Jakarta - Proses pertolongan kesehatan terhadap para korban banjir bandang di Wasior, Papua Barat, mengalami kendala. Alasannya, banyak fasilitas kesehatan di lokasi tersebut yang mengalami kerusakan parah.
Kepala Pusat Penanggulangan Krisis Kementerian Kesehatan Mudjiarto menuturkan, dua puskesmas rusak berat akibat banjir tersebut. Sementara, satu buah rumah sakit hancur terendam lumpur.
"Dari daerah seluas 12 km persegi, yang dihancurkan banjir 8 Km persegi, jadi memang cukup signifikan. Dua puskesmas yang ada hancur, rumah sakit yang belum diresmikan tertutup lumpur," jelas Mudjiarto kepada detikcom, Jumat (8/10/2010) malam.
Menurut Mudjiarto, hal ini membuat posko kesehatan 'dadakan' yang dibangun di lokasi terasa sangat penting. Mengingat dua rumah sakit rujukan lain yang jaraknya cukup jauh.
Sementara itu, Kemenkes juga terus mengirim bantuan tenaga medis. Hingga saat ini, tim dokter ahli bedah tulang dari Jayapura dan Makassar sudah dikirim ke RS Nabire untuk membantu penanganan korban luka.
"Semua pasien yang dirujuk sudah ditangani dengan adekuat. Ada satu orang yang harus diamputasi. Kami sekaligus memberikan bantuan Orthopaedic setelah ke RS. Sementara ini telah diperbantukan Orthopaed dari Jayapura, dan direncanakan shifting Orthopaed dari Makassar," tegasnya.
Untuk bantuan lainnya, Kemenkes sedang mengirim 1,5 ton obat-obatan ke Wasior. Bantuan tersebut khusus untuk membantu sekitar ribuan pengungsi yang tersebar di Nabire dan Manokwari.
"Dari sekitar 7.000 penduduk di kota Wasior, yang mengungsi sekitar 4.000 orang. Tersebar di beberapa tempat, termasuk di Manokwari 934, di Nabire 50," paparnya.
Kemenkes juga memberikan bantuan untuk operasional peralatan kesehatan berupa uang tunai sebesar Rp 50 juta. "Selama 2 hari ini telah dilakukan Rapid Health Assessment, besok (Sabtu) akan mulai desinfeksi lingkungan dan lain-lain," urainya.
Banjir bandang melanda kota Wasior, Papua Barat, pada Senin 4 Oktober lalu. Sejumlah korban tewas dan selamat yang ditemukan oleh Tim SAR gabungan dari Polda dan Kodam Papua terapung di laut akibat terseret air bah.
Institut Hijau Indonesia mengatakan bencana di Wasior masuk kategori bencana ekologis. Pemicunya adalah kerusakan dan perubahan fungsi-fungsi lingkungan hidup yang telah berlangsung beberapa tahun terakhir di wilayah itu.(sumber: detik.com)
Jumat, 08 Oktober 2010
Jakarta - Proses pertolongan kesehatan terhadap para korban banjir bandang di Wasior, Papua Barat, mengalami kendala. Alasannya, banyak fasilitas kesehatan di lokasi tersebut yang mengalami kerusakan parah. Kepala Pusat Penanggulangan Krisis Kementerian Kesehatan Mudjiarto menuturkan, dua puskesmas rusak berat akibat banjir tersebut. Sementara, satu buah rumah sakit hancur terendam lumpur. "Dari daerah seluas 12 km persegi, yang dihancurkan banjir 8 Km persegi, jadi memang cukup signifikan. Dua puskesmas yang ada hancur, rumah sakit yang belum diresmikan tertutup lumpur," jelas Mudjiarto kepada detikcom, Jumat (8/10/2010) malam. Menurut Mudjiarto, hal ini membuat posko kesehatan 'dadakan' yang dibangun di lokasi terasa sangat penting. Mengingat dua rumah sakit rujukan lain yang jaraknya cukup jauh. Sementara itu, Kemenkes juga terus mengirim bantuan tenaga medis. Hingga saat ini, tim dokter ahli bedah tulang dari Jayapura dan Makassar sudah dikirim ke RS Nabire untuk membantu penanganan korban luka. "Semua pasien yang dirujuk sudah ditangani dengan adekuat. Ada satu orang yang harus diamputasi. Kami sekaligus memberikan bantuan Orthopaedic setelah ke RS. Sementara ini telah diperbantukan Orthopaed dari Jayapura, dan direncanakan shifting Orthopaed dari Makassar," tegasnya. Untuk bantuan lainnya, Kemenkes sedang mengirim 1,5 ton obat-obatan ke Wasior. Bantuan tersebut khusus untuk membantu sekitar ribuan pengungsi yang tersebar di Nabire dan Manokwari. "Dari sekitar 7.000 penduduk di kota Wasior, yang mengungsi sekitar 4.000 orang. Tersebar di beberapa tempat, termasuk di Manokwari 934, di Nabire 50," paparnya. Kemenkes juga memberikan bantuan untuk operasional peralatan kesehatan berupa uang tunai sebesar Rp 50 juta. "Selama 2 hari ini telah dilakukan Rapid Health Assessment, besok (Sabtu) akan mulai desinfeksi lingkungan dan lain-lain," urainya. Banjir bandang melanda kota Wasior, Papua Barat, pada Senin 4 Oktober lalu. Sejumlah korban tewas dan selamat yang ditemukan oleh Tim SAR gabungan dari Polda dan Kodam Papua terapung di laut akibat terseret air bah. Institut Hijau Indonesia mengatakan bencana di Wasior masuk kategori bencana ekologis. Pemicunya adalah kerusakan dan perubahan fungsi-fungsi lingkungan hidup yang telah berlangsung beberapa tahun terakhir di wilayah itu.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar