DUBAI (Berita SuaraMedia) – Dr Zakir Naik, pimpinan Peace TV, mungkin adalah salah satu penceramah televisi yang paling populer. Dia menarik salah satu kerumunan terbesar di kawasan dan di Dubai. Pemirsa Dr Naik sering menyaksikan contoh langsung orang-orang yang memeluk Islam. Terlepas dari popularitasnya, dia juga dikritik untuk sikapnya yang tidak seperti seorang cendekiawan dan untuk komentar-komentarnya tentang terorisme dan kekristenan.
Hampir 25% dari pendengar dalam ceramah-ceramah Dr Naik adalah non-Muslim. Bagaimana dia berinteraksi dengan mereka menurutnya itu tergantung pada bagaimana media memotret Islam, yaitu bagaimana negara-negara non-Muslim memandang Islam. "Ketika saya berbicara dengan non-Muslim, saya membuat mereka merasa nyaman untuk bisa mengkritik dan menyerang Islam, kemudian saya tanyakan pada mereka dulu, 'Menurutmu apa yang salah dengan Islam?'"
Kemudian mereka akan memberikan tiga sampai empat pertanyaan. Dan menurut pengalaman Dr Naik dalam berdakwah selama 15 tahun, para non-Muslim itu rata-rata memberikan 20 pertanyaan paling umum.
Pertanyaan nomor satu adalah tentang jihad, konsep yang paling disalahpahami. Kedua adalah tentang kaum Muslim sebagai fundamentalis, ektrimis, dan bahwa Islam disebarkan dengan pedang.
Dr Naik rutin menyebut agama Kristen dalam ceramahnya. Bagi Dr Naik, ancaman terbesar bagi Islam adalah media, yang bisa mengubah hitam menjadi putih, orang jahat menjadi pahlawan. Namun, jika dibandingkan antara Kristen dan sekulerisme, ancaman terbesar justru berasal dari sekulerisme. "Tapi orang Kristen beda dari agama Kristen. Kebanyakan orang Kristen tidak mempraktikkan ajaran agamanya, dengan begitu sekulerisme menjadi ancaman yang lebih besar."
Kaum sekuleris, menurut Dr Naik, berusaha meyakinkan kaum Muslim bahwa kehidupan berdasarkan sunnah Rasul mungkin tidak akan sesuai untuk masa sekarang, bahwa cara hidup yang Islami, seperti jilbab, tidak tepat.
"Sekulerisme tengah menyebar, tapi begitu juga dengan Islam."
Menurut Dr Naik, di banyak bagian dunia, ketika tidak ada ancaman eksternal maka akan ada ancaman internal. Sudah menjadi kodrat alam bahwa manusia akan melupakan perbedaan mereka saat dihadapkan pada musuh besar bersama. Karena itu perlu diadakan rekonsiliasi antar aliran dengan merujuk pada sumber-sumber otentik, yaitu Al-Qur'an dan Hadist.
Konflik sektarian sangat signifikan. Setiap pihak memiliki kelompok sendiri dan masing-masing ingin kelompoknya bertambah besar. Konflik itu adalah tentang kekuasaan dan popularitas.
Dr Naik mengatakan bahwa terkadang ancaman eksternal dibutuhkan bagi kaum Muslim untuk bersatu di bawah satu spanduk, jika mereka bersatu maka ancaman eksternalnya tidak akan berpengaruh. Alasan mengapa ancaman eksternal menjadi signifikan adalah karena kaum Muslim tidak bersatu.
Ceramah Dr Naik lebih mengutamakan seni debat dan meyakinkan daripada subyek pembicaraan. Dia beralasan itu dikarenakan Allah meminta hamba-Nya untuk berdebat dan bermusyawarah dengan orang-orang.
Dr Naik pernah berbicara di hadapan satu juta orang di Kerala, India. Jumlah hadirin terbesar yang pernah dia hadapi. Di Mumbai, ceramahnya selalu didatangi oleh 200-300,000 orang. Dan di luar India bisa mencapai 10-50,000.
"Bulan Ramadhan kemarin, hadirin saya di Uni Emirat Arab mencapai 30,000 orang. Itu adalah kumpul-kumpul terbesar di UEA. Belum pernah ada acara yang berhasil mendatangkan bahkan separuh dari jumlah itu," ujar Dr Naik.
Dr Naik sering dikritik tidak memenuhi kriteria sebagai seorang cendekiawan Islam. "Saya tidak pernah bilang bahwa saya adalah cendekiawan. Orang-orang yang mengatakan itu. Sedangkan untuk kriteria, yang kita butuhkan hanyalah menjadi seorang Muslim. Tuhan memerintahkan kita untuk berdakwah meskipun hanya satu kata. Masalahnya adalah saya belum pernah menempuh pendidikan agama. Saya adalah lulusan kedokteran medis. Tapi kami memiliki 25 orang di dalam organisasi kami yang lulus dari lembaga-lembaga Islam prestisius. (rin/gn) www.suaramedia.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar