MAGELANG (voa-islam.com) – Para misionaris semakin berani melancarkan pemurtadan. Bahkan kepada pengurus masjid dan pengasuh Taman Pendidikan Al-Qur'an (TPA), mereka terang-terangan menawarkan iming-iming pekerjaan dan materi puluhan juta rupiah.
Dusun Windusari kelurahan Kalibening, kecamatan Dukun Magelang adalah salah satu dusun yang menjadi korban bencana Merapi 2010. Dusun yang dihuni 183 KK itu, 180 KK di antaranya beragama Islam. Pasca meletusnya Merapi, dusun yang dihuni oleh 569 jiwa itu menjadi sasaran misionaris. Mereka memanfaatkan minimnya batuan logistik dan relawan yang datang ke dusun tersebut. Sementara sebuah desa di atasnya, yang hanya berbatasan sebuah tugu, menumpuk bantuan logistik dari berbagai sumber atas lobi-lobi misionaris.
Dengan modal uang yang melimpah, para misionaris berani memberikan iming-iming materi kepada para aktivis masjid, seperti yang dialami olah Pono, takmir Masjid Al-Muttaqin Windusari.
Kepada responden voa-islam.com, Pak Pono berterus terang bahwa dirinya sering didatangi misionaris dengan berbagai iming-iming, mulai dari tawaran untuk menjadi pengurus yayasan Citra Kasih dengan gaji 400 ribu perbulan, atau bantuan logistik berupa mie instan hingga tawaran bantuan uang tunai sejumlah 20 juta untuk membeli tanah “wakaf” desa.
Para misionaris terang-terangan hendak merekrut Pak Pono, padahal mereka sudah tahu bahwa Pak Pono adalah Ketua Takmir Masjid Al-Mutaqin yang sangat aktif mengadakan kegiatan keislaman di desanya. Bahkan sebuah ruang tamu di rumahnya juga dijadikan sebagai TPA sementara karena belum ada tempat dan gedung TPA yang memadai.
Pak Pono berharap ada relawan Muslim yang datang sambil membawa bantuan logistik dan perlengkapan shalat, TPA, TPQ dan dai untuk memberikan bimbingan rohani khususnya kepada generasi muda desa agar terbentengi dari upaya kristenisasi.
Pak Pono menuturkan, bencana Merapi beberapa waktu lalu mengakibatkan warga dusun yang sebagian besar bermata pencaharian petani ini belum bisa kembali ke sawah. Karenanya, lanjutnya, seluruh sawah dusun tertutup pasir sehingga sawah tidak bisa dibajak maupun ditanami. Otomatis, saat ini warga tidak memiliki penghasilan untuk kehidupan sehari-hari mereka, sementara bantuan logistik sangat minim.
Karena tak ada lagi mata pencaharian, maka Pak Pono dan umat Islam di Windusari berharap ada bantuan dan solidaritas dari umat Islam. Sebesar apapun bantuan kepada mereka, akan sangat bermanfaat untuk membentengi serangan para misionaris yang melancarkan pemurtadan berkedok bantuan kemanusiaan.
Kaum Muslimin harus membuktikan iman dan ukhuwah islamiyahnya. Keengganan kaum muslimin untuk membantu saudaranya yang tertimpa musibah, berarti memuluskan para misionaris untuk datang membantu sambil menyebarkan misi agamanya. [Bekti Sejati, Abu Fatih As-Salawi]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar