Oleh: Badrul Tamam
Syaikh Abdul Aziz bin Bazz rahimahullaah berkata tentang hakikat jihad: “Sesungguhnya jihad yang benar telah Allah sebutkan dalam beberapa ayat-Nya. Allah juga menyebutkan pahala yang akan diraih orang yang berjihad berupa kemenangan di dunia dan kebahagiaan di akhirat. Allah juga menyebutkan beberapa sifat mujahidin yang membedakan mereka dari yang lainnya.
Allah Ta’ala berfirman,
انْفِرُوا خِفَافًا وَثِقَالًا وَجَاهِدُوا بِأَمْوَالِكُمْ وَأَنْفُسِكُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ
“Berangkatlah kamu baik dalam keadaan merasa ringan atau pun merasa berat, dan berjihadlah dengan harta dan dirimu di jalan Allah. Yang demikian itu adalah lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.” (QS. Al-Taubah: 41)
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا لَقِيتُمْ فِئَةً فَاثْبُتُوا وَاذْكُرُوا اللَّهَ كَثِيرًا لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ وَأَطِيعُوا اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَلا تَنَازَعُوا فَتَفْشَلُوا وَتَذْهَبَ رِيحُكُمْ وَاصْبِرُوا إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ وَلا تَكُونُوا كَالَّذِينَ خَرَجُوا مِنْ دِيَارِهِمْ بَطَرًا وَرِئَاءَ النَّاسِ وَيَصُدُّونَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ وَاللَّهُ بِمَا يَعْمَلُونَ مُحِيطٌ
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu memerangi pasukan (musuh), maka berteguh hatilah kamu dan sebutlah (nama) Allah sebanyak-banyaknya agar kamu beruntung. Dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar. Dan janganlah kamu menjadi seperti orang-orang yang keluar dari kampungnya dengan rasa angkuh dan dengan maksud ria kepada manusia serta menghalangi (orang) dari jalan Allah. Dan (ilmu) Allah meliputi apa yang mereka kerjakan.” (QS. Al-Anfal: 45-47)
Wahai orang beriman, perhatikanlah sifat-sifat agung para mujahidin yang sebenarnya ini sehingga jelas bagi engkau kondisi kaum muslimun saat ini dan kondisi para mujahidin terdahulu. Supaya engkau mengetahui rahasia kemenangan mereka dan kekalahan orang-orang sesudahnya. Karena sesungguhnya tidak ada jalan yang bisa menghantarkan kepada kemenangan di dunia dan kebahagiaan di akhirat kecuali bersikap dengan akhlak yang telah Allah perintahkan, mendakwahkannya, dan menggantung pertolongan kepadanya. Allah Subhanahu wa Ta'ala telah menjelaskan dalam Kitab-Nya, yang telah disebutkan sebelumnya dan juga ayat-ayat yang lainnya. Allah 'Azza wa Jalla berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا هَلْ أَدُلُّكُمْ عَلَى تِجَارَةٍ تُنْجِيكُمْ مِنْ عَذَابٍ أَلِيمٍ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَتُجَاهِدُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ بِأَمْوَالِكُمْ وَأَنْفُسِكُمْ ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ يَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَيُدْخِلْكُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ وَمَسَاكِنَ طَيِّبَةً فِي جَنَّاتِ عَدْنٍ ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ وَأُخْرَى تُحِبُّونَهَا نَصْرٌ مِنَ اللَّهِ وَفَتْحٌ قَرِيبٌ وَبَشِّرِ الْمُؤْمِنِينَ
“Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu Aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkan kamu dari adzab yang pedih? (yaitu) kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagi kamu jika kamu mengetahuinya, niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosamu dan memasukkan kamu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, dan (memasukkan kamu) ke tempat tinggal yang baik di dalam surga Adn. Itulah keberuntungan yang besar. Dan (ada lagi) karunia yang lain yang kamu sukai (yaitu) pertolongan dari Allah dan kemenangan yang dekat (waktunya). Dan sampaikanlah berita gembira kepada orang-orang yang beriman.” (QS. Al-Shaff: 10-13)
Dalam ayat ini, Allah Subhanahu wa Ta'ala mengumpulkan beberapa sebab kemenangan dan mengembalikannya kepada dua dasar pokok: pertama, Iman kepada Allah dan Rasul-Nya. kedua, berjihad di jalan-Nya. Lalu Allah menyebutkan hasil yang diraih, yaitu mendapatkan keberuntungan di akhirat berupa surga, pertolongan di dunia, dan kemenangan yang dekat. Dan Allah mengabarkan bahwa kaum muslimin menyukai pertolongan dan kemenangan, “Dan (ada lagi) karunia yang lain yang kamu sukai (yaitu) pertolongan dari Allah dan kemenangan yang dekat (waktunya)".”
Sebab kemenangan kembali kepada dua dasar pokok: Pertama, Iman kepada Allah dan Rasul-Nya. Kedua, berjihad di jalan-Nya.
Kemudian Syaikh Bin Bazz menyampaikan kunci kemenangan yang akan diraih oleh negeri-negeri muslim. Yaitu apabila presiden dan pemimpinnya dalam pemerintahan mereka benar-benar mengharapkan pertolongan dari Allah dan kemenangan yang dekat serta kebahagiaan di dunia dan akhriat, maka Allah telah menjelaskan jalannya dan menunjukkan sarana dan sebab yang menghantarkan ke sana. Yaitu mereka harus bertaubat kepada Allah dengan sebenar-benarnya taubat atas kesalahannya yang lalu, berupa peremehan mereka dan tidak melaksanakan hak Allah dan hak para hamba-Nya yang diwajibkan atas mereka. Dan hendaknya mereka benar-benar dalam beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, menjalankan syariat-Nya, berpegang dengan tali-Nya, berjihad terhadap musuh dalam satu barisan dengan memanfaatkan segenap kekuatan yang telah Allah berikan, meninggalkan prinsip-prinsip yang menyelisihi syariat Allah dan ajaran dien-Nya.
Hendaknya mereka hanya bergantung kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala semata, bukan kepada yang lainnya berupa kekuatan militer timur dan barat.
Hendaknya mereka hanya bergantung kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala semata, bukan kepada yang lainnya berupa kekuatan militer timur dan barat.
Mereka harus melaksanakan usaha-usaha dan menyiapkan kekuatan yang dimampui dengan segenap sarana yang dibolehkan syariat, dan hendaknya mereka bersikap independen (berdiri sendiri) dan jangan cenderung/berpihak kepada blok kafir di Timur dan di Barat. Mereka harus istimewa dengan imannya kepada Allah dan Rasul-Nya, berpegang teguh dengan agaman-Nya dan komitmen dengan syariat-Nya.
Adapun persenjataan dan berbagai persiapan, tidak mengapa mendapatkannya dari berbagai jalan dan sarana yang tidak bertentangan dengan syariat yang suci. Semoga Allah menyatukan kekuatan kaum muslimin dan memperbaiki hubungan antar sesama mereka, menjaga para pemimpinnya, memuliakan agama-Nya dan menghinakan musuh-musuh-Nya, mengembalikan hak-hak kaum muslimin kepada diri mereka, dan menghancurkan segala prinsip dan undang-undang serta tradisi yang berseberangan dengan Islam.
Misi Jihad fi sabilillah
Nabi shallallaahu 'alaihi wasallam pernah bersabda kepada Ali bin Abi Thalib ketika mengutusnya ke Khaibar:
فَوَاللَّهِ لَأَنْ يُهْدَى بِكَ رَجُلٌ وَاحِدٌ خَيْرٌ لَكَ مِنْ حُمْرِ النَّعَمِ
“Demi Allah, Kalaulah Allah memberi petunjuk satu orang melalui dirimu itu lebih baik bagimu daripada mendapatkan unta merah.” (Muttafaq ‘alaih)
Dalam hadits ini dan hadits yang semakna menjadi peringatan bagi para dai (penyeru kepada Allah) dan mujahidin di jalan-Nya, bahwa maksud dari jihad dan dakwah kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala adalah menunjuki manusia dan mengeluarkan mereka dari kegelapan kepada cahaya, menarik mereka dari kehinaan kesyirikan dan pengabdian kepada sesama makhluk kepada kemulian iman, ketinggian Islam, dan menyembah hanya kepada tuhan yang Hak dan Esa yang tidak boleh ada peribadatan yang dipersembahkan kepada selain-Nya dan tak seorangpun yang berhak atasnya kecuali Dia Subhanahu wa Ta'ala.
Tujuan dan misi jihad bukan menumpahkan darah, merampas harta, menawan kaum wanita dan anak-anak. Sesungguhnya semua itu bukan tujuan awal, tapi hanya sebagai tuntutan. Yaitu ketika orang-orang kafir menolak kebenaran dan bangga dengan kekafirannya, tidak mau tunduk dan membayar jizyah (upeti). Kalau seperti ini keadaannya, maka Allah mensyariatkan kepada kaum muslimin untuk memerangi mereka, merampas harta mereka sebagai ghanimah, memperbudak wanita dan anak-anak mereka untuk dijadikan sebagai sarana ketaatan kepada Allah dan mengajarkan kepada mereka syariat-Nya, menyelamatkan mereka dari adzab dan kesengsaraan.
Semua itu juga sebagai hiburan bagi kaum muslimin setelah menghadapi sengitnya pertempuran dan perlawanan musuh, dan menjadikan mereka sebagai batu sandungan akan serangan musuh dalam menghalangi jalan penyebaran Islam.
Tidak diragukan lagi hal ini termasuk keindahan Islam yang diakui oleh orang yang jujur dan adil, baik dari kalangan dalam atau luar Islam. Semua itu termasuk bagian dari rahmat Allah, Mahabijaksana dan Mahatahu, yang telah menjadikan agama ini sebagai agama rahmat, mengajarkan berbuat baik dan adil serta toleransi yang relevan dijalankan kapan dan di mana saja, yang tidak tertandingi oleh undang dan aturan manusia. Dan kalau saja para ahli dan tokoh bersatupadu untuk membuat aturan yang semisal atau yang lebih baik, niscaya mereka tak akan mampu membuatnya. Maha suci Allah, Dzat Mahaadil dan Mahabijaksana, Yang membuat syariat dapat diterima oleh akal sehat dan fitrah yang lurus. Wallahu a’ala (PurWD/voa-islam.com)
*Diringkaskan dari situs www.darmm.com.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar