Kamis, 26 Agustus 2010

Hati-hati, Makanan Ilegal dan Kadaluarsa Beredar Jelang Lebaran

Mojokerto (voa-islam.com) - Anda yang hendak membeli produk makanan harus berhati-hati. Pasalnya, jelang Lebaran, banyak penjual yang menjajakan produk makanan ilegal dan kadaluarsa.

Contohnya, bisa dilihat saat Dinas Kesehatan Kota Mojokerto, Jawa Timur,  Rabu, (25/8/2010). Petugas inspeksi mendadak bersama polisi dan satpol PP mendapati puluhan produk makanan yang tidak berlabel

Razia ini dilakukan di 15 toko termasuk swalayan. Selain tak berlabel, produk makanan dan minuman tersebut juga banyak yang cacat kemasannya. Di swalayan Sultan Keraton, petugas menemukan makanan ilegal sebanyak satu troli.
...”Itu dikategorikan produk ilegal. Kita sita sampelnya dan akan melakukan pengecekan lebih lanjut,” paparnya...
Kepala Dinkes Kota Mojokerto, Cristiana Indah Wahyu menerangkan, dari hasil razia pihaknya, didapati beberapa sampel produk yang bermasalah. Selain kemasan rusak, tak berlabel dan tak berizin edar, juga produk yang tak memiliki tanggal kadaluarsa. ”Untuk produk yang kadaluarsa, kali ini kami tak menemukan,” terang Cristiana.

Dikatakan, memang dari hasil temuan pihaknya, banyak produk makanan untuk kebutuhan lebaran yang rata-rata berupa kue kering itu diragukan keamanannya. Salah satunya karena tak memiliki label, izin edar serta tak menyertakan tanggal kadaluarsa.

Padahal kata dia, konsumen butuh keamanan untuk mengonsumsi makanan dengan standar yang telah ditetapkan. ”Itu dikategorikan produk ilegal. Kita sita sampelnya dan akan melakukan pengecekan lebih lanjut,” paparnya.

Kepada para pemilik swalayan yang menjual produk bermasalah ini, pihaknya akan melakukan pembinaan. Namun jika tiga kali berturut-turut tetap menjual produk yang sama, pihaknya akan bisa menjerat pengusaha itu dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1996 tentang Keamanan Pangan dengan ancaman hukuman 5 tahun penjara dan denda Rp600 juta. ”Kita beri pembinaan sebanyak tiga kali. Jika tetap bandel, akan kita pakai aturan perundang-undangan,” tandasnya.

Dia mengimbau kepada para pemilik toko dan swalayan untuk lebih selektif dalam menjual produk mamin. Apalagi menjelang lebaran seperti ini, banyak produk makanan baru yang kadang mengabaikan standar keamanan. ”Razia ini juga menindaklanjuti intruksi dari Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM),” pungkasnya. (Ibnudzar/sio)

Syamsi Ali Sosialiasi Ramadhan pada Polisi New York


Pro-kontra soal masjid Ground Zero mendorong seorang imam asal Indonesia merangkul polisi New York dan masyarakat lokal
Hidayatullah.com--New York adalah negara bagian yang berpenduduk nomor tiga terbesar di Amerika. Penduduknya berasal dari berbagai latar belakang etnis, budaya, dan agama, termasuk Islam. Ada hampir satu juta muslim dan lebih dari 200 masjid di sini.
 
Namun kontroversi yang muncul baru-baru ini mengenai rencana pembangunan masjid dan pusat budaya Islam di dekat Ground Zero, menunjukkan ketidaktahuan masyarakat non-Muslim akan Islam masih tinggi.
 
Hal itu mendorong para tokoh Islam di New York untuk melakukan kegiatan siar yang ditujukan kepada non-Muslim agar mereka lebih memahami Islam. Syamsi Ali, seorang tokoh komunitas Islam Indonesia di New York, menilai bulan Ramadhan adalah waktu yang tepat untuk melakukannya. Salah satu kegiatan yang ia lakukan adalah memberikan sosialisasi mengenai bulan Ramadhan kepada polisi New York, NYPD.
 
“Kita memberi pelatihan tentang apa yang harus mereka ketahui, ketika memasuki bulan Ramadhan. Sehingga ketika mereka berinteraksi dengan komunitas Islam, mereka secara kultur sudah sensitif,” jelas Syamsi.
 
Ia memberikan contoh, misalnya apa yang harus dilakukan ketika masuk masjid. Juga, jika tidak melihat perempuan di masjid, bukan berarti tidak ada perempuan di sana, tetapi mungkin itu karena tempat bagi perempuan dan laki-laki memang dipisah, seperti tradisi dianut oleh masyarakat dari Asia Selatan.
 
Tentang buka puasa, kata Syamsi, ”Kalau misalnya mereka ke masjid kemudian ditawari buka puasa, apakah kemudian itu dianggap tidak benar? Apakah itu merupakan bagian dari kultur Islam yang selalu ramah?”
 
Selain itu, menurut Syamsi, masih ada lagi sejumlah pertanyaan yang mereka lontarkan. Misalnya, ujar Syamsi, " 'Apakah tidak ada reaksi-reaksi yang negatif pada bulan Ramadhan?' 'Bagaimana dengan anak-anak muda dalam menjalankan ibadah puasa?' Jadi, ada semacam dialog tentang hal-hal yang perlu diketahui masing-masing pihak."
 
Kegiatan iftar atau buka puasa bersama di masjid-masjid juga digalakkan. Salah satunya di Masjid komunitas Indonesia, Al-Hikmah. Syamsi Ali yang merupakan Ketua Dewan Pengurus Masjid tersebut menjelaskan tahun ini Al-Hikmah mengadakan open house.
 
”Pada saat buka puasa, akan kita peruntukkan satu hari khusus untuk mengundang teman-teman Non-Muslim di sekitar masjid agar mereka bisa datang untuk menikmati buka puasa bersama. Sekaligus, berkenalan dengan komunitas kita, " kata Syamsi.
 
"Alhamdulillah," ujar Syamsi, "masjid Al-Hikmah, masjid orang Indonesia ini, dikenal ramah dan inklusif, terbuka bagi semua komunitas."
Tidak hanya di masjid, acara berbuka puasa bersama dengan non-Muslim juga diadakan di kantor-kantor pemerintahan.
 
“Misalnya di kantor dinas walikota New York, setiap tahun kita lakukan buka puasa bersama dengan walikota, demikian juga di kantor-kantor kecamatan, apakah di Manhattan, Queens, Bronx, Staten Island, Brooklyn, tahun ini semuanya melakukan buka puasa bersama dengan pegawai camat dan Alhamdulillah ada kesempatakan untuk memberikan pembelajaran tentang agama Islam,” kata Syamsi.
 
Ia juga menjelaskan, acara di Queens pada akhir bulan Agustus ini menurut rencana akan dihadiri oleh walikota New York dan kebetulan Syamsi diminta untuk memberikan ceramah singkat tentang Islam.
 
Fitri Mohan menganggap New York City bukan milik pemeluk agama tertentu saja.
 
Fitri Mohan, seorang warga Indonesia yang tinggal di New York, menyambut baik aktivitas Ramadhan yang terbuka bagi semua komunitas.
 
“Kita ada di sebuah tempat di mana ‘Oh, ternyata Islam ada di mana-mana.' Sangat global, sangat universal dan itu membuat rasa kebersamaan kita sebagai warga Indonesia tidak sempit. Tapi, ini bersama dengan seluruh orang-orang dari Lebanon, Turki, bahkan orang Amerika sendiri. Ada perasaan seperti ukhuwah islamiyah yang secara internasional, sangat erat dan sangat mengharukan,“ ungkap Fitri.
 
Ia berharap agar kontroversi mengenai pembangunan masjid di Manhattan tidak berlarut-larut, karena Islam merupakan bagian dari Amerika, termasuk New York.
 
“New York itu bukan hanya untuk orang Kristen, Budha, atau Hindu. Islam pun termasuk sebagai salah satu komunitas yang ada di New York,” kata Fitri.
 
Menurutnya, kecantikan kota New York justru terletak pada berbagai macam budaya dan orang dari berbagai latar belakang yang melebur menjadi warga New York. [voan1/hidayatullah.com]

Sentimen Anti Islam di Amerika: Mengaku Muslim, Sopir Taksi Digorok dan Disilet-silet


NEW YORK (voa-islam.com) – Sharif, seorang sopir taksi di Manhattan, New York, Amerika, tak menyangka pengakuannya bahwa dia beragama Islam membuatnya dia digorok dan wajahnya disilet-silet.
Luka di leher Ahmed H Sharif itu sangat serius. Belum lagi di wajahnya, lengan, serta salah satu tangan ketika berusaha menangkis serangan Michael Enright yang membabi buta.
“Anggap saja ini checkpoint,” demikian ucapan Enright yang bisa diingat Sharif.
Ia menyerang Sharif setelah sang sopir itu mengucapkan salam dalam bahasa Arab kepadanya saat akan masuk taksi. Pemuda berusia 21 tahun itu kemudian ditahan tanpa jaminan, atas tuduhan percobaan pembunuhan, serangan yang bermotif kebencian dan kepemilikan senjata. Jika terbukti bersalah, Enright akan dipenjara selama 25 tahun atas usaha pembunuhan.
Sangat disayangkan, sebab Enright adalah seorang mahasiswa School of Visual Arts yang pernah menjadi relawan di Afghanistan. Ia terlibat dalam kelompok Intersections International, yang selama ini giat mempromosikan dialog antaragama. Kelompok ini bahkan mendukung rencana pendirian masjid dan Islamic Center dekat ground zero yang kontroversial itu.
“Hal ini sangat tragis. Kami berusaha membangun jembatan selama ini. Kami sangat terkejut dan sedih,” papar jubir kelompok itu, Robert Chase, kepada Huffington Post.
Sharif (43) adalah seorang imigran dari Bangladesh yang mengemudikan taksi selama 15 tahun. Ia mengaku serangan itu membuatnya ketakutan setengah mati. “Dengan ketegangan karena pembangunan masjid, sebaiknya semua sopir taksi berhati-hati,” katanya.
Menanggapi peristiwa tragis itu, Walikota New York Michael Bloomberg menyesalkan insiden yang menimpa seorang sopir taksi di kota tersebut. Gara-gara mengaku Muslim, sopir malang itu digorok lehernya.
…Sharif, seorang sopir taksi di New York, tak menyangka pengakuannya bahwa dia beragama Islam membuatnya dia digorok dan wajahnya disilet-silet…
“Serangan ini merupakan kebalikan dari apa yang diyakini warga New York. Tak peduli siapapun Tuhan yang kita sembah, kami akan terus berusaha melacak tindak kriminal yang terjadi karena jati diri seseorang dan siapa yang mereka sembah,” ujar Bloomberg dalam pernyataan yang dilansir Huffington Post, Kamis (26/8/2010).
Bloomberg telah berbincang dengan korban, Ahmed H Sharif, sopir taksi yang seorang imigran dari Bangladesh. Ia juga mengundang Sharif untuk menemuinya di Balai Kota, besok, agar mereka bisa berbincang lebih banyak lagi. Pria yang mengemudi taksi selama 15 tahun itu menerima tawaran Bloomberg.
…Saya memastikan padanya, serangan yang dimotivasi sentimen anti-Muslim takkan mendapatkan tempatnya di kota ini,” papar walikota..
“Saya memastikan padanya, serangan yang dimotivasi sentimen anti-Muslim takkan mendapatkan tempatnya di kota ini,” papar walikota yang memiliki situs ekonomi sendiri ini. [taz/inilah]

Jaksa Cirus Dituding Menyarankan Buka Blokir Rekening Gayus

Jakarta - Jaksa Cirus Sinaga dituding memberi petunjuk kepada penyidik Mabes Polri untuk membuka pemblokiran rekening milik Gayus Tambunan senilai Rp 25 miliar. Berdasarkan petunjuk dari Kejaksaan atau P19, disebutkan bahwa uang sebesar Rp 25 miliar untuk dicabut pemblokirannya karena uang itu bukan barang bukti. "Petunjuk itu dari Kejaksaan. Ditandatangani oleh Cirus Sinaga," ujar Mantan Kepala Unit VI Pencucian Uang Dir II Ekonomi Khusus Bareskrim Polri, Kombes Pol Eko Budi Sampurno dalam persidangan terdakwa Kompol Arafat, di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Jl Ampera, Jakarta, Kamis (26/8/2010).

Eko mengaku dirinya bersama AKBP Mardiyani menghadap Direktur II Eksus Bareskrim Polri, Brigjen Raja Erizman.

"Kemudian AKBP Mardiyani menjelaskan posisi kasusnya, dan disebutkan berdasarkan P19 dari kejaksaan bahwa barang bukti hanya Rp 370 juta," katanya.

Eko menjelaskan ada tiga alasan mengapa uang yang dijadikan barang bukti hanya Rp 370 juta, bukan uang Rp 25 miliar yang telah diblokir. Salah satunya karena hanya uang Rp 370 juta yang terbukti tersangkut kasus pidana. "Yang lainnya saya lupa," tukasnya.

Eko mengaku tidak mengetahui soal penyidikan kasus Gayus. Dia mengatakan penyidik masih mempertanggungjawabkan kasus itu kepada kanit lama, Kombes
Pambudi Pamungkas.(sumber: detiknews.com)
 

Media Dakwah Copyright © 2010 LKart Theme is Designed by Lasantha