Washington (ANTARA News) - Operasi militer AS  tak berhasil menghancurkan Taliban atau menekan pemimpinnya untuk berdamai, demikian tulis harian Washington Post pada Rabu, mengutip pejabat militer dan intelijen AS.

Operasi militer yang intensif, termasuk serangan terus-menerus dan perintah penyerangan yang lebih sering memang telah menyebabkan kemunduran sementara gerakan pemberontak Afghanistan, kata sumber yang tidak bersedia disebutkan namanya itu kepada harian  tersebut.

Meski demikian, pejabat intelijen AS mengatakan komandan Taliban yang tertangkap atau terbunuh bisa diganti dalam hitungan hari, gerakan pemberontak pun tampaknya penuh dengan taktik intimidasi dan pembunuhan skala kecil, serta terlihat percaya diri bahwa mereka dapat bertahan dari serangan pasukan AS.

"Pemberontak tampaknya dapat memelihara daya tahannya," kata seorang pejabat senior Departemen Pertahanan yang terlibat dalam perang namun tidak menyebut identitasnya kepada Washington Post.

Pejuang Taliban secara konsisten menunjukkan bahwa mereka dapat "dibangun dan diremajakan kembali" terkadang hanya beberapa hari setelah dikalahkan oleh pasukan AS, kata pejabat tersebut.

Menurut WP, penilaian mengenai hal itu "merata di antara agen-agen intelijen yang bertanggung jawab untuk menganalisa konflik, termasuk Badan Intelijen Amerika (CIA) dan Badan Intelijen Pertahanan."

Usaha bersama CIA dan badan intelijen militer untuk menargetkan pemimpin Taliban telah menyebabkan pejabat militer senior AS di lapangan bergerak dengan intensitas yang lebih cepat dan menigkatkan keamanan. Namun dampak terhadap orang-orang penting Taliban hanya terbatas, tulis WP.

"Untuk pemimpin senior, tidak ada banyak perubahan," kata pejabat pertahanan itu kepada WB.

"Kita memang sering mendapati jalur dukungan terganggu, namun hal itu hanya sementara saja. Mereka masih terus membuat strategi operasional untuk melawan pasukan koalisi yang dipimpin AS di Afghanistan," tambahnya.

Taliban telah menjadi fokus Presiden Barack Obama dengan harapan dapat mulai menarik pasukan pada pertengahan 2011.

Kutipan pemimpin Taliban Mullah Muhammad Omar yang menyebut "perang segera berakhir" beredar di antara kaum pemberontak kata pejabat itu kepada WP.
(KR-DLN/H-AK)