Jakarta (ANTARA News) - Ketua Dewan Direktur Sabang-Merauke Circle (SMC) Syahganda Nainggolan, meminta Badan Intelijen Negara (BIN) memperjelas penegasan Kapolri Jenderal (Pol) Bambang Hendarso Danuri terkait adanya indikasi jaringan teroris di tanah air yang akan mengambilalih pemerintahan negara dengan membangun Daulah Islamiyah.
"Kebenaran yang disampaikan Kapolri pada Jumat (24/9) di Jakarta itu perlu dikonfirmasi lagi sekaligus diperjelas dengan pernyataan Kepala BIN Jenderal Sutanto, agar tidak sekadar asal pernyataan atau hanya untuk menyenangkan Presiden SBY alias ABS (Asal Bapak Senang)," kata Syahganda di Jakarta, Senin.
Dikatakannya bahwa BIN lebih memiliki kompetensi. Institusi itu dipercaya untuk menyatakan kondisi negara dalam ancaman bahaya, termasuk mengumumkan teroris yang kini berkembang di Indonesia dan berpotensi mengganti kekuasaan sah melalui ideologi tertentu sehingga pemerintahan SBY berada dalam taraf mengkhawatirkan baik poltik maupun keamanan.
Penjelasan BIN, kata Syahganda, diperlukan agar masyarakat tidak dibuat bingung akibat pernyataan Kapolri tersebut, mengingat Kapolri tidak cukup detil menyampaikan sejauh mana kekuatan dimiliki kalangan teroris untuk kemudian mengambilalih negara.
"Apakah informasi Kapolri itu berasal atas data intelijen yang kuat dan akurat, atau cuma untuk konsumsi sensasi publik dan berangkat dari kepanikan sebuah instutusional," kata mantan Direktur Eksekutif for Information and Development Studies (CIDES) itu.
Syahganda sendiri tidak yakin kekuatan teroris di tanah air dapat mengambilalih kekuasaan pemerintah, karena kekuatannya memang tidak terlalu besar, di samping tak memiliki basis persenjataan hebat dan kemampuan bergeraknya pun tidak sebanding sama sekali dengan Tentara Nasional Indonesia.
"Bahkan, dengan polisi saja jauh sekali perbandingannya," ujar Syahganda.
Jaringan kaum teroris, lanjutnya, juga sulit mendapat dukungan dalam upaya menggulingkan pemerintahan, sebab gerakan teroris tidak mendapat kepercayaan rakyat di tempat mana pun, lebih lagi dukungan pihak internasional dalam hal politik dan besarnya pendanaan.
"Teroris juga tidak berhasil menyusup ke dalam TNI dan kepolisian, karenanya kecil sekali kemungkinan mampu mengambilalih kekuasaan," ungkapnya.
Dengan demikian, Syahganda mengharapkan Kapolri bersikap cermat dan tidak menciptakan kecemasan publik dengan pernyataan apa pun, khususnya kaitan teroris di Indonesia yang akan menduduki negara dan mengganti kekuasaan.
"Kita acungi jempol aparat kepolisian berhasil menumpas berbagai kelompok dalam agenda memerangi terorisme, tapi serta merta boleh menyatakan negara akan diambilalih para teroris yang jumlahnya tidak banyak itu. Biar hal itu menjadi kewenangan Kepala BIN dalam membuat penjelasan," demikian Syahganda. (D011/K004)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar