Addakwah.com. Taliban melancarkan serangan granat dan tembakan ke sebuah rumah yang menjadi kantor badan bantuan Inggris di Afghanistan timur, Jumat, kata seorang pejabat provinsi kepada AFP.
Juru bicara provinsi Nangahar, Ahmad Zia Abdulzai, mengatakan, seorang pria datang ke kantor organisasi bantuan Development Alternatives Inc (DAI) di Jalalabad, ibukota provinsi tersebut, dan "melempar sebuah granat dan memberondongkan tembakan dengan senjata ringan".
"Ia ditembak oleh polisi. Tidak ada korban," kata Abdulzai.
DAI adalah organisasi yang mempekerjakan Linda Norgrove, warga Inggris yang diculik oleh Taliban dan tewas bulan lalu dalam operasi penyelamatan yang gagal oleh militer AS. DAI bekerja sebagai kontraktor bagi badan bantuan AS USAID, yang juga bermarkas di Jalalabad.
Kepala kesehatan provinsi itu Baz Mohamad Sherzad mengatakan, satu mayat dibawa ke rumah sakit dan diyakini sebagai penyerang tersebut, dan tidak ada korban yang terluka.
Namun, satu sumber keamanan setempat mengatakan, empat penjaga cedera dalam serangan itu, sementara juru bicara Taliban Zabiullah Mujahed mengklaim bertanggung jawab dan mengatakan serangan itu menewaskan 16 orang, termasuk beberapa warga asing.
Kekerasan meningkat di Afghanistan dengan jumlah kematian sipil dan militer mencapai tingkat tertinggi tahun ini ketika kekerasan yang dikobarkan Taliban meluas dari wilayah tradisional di selatan dan timur ke daerah-daerah barat dan utara yang dulu stabil.
Jumlah kematian prajurit asing di Afghanistan tahun ini juga sudah melampaui 650 dan merupakan yang tertinggi, dan 2010 telah menjadi tahun paling mematikan bagi pasukan NATO.
Pemimpin Taliban Mullah Omar telah menyatakan, pihaknya akan meningkatkan serangan taktis terhadap pasukan koalisi untuk memerangkap musuh dalam perang yang melelahkan dan mengusir mereka seperti pasukan eks-Uni Sovyet.
Saat ini terdapat lebih dari 150.000 prajurit yang ditempatkan di Afghanistan untuk membantu pemerintah Presiden Hamid Karzai memerangi gerilyawan Taliban.
Para komandan NATO telah memperingatkan negara-negara Barat agar siap menghadapi jatuhnya korban karena mereka sedang melaksanakan strategi untuk mengakhiri perang lebih dari delapan tahun di negara itu.
Pasukan NATO dan Afghanistan saat ini terlibat dalam ofensif besar-besaran di sekitar Kandahar -- kota terbesar di wilayah selatan -- yang bertujuan menghalau gerilyawan dari daerah tersebut untuk membantu mengakhiri perang panjang Afghanistan.
Taliban, yang memerintah Afghanistan sejak 1996, mengobarkan pemberontakan sejak digulingkan dari kekuasaan di negara itu oleh invasi pimpinan AS pada 2001 karena menolak menyerahkan pemimpin Al-Qaeda Osama bin Laden, yang dituduh bertanggung jawab atas serangan di wilayah Amerika yang menewaskan sekitar 3.000 orang pada 11 September 2001.
Pasukan Bantuan Keamanan Internasional (ISAF) pimpinan NATO mencakup puluhan ribu prajurit yang berasal dari 43 negara, yang bertujuan memulihkan demokrasi, keamanan dan membangun kembali Afghanistan, namun kini masih berusaha memadamkan pemberontakan Taliban dan sekutunya.
Sekitar 521 prajurit asing tewas sepanjang 2009, yang menjadikan tahun itu sebagai tahun mematikan bagi pasukan internasional sejak invasi pimpinan AS pada 2001 dan membuat dukungan publik Barat terhadap perang itu merosot.
Gerilyawan Taliban sangat bergantung pada penggunaan bom pinggir jalan dan serangan bunuh diri untuk melawan pemerintah Afghanistan dan pasukan asing yang ditempatkan di negara tersebut.
Bom rakitan yang dikenal sebagai IED (peledak improvisasi) mengakibatkan 70-80 persen korban di pihak pasukan asing di Afghanistan, menurut militer.
Smb; antaranews.com
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar