ujian yang sangat berat. Terutama dalam bidang ekonomi, kehilangan pekerjaan, dikucilkan dari pergaulan, dicaci maki dan lain sebagainya. Diri saya pun tak luput dari ujian tersebut. Saya dikeluarkan dari pekerjaan tanpa pesangon. Saya dipecat, karena masuk Islam. Dengan rasa percaya diri dan iman kepada Allah, saya pasrahkan semua kepada-Nya. Derita apapun akan saya hadapi dengan hati yang tabah.

Untuk menyambung hidup dan mencukupi kebutuhan keluarga, saya mulai kembali membuat roti. Setelah saya diuji oleh Allah dengan berbagai kesulitan, benar rasanya Allah memberi anugerah yang tak pernah terbayangkan sebelumnya. Hingga akhirnya ada seorang dermawan yang memberikan modal untuk usaha saya beserta dengan rumah tempat tinggal. Dengan iringan doa semoga Allah selalu melimpahkan rahmat dan hidayahNya kepada dermawan tersebut serta memberi rizki dan pahala yang berlipat ganda. Amin. [Kisah ini dirangkum oleh M. Hadjir Digdodharmojo]

Minggu, 03 Juli 2011

Misteri Shodaqoh

Katakanlah: "Sesungguhnya Tuhanku melapangkan rezki bagi siapa yang dikehendaki-Nya diantara hamba-hamba-Nya dan menyempitkan bagi (siapa yang dikehendaki-Nya)." Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dia-lah Pemberi rezki yang sebaik-baiknya.(QS. Saba’: 39)

Satu hal yang kadang sulit bagi kita yakni merelakan apa yang kita berikan kepada orang lain. Padahal dengan tegas Allah berjanji akan memberikan rizki kepada para hambanya, dengan memberi balasan atas amal yang dikerjakan. Barang siapa yang menyedekahkan hartanya dengan diliputi rasa kekhawatiran akan menjadi fakir, maka seolah-olah ia tidak membenarkan janji Allah dan RasulNya.
Dalam sebuah riwayat, Abu Hurairah pernah menceritakan Rasulullah SAW sedang menasehati Bilal: ”Sedekahkan hartamu wahai Bilal. Kamu jangan khawatir kalau Allah sang penguasa Arsy sampai mengurangi hartamu (fakir)”. (HR Thabarani)

Hiasan Bisikan Setan
Memang setan tak akan pernah menyerah untuk selalu meniupkan rasa takut dan khawatir kepada orang yang senantiasa shadaqah.
"Setan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat kejahatan (kikir); sedang Allah menjanjikan untukmu ampunan daripada-Nya dan karunia. Dan Allah Maha Luas (karuniaNya) lagi Maha Mengetahui." (QS. Al-Baqarah: 268)
Menafsirkan ayat mulia ini, Ibnu Abbas  berkata: "Dua hal dari Allah, dan dua hal dari setan. Dan dua hal dari Allah adalah, "Allah menjanjikan untukmu ampunan daripadaNya," yakni atas maksiat yang kamu kerjakan, "dan karunia" berupa rizki. Sedang dua hal dari setan: "Setan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan." Setan itu berkata, 'Jangan kamu infakkan hartamu, peganglah untukmu sendiri karena kamu membutuhkannya'. "Dan menyuruh kamu berbuat kejahatan (kikir).
Imam Ibnu Qayim Al-Jauziyah dalam menafsirkan ayat yang mulia ini berkata: "Demikianlah, peringatan setan bah-wa orang yang menginfakkan hartanya, bisa mengalami ke-fakiran bukanlah suatu bentuk kasih sayang setan kepa-danya, juga bukan suatu bentuk nasihat baik untuknya. Ada-pun Allah, maka Ia menjanjikan kepada hambaNya ampunan dosa-dosa daripadaNya, serta karunia berupa penggantian yang lebih baik daripada yang ia infakkan, dan ia dilipatgan-dakanNya baik di dunia dan di akhirat." 

Selaksa Manfaat
Banyak pundi-pundi amal yang dapat kita dulang dari sebuah shadaqah, berikut ini diantara manfaat yang dapat kita peroleh dari shadaqah, tentunya tidak sebatas yang kami sebutkan berikut, tapi lebih dari itu.
Pertama, diturunkannya barokah dari harta seseorang. Barokah maknanya adalah tambah atau tetapnya kebaikan. Dengan harta yang disedekahkan akan menambah amal shalih seseorang, untuk menyantuni fakir miskin anak yatim sekaligus sebagai tambahan amal shalih. Dengan begini tetaplah kebaikan dalam dirinya. Abu Hurairah meriwayatkan: Rasulullah SAW pernah bersabda: “Wahai manusia bersedekahlah apa yang telah dikaruniakan kepadamu” kemudian Rasullullah melanjutkan sabdanya, sesungguhnya berkah Allah (rezeki) tidak terbatas, senantiasa mengalir, dan tidak sesuatupun yang bisa menguranginya, baik diwaktu malam atau siang. (HR Muslim)
Kedua, rizki semakin melimpah atau sebagai pembuka pintu rizki. Diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari dari Abu Hurairah  bahwasanya Nabi  bersabda: "Tidaklah para hamba berada di pagi hari kecuali didalamnya terdapat dua malaikat yang turun. Salah satunya berdo'a, 'Ya Allah, berikanlah kepada orang yang berinfak ganti (dari apa yang ia infakkan)'. Sedang yang lain berkata, 'Ya Allah, berikanlah kepada orang yang menahan (hartanya) kebinasaan (hartanya)'."
Ketiga, diturunkan hujan dari langit yang menumbuhkan berbagai macam tumbuhan.
Abdullah bin Umar bercerita : Rasulullah SAW mendatangi kami kemudian berkhutbah : “…suatu kaum yang enggan berzakat dan mereka tidak merasakan turun hujan dari langit dan seandainya tidak ada binatang ternak niscaya mereka tidak diturunkan hujan…(HR Muslim).
Hadits di atas menyatakan keengganan kita mengeluarkan zakat menimbulkan tertahannya hujan sehingga mengakibatkan paceklik, kelaparan, hidup serba susah dan berkurangnya kebaikan dimuka bumi.
Keempat, menolak terjadinya bencana atau musibah. Sahabat Anas RA berkata: Bersegeralah kalian mengeluarkan shadaqah, karena musibah tidak mampu melampaui shadaqah. Bisa jadi silih bergantinya musibah yang menerpa negeri ini karena keengganan orang-orang untuk mengeluakan shadaqah.
Kelima, dapat menyembuhkan penyakit. Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW pernah bersabda: “Hendaklah kalian mengobati sakit kalian dengan shadaqah. (Hadits Hasan Shahih at-Targhib Li al-Bani)
Keenam, dapat menghapus dosa seseorang. Rafi’ bin Khujaj meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda: shadaqah dapat menutup tujuh puluh pintu kejahatan. Dalam sabdanya yang lain: Shadaqah dapat menghapus dosa sebagaimana air bisa memadamkan api.

Segala amalan yang kita perbuat, amal baik ataupun amal buruk, semuanya akan terpulang kepada kita. Demikian juga jika kita berbicara soal harta yang kini ada dalam genggaman kita dan kerapkali membuat kita lalai. Demi Allah, semua ini datangnya dari Allah yang Maha Pemberi Rizki dan Maha Kaya. Dititipkanya harta kepada kita tiada lain supaya kita bisa beramal dan bershadaqah dengan penuh keikhlasan semata-mata karena Allah. Kemudian pastilah kita akan mendapatkan balasan pahala dari pada-Nya, baik ketika di dunia ini maupun saat menghadap-Nya kelak. Wallahu a’lam. [aan]

SHALAT DHUHA

Shalat merupakan kuncinya surga, apabila baik shalat kita maka akan baik pula seluruh amal kita. Namun seringkali shalat kita tidak sempurna, maka diantara cara untuk menambal shalat kita yang berlobang sana sini Rasulullah menawarkan alternatif yang sungguh luar biasa yakni dengan melazimi shalat sunnah, seperti tahiyatul masjid, witir, tahajjud, dhuha dan masih banyak lagi shalat-shalat sunnah.

Shalat Dhuha merupakan shalat yang banyak mengandung fadhilah/ keutamaan, namun tidak banyak mendapat perhatian dari kita selaku mukmin. Karena ia berada dalam waktu yang di dalamnya banyak kesibukan. Orang banyak yang bekerja mencari rezki. Bagi pelajar mereka sibuk menuntut ilmu, begitu juga dengan yang memiliki kesibukan lainnnya. Oleh karenanya ia tidak begitu mendapat perhatian yang serius dan sering terlupakan.

Kapan Shalat Dhuha Dilakukan?
Waktunya ketika matahari mulai naik sepenggalah (agak miring). Dan waktu yang paling afdhal adalah ketika mulai panas. Hal ini dijelaskan didalam sebuah hadits Rasulullah SAW: ”Shalat awaabiin (orang-orang yang kembali kepada Allah) adalah ketika anak-anak unta sudah merasa kepanasan” (HR. Muslim)

Jumlah Rakaat
Disyariatkan kepada orang muslim untuk mengerjakan shalat Dhuha dengan dua, empat, enam, delapan atau dua belas rakaat.

Jika mau, dia boleh mengerjakannya dua rakaat dua rakaat. Adapun shalat Dhuha yang dikerjakan dua rakaat telah ditunjukkan oleh hadits Abu Dzar RA, Rasulullah SAW bersabda.
“Bagi masing-masing ruas dari anggota tubuh salah seorang di antara kalian harus dikeluarkan sedekah …Dan semua itu setara dengan ganjaran dua rakaat shalat Dhuha” (HR. Muslim)

Sedangkan shalat Dhuha yang dikerjakan empat rakaat, telah ditunjukkan oleh Abu Darda dan Abu Dzar RA, dari Rasulullah SAW, dari Allah yang Mahaperkasa lagi Mahamulia, dimana Dia berfirman: ”Wahai anak Adam, ruku’lah untuk-Ku empat rakaat di awal siang, niscaya Aku akan mencukupimu di akhir siang” (HR. At-Tirmidzi)

Sedangkan shalat Dhuha yang dikerjakan enam rakaat, ditunjukkan oleh hadits Anas bin Malik RA: “Bahwa Nabi SAW pernah mengerjakan shalat Dhuha enam rakaat” (HR. At-Tirmidzi di dalam kitab Asy-Syamaa-il)

Dan shalat Dhuha yang dikerjakan delapan rakaat ditunjukkan oleh hadits Ummu Hani, di mana dia bercerita: ”Pada masa pembebasan kota Makkah, dia mendatangi Rasulullah SAW ketika beliau berada di atas tempat tinggi di Makkah. Rasulullah SAW beranjak menuju tempat mandinya, lalu Fathimah memasang tabir untuk beliau. Selanjutnya, Fatimah mengambilkan kain beliau dan menyelimutkannya kepada beliau. Setelah itu, beliau mengerjakan shalat Dhuha delapan rekaat” (HR. Asy-Syaikhani)

Sedangkan shalat Dhuha yang dikerjakan dua belas rakaat ditunjukkan oleh hadits Abu Darda RA, dimana dia bercerita, Rasulullah SAW bersabda.
“Barangsiapa mengerjakan shalat Dhuha dua rakaat, maka dia tidak ditetapkan termasuk orang-orang yang lengah. Barangsiapa shalat empat rakaat, maka dia tetapkan termasuk orang-orang yang ahli ibadah. Barangsiapa mengerjakan enam rakaat maka akan diberikan kecukupan pada hari itu. Barangsiapa mengerjakan delapan rakaat, maka Allah menetapkannya termasuk orang-orang yang tunduk dan patuh. Dan barangsiapa mengerjakan shalat dua belas rakaat, maka Allah akan membangunkan baginya sebuah rumah di Surga. Dan tidaklah satu hari dan tidak juga satu malam, melainkan Allah memiliki karunia yang danugerahkan kepada hamba-hamba-Nya sebagai sedekah. Dan tidaklah Allah memberikan karunia kepada seseorang yang lebih baik daripada mengilhaminya untuk selalu ingat kepada-Nya” (HR. Ath-Thabrani)

Keutamaan shalat Dhuha
Banyak hadits Rasulullah SAW yang bercerita tentang keutamaan shalat Dhuha, diantaranya;

Dari Abu Dzar al-Ghifari ra, ia berkata bahwa Nabi saw bersabda; Di setiap sendiri seorang dari kamu terdapat sedekah, setiap tasbih (ucapan subhanallah) adalah sedekah, setiap tahmid (ucapan alhamdulillah) adalah sedekah, setiap tahlil (ucapan lailahaillallah) adalah sedekah, setiap takbir adalah sedekah, menyuruh kepada kebaikan adalah sedekah, mencegah dari kemungkaran adalah sedekah. Dan dua rakaat Dhuha diberi pahala" (H.R. Muslim).

Di dalam Fath al-Bari, Imam Ibnu Hajar berkata; "Salah satu dari faidah shalat Dhuha adalah diberi pahala sedekah bagi seluruh sendi manusia dalam setiap hari. Dan jumlah sendi itu adalah tiga ratus enam puluh sendi" .

Bagi yang rajin mengerjakan shalat Dhuha, maka ia akan dibangunkan sebuah rumah di dalam surga. Hal ini dijelaskan dalam sebuah hadits Rasulullah SAW: "Barangsiapa yang shalat Dhuha sebanyak empat rakaat dan empat rakaat sebelumnya, maka ia akan dibangunkan sebuah rumah di surga"

Dan tentunya masih banyak keutamaan shalat dhuha, mudah-mudahan kita bisa melaksanakannya secara perlahan-lahan. Kita sempatkan diri kita untuk menghadap Allah SWT. Rasanya tidak akan lama dan tidak akan memakan waktu yang panjang untuk mengerjakannya. Dua rakaat, empat rakaat, enam rakaat, delapan rakaat. Bagi yang kerja di kantor, kita upayakan sebisa mungkin. Bagi para pengajar, kita upayakan ketika waktu istirahat. Bagi para siswa (pelajar, mahasiswa) kita usahakan ketika waktu istirahat. Insya Allah kita akan mendapat ketenangan batin, kelapangan hidup dan ketentraman jiwa dengan mengingat Allah SWT. [idris]
 

Media Dakwah Copyright © 2010 LKart Theme is Designed by Lasantha