Tidak akan datang kiamat sehingga waktu semakin berdekatan (semakin singkat), setahun seperti sebulan, sebulan seperti sejum'at, sejum'at seperti sehari, sehari seperti sejam, dan sejam terasa hanya sekejap.
Begitulah tabiat waktu, ia berjalan sangat cepat, laksana berjalannya awan, berhembusnya angin. Manusia tanpa sadar dalam suka ria telah menempuh jalan menuju kepada kematianya. Apabila akhir umur adalah kematian maka sama saja berumur pendek atau panjang.
Waktu berlalu takkan terulang kembali, hari-hari akan musnah, saat-saatpun akan sirna dan detik demi detikpun berlalu. Dan ketika seorang mau menyadari sesuatu yang paling berharga dalam kehidupan adalah waktu, ia lebih berharga dari uang, emas, mutiara maupun batu permata.
Bahwa yang dimaksud dengan berdekatnya zaman ialah sedikitnya barakah pada zaman (kesempatan) itu. Pada waktu itu manusia merasakan kelezatan hidup, keamanan yang merata, dan keadilan yang menyeluruh. Karena manusia itu bila hidup dalam kesenangan, mereka merasa hanya sebentar, walaupun sebenarnya waktunya sudah lama. Dan sebaliknya mereka merasakan penderitaan dan kesengsaraan itu lama sekali walaupun sebenarnya saat penderitaan dan kesengsaraan itu hanya sebentar.
Berdekatan atau hampir mirip kondisi masyarakat pada waktu itu karena sedikitnya kepeduliaan mereka terhadap agama. Sehingga, sudah tidak ada lagi orang yang menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang mungkar karena telah merajalelanya kefasikan dan eksisnya ahli kefasikan. Hal ini terjadi ketika manusia sudah tidak mau menuntut ilmu tentang agama dan ridha dengan kejahilan terhadap agama itu.
Sebab, keadaan sebagaimana dalam berilmu itu bertingkat-tingkat, tidak sama, sebagaimana firman Allah: ”Dan di atas semua yang punya ilmu itu ada lagi Yang Maha Mengetahui". (QS. Yusuf: 76). Sedang tingkat manusia dalam kejahilan itu setara. Yakni bila semua mereka itu bodoh maka peringkat mereka sama saja. Bahwa yang dimaksud ialah hubungan antar manusia pada zaman itu terasa begitu dekat karena canggihnya alat-alat transportasi, baik lewat darat, udara (maupun laut) yang demikian cepat sehingga jarak yang jauh terasa begitu dekat
Pada kenyataannya, barakah pada waktu (masa), rizki, dan tanaman itu hanya diperoleh dengan iman yang kuat, mengikuti perintah Allah, dan menjauhi larangan-Nya. Wallahu a’lam (aan)
Minggu, 23 Oktober 2011
BERSIHKAN JIWAMU
Ma'asyiral muslimin, jama’ah Shalat jum’ah Rahimakumullah
Segala puji hanyalah milik Allah Ta’ala yang telah menciptakan manusia. Shalawat dan salam kita curahkan kepada junjungan kita, Rasulullah SAW, keluarga, sahabat-sahabatnya, dan orang-orang yang berjalan di atas tuntunannya.
Kemudian tidak lupa kami wasiatkan kepada diri kami pribadi dan kepada jama’ah sekalian, marilah kita senantiasa meningkatkan iman dan taqwa kita, karena keimanan dan ketaqwaan merupakan sebaik-baik bekal menuju akhirat nanti.
Ma'asyiral muslimin, jama’ah Shalat jum’ah Rahimakumullah
Rasulullah SAW bersabda dalam suatu hadits :
"Ada 3 hal, siapa saja yang melakukan tiga hal itu, maka dia akan merasakan nikmatnya kehidupan beriman; (1) Beribadah hanya kepada Allah Azza wa Jalla dengan mengikrarkan bahwa "Tiada Tuhan yang haq diibadahi melainkan Dia (Allah)", (2) Menunaikan zakat hartanya yang baik menurut ukuran dirinya setiap tahun, dia tidak memberikan yang tua sekali, tidak yang kotor dan tidak yang sakit, tetapi yang (dia berikan adalah) hartanya yang sedang-sedang saja, karena Allah tidak meminta harta kalian yang terbaik dan juga tidak memerintakan agar kalian (mengeluarkan) yang jelek, (3) Menyucikan dirinya. Kemudian ada seseorang bertanya, "Apa tazkiyatun nufus (menyucikan diri) itu?" Dijawab oleh beliau, "Hendaklah dia mengetahui (menyadari) bahwa Allah bersamanya di mana pun dia berada". (HR. ath-Thabrani & al-Baihaqi dishahihkan oleh Syaikh al-Albany)
Rasulullah SAW menyebutkan dalam hadits di atas bahwa salah satu dari tiga hal yang mengantarkan seseorang mencapai gerbang kenikmatan hidup dalam naungan iman adalah dengan melakukan tazkiyatun nufus.
Ma'asyiral muslimin, jama’ah Shalat jum’ah Rahimakumullah
Tentang urgensi tazkiyatun nufus ini tidak dapat disangkal dan diragukan lagi. Sebab kesuksesan dan kebahagiaan seseorang di dunia maupun di akhirat tergantung pada "kesucian jiwanya", sebagaimana firman Allah Ta’ala, "
(Yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih." (QS. As-Syu'arâ': 88-89).
Bahkan tugas terpenting yang Allah bebankan di atas pundak Nabi Muhammad SAW adalah menyucikan jiwa ummatnya. Bisa kita lihat penjelasan al-Qur'an berkenaan dengan hal itu dalam surat al-Jumu'ah,
"Dialah yang mengutus seorang Rasul kepada kaum yang buta huruf dari kalangan mereka sendiri, yang (tugasnya adalah) membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, menuyucikan mereka dan mengajarkan mereka Al-Kitab (Al-Qur'an) dan Al-Hikmah (As-Sunnah), dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata". (QS. Al-Jumu'ah: 2)
Segala puji hanyalah milik Allah Ta’ala yang telah menciptakan manusia. Shalawat dan salam kita curahkan kepada junjungan kita, Rasulullah SAW, keluarga, sahabat-sahabatnya, dan orang-orang yang berjalan di atas tuntunannya.
Kemudian tidak lupa kami wasiatkan kepada diri kami pribadi dan kepada jama’ah sekalian, marilah kita senantiasa meningkatkan iman dan taqwa kita, karena keimanan dan ketaqwaan merupakan sebaik-baik bekal menuju akhirat nanti.
Ma'asyiral muslimin, jama’ah Shalat jum’ah Rahimakumullah
Rasulullah SAW bersabda dalam suatu hadits :
"Ada 3 hal, siapa saja yang melakukan tiga hal itu, maka dia akan merasakan nikmatnya kehidupan beriman; (1) Beribadah hanya kepada Allah Azza wa Jalla dengan mengikrarkan bahwa "Tiada Tuhan yang haq diibadahi melainkan Dia (Allah)", (2) Menunaikan zakat hartanya yang baik menurut ukuran dirinya setiap tahun, dia tidak memberikan yang tua sekali, tidak yang kotor dan tidak yang sakit, tetapi yang (dia berikan adalah) hartanya yang sedang-sedang saja, karena Allah tidak meminta harta kalian yang terbaik dan juga tidak memerintakan agar kalian (mengeluarkan) yang jelek, (3) Menyucikan dirinya. Kemudian ada seseorang bertanya, "Apa tazkiyatun nufus (menyucikan diri) itu?" Dijawab oleh beliau, "Hendaklah dia mengetahui (menyadari) bahwa Allah bersamanya di mana pun dia berada". (HR. ath-Thabrani & al-Baihaqi dishahihkan oleh Syaikh al-Albany)
Rasulullah SAW menyebutkan dalam hadits di atas bahwa salah satu dari tiga hal yang mengantarkan seseorang mencapai gerbang kenikmatan hidup dalam naungan iman adalah dengan melakukan tazkiyatun nufus.
Ma'asyiral muslimin, jama’ah Shalat jum’ah Rahimakumullah
Tentang urgensi tazkiyatun nufus ini tidak dapat disangkal dan diragukan lagi. Sebab kesuksesan dan kebahagiaan seseorang di dunia maupun di akhirat tergantung pada "kesucian jiwanya", sebagaimana firman Allah Ta’ala, "
(Yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih." (QS. As-Syu'arâ': 88-89).
Bahkan tugas terpenting yang Allah bebankan di atas pundak Nabi Muhammad SAW adalah menyucikan jiwa ummatnya. Bisa kita lihat penjelasan al-Qur'an berkenaan dengan hal itu dalam surat al-Jumu'ah,
"Dialah yang mengutus seorang Rasul kepada kaum yang buta huruf dari kalangan mereka sendiri, yang (tugasnya adalah) membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, menuyucikan mereka dan mengajarkan mereka Al-Kitab (Al-Qur'an) dan Al-Hikmah (As-Sunnah), dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata". (QS. Al-Jumu'ah: 2)
SITUA OJAK HUTAGAOL
Menemukan Kebenaran dalam Islam
ISLAM adalah agama hakiki yang dapat dikaji dan didiskusikan. Islam juga tak berseberangan dengan alam rasional sehingga kebenaran dapat ditemukan dalam Islam. Nama saya sekarang H. Abdul Razak Hutagaol (43), tapi sebelum Islam saya dikenal dengan nama Situa Oak Hutagaol. Saya seorang aktivis Gereja HKBP (Huria Kristen Batak Protestan) Tanjung Priok, Jakarta Utara. Saya menjadi muslim pada tanggal 16 September 1997 di Masjid Syuhada, Yogyakarta. Alhamdulillah, sebulan kemudian saya menunaikan ibadah umrah. Bahkan, setahun kemudian saya diberi kemudahan oleh Allah bisa menunaikan ibadah haji.
Keluarga kami sangat taat beragama. Papi saya adalah seorang akhvis gereja sehingga saya dan seluruh keluarga selalu mempelajari agama. Teringat ketika masih kecil, papi sering menyuruh saya untuk datang ke gereja. Bahkan kalau tak mau, ia sering memarahi saya.
Proses awal saya masuk Islam, melalui pengkajian pendalaman terhadap Alkitab (Bibel) yang saya bandingkan dengan kitab suci Al-Qur'an. Temyata Al-Qur'an lebih konsisten, baik dalam redaksi maupun ajarannya.
Saya, ketika itu, begitu bangga menjadi umat kristiani. Bahkan, saya sering mengejek umat Islam dengan kata-kata kotor. Bagi saya waktu itu, Islam tak lebih sebagai agamanya orang-orang miskin yang kotor dan menjijikkan. Tapi, setelah saya mengenal Islam lebih jauh dan mulai bersahabat dengan orang Islam, baru saya mengerti bahwa Islam adalah agama yang suci.
Saya juga teringat pada awal masuk Islam, ada kejadian aneh yang saya alami -- mungkin sebagian orang tidak percaya. Ceritanya terjadi ketika saya sedang mengalami kesulitan ekonomi. Ada suara aneh dan sangat kasar menyuruh saya untuk membaca Al-Qur'an dan melakukan shalat. Perintah ini jelas sekali terdengar sampai tiga kali berturut-turut.
Langganan:
Postingan (Atom)