Sabtu, 29 Mei 2010

Agar Anak Tidak Berbohong


Pernahkah anak anda berbohong ?
Apakah yang anda lakukan ?
Memarahinya ?
Menghukumnya ? atau
Membiarkannya ?
Setiap anak rata-rata pernah berbong pada orang lain. Berikut kisah anak dengan bapaknya disebuah keluarga .Di suatu sore terdengarlah Adzan Ashar,pergilah Abah ke Masjid untuk sholat Ashar .setelah selesai Ashar lalu Abah pulang, setibanya dirumah, Abah bertanya pada salah satu anaknya,”Sudah sholat Mbak Nabila?”. Nabila menjawab,“Sudah bah”. ”lho, kok cepat amat dan tidak ada tanda kamu habis shalat ?, pasti belum sholat kan ?”,tanya Abah. “Udah, bener tadi udah sholat di sekolah”,Nabila beralasan. “Sholat apa ? “, tanya Abah. Nabila menjawab, “sholat dhuhur”. Dengan sabar Abah menjelaskan,“E…mbak, sholat itu sehari 5 kali ya…?, Isya’,shubuh, Dhuhur, Ashar dan maghrib,tadi udah sholat Dhuhur sekarang sholat Ashar,ya..?”. “Iya ,Bah….”,jawab Nabila sambil pergi berwudlu mau sholat.

Kisah tersebut hanya sebagian kecil dari kelakuan anak ketika dibiasakan menunaikan kewajiban sholat. Anak akan merespon baik, jika kita memerintahkan anak dengan baik dan bisa diterima anak. Menurut kita, anak kadang berbohong, padahal anak tersebut memang belum memahami sebuah kewajiban seperti kisah diatas. Tapi kadang anak betul-betul berbohong pada orang tua karena takut dihukum atau dimarahi orang tuanya. Demikian juga di sekolah berbohong pada guru karena takut pada hukuman guru.
Alasan Mengapa Anak Berbohong
    Alasan yang paling umum dari berbohong, khususnya di antara sesama anak-anak, adalah takut akan hukuman. Terutama jika hukuman yang diberikan cukup keras, atau orangtua berharap terlalu tinggi dan tak realistis terhadap anaknya. Maka ia akan berbohong dan mengatakan sudah melakukannya, walau ternyata ia lupa melakukannya.
    Keadaan yang sangat mendesak terkadang menyebabkan seorang anak mencari alasan atau jawaban untuk menyelamatkan diri dari kondisi yang tidak menyenangkan. Seperti pada kasus anak yang dihukum oleh gurunya karena tidak mengerjakan PR dan sering dimarahi orang tuanya, maka ketika ia mendapat hukuman dari gurunya, ia akan menceritakan kepada orang tuanya bahwa hari itu ia justru mendapat hadiah yang sangat menyenangkan.
    Meniru orang dewasa, anak akan meniru perilaku orang dewasa disekitarnya. Jika orang tua memberikan alasan dan mengatakan sesuatu yang bersifat bohong untuk menghindari suatu kegiatan didepan anaknya, maka berarti secara tidak sadar orang tua telah memberikan contoh yang buruk kepadanya. Sebagai contoh, Seorang anak melihat adiknya menangis meminta permen lagi, ibunya datang menenangkan adiknya tadi dengan mengatakan, “ ssst…udah diam permennya habis dimakan cicak itu..!. Padahal permennya masih ada dan diambil ibunya dan disembunyikan karena tidak ingin anaknya banyak makan permen. Maka suatu saat anak itu akan meniru sikap ibunya tadi.
    Dengan bertambahnya usia anak, anak menyadari pengendalian terbaik yang bisa dimiliki adalah pengendalian informasi. Umumnya, semakin orangtua memaksa atau melibatkan diri secara berlebihan, semakin besar kemungkinan anak remaja akan berbohong dengan mengabaikan informasi misalnya, “Tadi kamu kemana?” akan dijawabnya, “Tidak ke mana-mana,atau “ada apa?” akan dijawab “tidak apa-apa”.
Apapun alasannya, berbohong adalah perbuatan yang dibenci Allah. Tidak ada seorang pun yang suka dibohongi. Islam mengajarkan kita untuk menghindari sifat bohong karena akan merusak hubungan sosial dan merugikan diri sendiri.
Rasulullah saw bersabda :
“Hendaklah kalian menjauhi sifat bohong, karena bohong akan menggiring orang pada kejahatan dan sesungguhnya kejahatan akan menjerumuskannya kedalam neraka. Dan orang yang selalu berbohong Allah akan menetapkannya sebagai“ kadz-dzaban (pembohong) (HR Bukhari).
Tip Menghadapi anak berbohong
    Komunikasi Komunikasi yang terjalin dengan baik antara orang tua dan anak akan mempersempit peluang seorang anak untuk berbohong. Buatlah nuansa keterbukaan yang baik dengan anak-anak kita. Termasuk juga meng-komunikasi-kan apa itu bohong, apa akibat dari bohong dan lain-lain.
    Jadilah Teladan Anak adalah cermin diri kita, anak bisa meniru perilaku orang tua dengan ketepatan yang luar biasa. Oleh karena itu, jadilah teladan yang baik. Jujurlah dihadapan anak dan terutama dihadapan Allah SWT.
    Jangan Menuduh Dulu Setiap orang butuh diberi kepercayaan, begitu pula dengan anak-anak. Berikan kepercayaan padanya. Dahulukanlah husnudzan (baik sangka). Dengarkan alasan yang dia kemukakan, dan tanamkanlah kuat-kuat rasa percaya dalam hati kita kepada anak-anak kita.
    Hindari hukuman yang terlalu keras dan sering.Hukuman yang dirasakan berat dan sering oleh anak-anak akan membuat dia kreatif untuk mencari “cara selamat“, meski harus membohongi orang tuanya.
    Jangan memojokkan anak. Buat suasana tenang dan santai agar bisa nyaman bercerita.
    Jangan emosi, kalau kita marah, maka akan semakin takut dan menutupi dengan kebohongan yang lain.
Demikian semoga bermanfaat. [trion] (Dari berbagai sumber)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Media Dakwah Copyright © 2010 LKart Theme is Designed by Lasantha