Jumat, 17 Juni 2011

AGAR SEPARO TAQWA LAGI KITA MILIKI

Dari Anas bin Malik r.a ia berkata: bersabda Rasulullah saw: “Jika seorang hamba menikah, berarti ia telah menyempurnakan setengah agamanya, maka hendaklah ia bertaqwa kepada Allah pada separuh sisanya.” {HR. Baihaqi}

Baiklah, anggap saja anda telah menikah, berarti anda berhak untuk mendapat separuh dari kesempurnaan dien. Tahukah anda kenapa pernikahan mengambil separuh bagian dari dien ini? Karena pernikahan adalah ibadah yang agung, ia membantu kita menegakkan dien dan menjaga syari’at Allah swt, seperti sabda Rasul saw.
“Wahai sekalian para pemuda barang siapa diantara kalian telah mampu [ba’ah] hendaklah menikah karena dengan menikah itu lebih dapat menundukan pandangan dan lebih menjaga kemaluan. Barang siapa yang belum mampu menikah hendaklah ia berpuasa karena puasa merupakan wijaa’ (pemutus syahwat) baginya.” [HR. Bukhori (4/106) dan Muslim (no. 1400) dari Ibnu Masud.]

Untuk bertakwa pada separoh sisa dari kesempurnaan dien, kita memerlukan dukungan dari komponen yang lain, tanpa dukungan itu, kita akan mengalami kesulitan untuk bertahan apalagi maju dalam prestasi dien ini. Alih alih membangun keluarga sakinah malah derita, pilu dan kegagalan rumah tangga yang harus kita tanggung, mimpi indahnya pernikahan menjadi bencana dalam kehidupan.
Diantara komponen penting itu adalah orang-orang terdekat yang hadir di sekitar kita; istri dan anak-anak. Maka, berbahagialah mereka yang memiliki istri dan anak-anak, yang kehadirannya mewarnai prestasi ketakwaan kita di hadapan Allah swt.

Tatkala turun firman Allah swt. : “Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak serta tidak menafkahkannya pada jalan Allah…” [QS. At-Taubah: 34.] Berkata orang-orang muhajirin: “Lalu harta apa yang baik untuk kita miliki?” Kata Umar: “Baiklah, aku akan tanyakan itu kepada Nabi saw”. Maka aku mendapati beliau Shalallahu ‘alaihi wasallam di atas unta, aku pun bertanya: “Wahai Rasulullah, orang-orang muhajirin bertanya: “Harta apa yang baik untuk kami miliki?” Kemudian Rasulullah saw bersabda: “Lisan yang senantiasa berdzikir, hati yang senantiasa bersyukur, dan istri mukminah yang membantu kalian dalam urusan dien.”

Demikianlah, nilai seorang istri mukminah; lebih berharga ketimbang emas dan perak… kecantikannya abadi, karena terpatri pada budi pekerti. Bersyukurlah mereka yang telah memiliki perhiasan ini. Dan merugilah mereka yang kehadiran sang istri di sisinya hanya memperdalam tempatnya di dalam neraka. Seperti Ummu Jamil, istri Abu Lahab yang turut membantu suaminya dalam kekufuran, hingga Allah abadikan kisahnya dalam Al-Qur’an agar menjadi pelajaran bagi kita semua.

Rumah tangga tidak lengkap tanpa kehadiran anak. Lalu, bagaimanakah potret anak-anak yang kita idamkan? Mereka yang lahir dan tumbuh dari darah daging kita.
Mari meneropong sisi kehidupan anak-anak yang hidup di masa lalu…salah satunya anak seorang Khalifah yang fenomenal..

Usai menyampaikan pidato perdana, pelantikannya sebagai khalifah, Umar bin Abdul Aziz turun dan mengganti baju kebesarannya serta menyuruh orang untuk menjual dan menyimpan hasilnya di baitul mal… Baru saja beliau bersiap-siap untuk beristirahat [qoilulah], tiba-tiba datang anaknya, Abdul Malik, dan bertanya: “Wahai Amirul Mukminin “Apa yang hendak engkau lakukan?” Umar berkata: “Beristirahat wahai anakku,” anaknya menimpali ” Wahai ayah, engkau akan beristirahat? Sementara harta orang-orang yang terdhalimi belum lagi kau kembalikan haknya..”  Umar menjawab:  “Aku semalam tidak memejamkan mata, karena mengurusi mendiang Sulaiman [khalifah sebelumnya]. Lepas Dzuhur nanti, aku akan kembalikan hak mereka.” Anaknya menjawab: ”Siapakah yang membarimu jaminan hidup hingga waktu Dzuhur?” Umar berkata:  Mendekatlah kemari wahai anakku…, lalu mendekatlah anaknya, dan diuntailah kalimat di hadapan kedua mata anaknya : “Segala puji bagi Allah yang telah menjadikan dari tulang rusukku, seorang anak yang membantuku dalam urusan-urusan dienku.” Kemudian beliau bangkit, keluar dan meninggalkan qoilulahnya” [bidayah wa nihayah, juz 9]

Subhanallah, betapa sejuknya mata kedua orang tua yang memiliki anak seperti ini…membantu menyelamatkan orang tuanya dari jilatan api neraka. Bagaimana dengan anak-anak kita?
Berhentilah berangan-angan tentang anak yang datang membawa emas dan perak sebagai bukti bakti mereka kepada orang tua, karena nilai emas dan perak telah jatuh martabatnya dihadapan orang-orang shaleh, kecuali mereka yang menginfakkan hartanya di jalan Allah.
Berhentilah mengkhawatirkan masa depan dunia anak kita... Yakinlah bahwa setiap insan terlahir bersama rizkinya. Bukankah Allah telah memberinya makan sejak ia dalam kandungan. Nah, mulailah mengkhawatirkan nasib mereka di akherat, bertanyalah tentang shalat mereka, ngaji mereka, pergaulan mereka, dll…agar mereka tumbuh menjadi anak shaleh dan membalas kebaikan orang tua dengan kebaikan yang kekal abadi.

Mari kita periksa rumah tangga kita dan cermati komponen yang kita butuhkan untuk menjaga dien ini. Andikan realitas tidak seperti idealisme yang diharapkan, maka masih ada kesempatan untuk memperbaiki semuanya… agar separo ketakwaan yang masih tersisa dapat kita raih. [uun]

 

Media Dakwah Copyright © 2010 LKart Theme is Designed by Lasantha