JAKARTA (voa-islam.com) – Pornografi berbahaya karena merusak fungsi dan struktur otak dan menghambat hubungan seksual suami-istri. Orang yang sudah teradiksi pornografi akan mengalami kegagalan dalam beradaptasi sosial.
Hal itu dikatakan Kepala Pusat Intelegensia Kesehatan Depkes RI dr. Jofizal Jannis, Sp.S(K) dalam Workshop “Know Your Brain: Kerusakan Otak Akibat Pornografi” di Hotel Gren Alia Cikini, Jakarta (23/12/2010).
Menurut Jofizal, secara fungsional adiksi pornografi adalah sesuatu yang memacu daya tarik seksual seseorang. Disebut adiksi., bila terjadi perilaku berulang yang merusak sehingga menyebabkan seseorang tidak sanggup menghentikannya. Kegagalan dalam pembinaan remaja bisa menjadi kegagalan menyiapkan generasi mendatang.
Efek media (cyber generation) dari seseorang yang teradiksi pornografi akan berakibat Addict Generation. Ciri-ciri pada fisiknya akan tampak lelah, lesu, sulit konsentrasi, tidak melakukan percakapan yang lama, dan perhatian terpecah. Adapun dari sisi kultur bisa berakibat tercabutnya norma dan budaya lokal. Juga berdampak pada sosial kontrol, yakni hilangnya rasa hormat pada yang lebih tua, kesalahan mempersepsi, hilangnya kepatuhan terhadap aturan, dan tidak memiliki komitmen.
….Seseorang yang teradiksi pornografi akan tampak lelah, lesu, sulit konsentrasi, tidak melakukan percakapan yang lama, dan perhatian terpecah….
Dr. Jofizal mencatat, dampak sosial akibat otak yang teradiksi pornografi. Pertengahan September 2009 di Tangerang, seorang remaja laki-laki usia 15 tahun mencabuli remaja putri di empang tepi sawah. Di Bekasi, Maret 2009, Siswa kelas VI SD memperkosa adik kelasnya di toilet sekolah pada saat jam sekolah. Di Pekan Baru tahun 2005, siswa Sekolah Menengah memperkosa anak usia 7 tahun sebanyak tiga kali saat ditinggal orang tua.
Mengutip Journal of Adolescent Research, Januari 2008, juga mencatat, penelitian pada 813 pelajar dari 6 perguruan tinggi: 87% remaja pria dan 31% remaja wanita melihat pornografi. 48.4% remaja pria menonton paling tidak seminggu sekali, 20% menonton setiap hari atau tiap beberapa hari sekali
Komnas Anak (2009) memperoleh data tentang perilaku seksual remaja terhadap 4726 siswa SMP/SMA responden berusia 13 – 17 tahun di 12 Kota Besar. Hasilnya 97% pernah nonton film porno. Komnas juga mencatat, 1527 kekerasan seksual terhadap anak-anak: 103 kasus pelaku anak-anak remaja (6-12) tahun, 1167 kasus pidana dengan pelaku anak, 135 kasus perkosaan, dan 14 kasus pelecehan seksual.
Dalam pertemuan konselor Remaja yang dilakukan Yayasan Kita dan Buah Hati (tahun 2005), 1625 responden siswa kelas IV-VI SD di jabotabek didapatkan data 66% mengaku menyaksikan materi pornografi. Media untuk mengakses pornografi antara lain melalui: komik (24%), game (18%), situs porno (16%), film (14%). Selebihnya melalui VCD, DVD, ponsel, majalah, koran.
Pemicu seorang anak dan remaja terbius pornografi adalah karena faktor: iseng (27%), diajak teman (10%), untuk gaul (4%). Tempat biasa mereka nikmati, meliputi: rumah, kamar pribadi (36%), rumah teman (12%), warnet (10%), tempat sewa warnet (3%)
Rusaknya Moral Anak Bangsa Akibat Pornografi
Sementara itu dikatakan Pusat Pemeliharaan, Peningkatan dan Penanggulangan Intelegensia Kesehatan Kementerian Kesehatan RI, Dr. Gunawan Bambang Dwiyanto dalam sebuah presentasinya yang berjudul “A Loss Generation: Akibat Pornografi dan Rusaknya Moral Anak Bangsa.”
Dalam penelitiannya, Gunawan mencatat, gangguan perilaku dengan eskalasi yang meningkat. Tahap I: malu-malu melihat tayangan dari dada turun sampai ke alat vital secara bertahap kemudian menikmati. Tahap II: frekuensi ejakulasi yang meningkat sampai dengan tiada hari tanpa ejakulasi. Tahap III: pemenuhan emosional akibat adiksi (melihat secara nyata hubungan seks yang dilakukan antar lawan jenis) atau frekuensi menonton pornografi. Tahap IV: pemenuhan fungsi fisik yang tidak dapat dikendalikan (criminalities sexual)
Keadaan otak siswa SMA yang terjangkit Pornografi (2010), Ketika ditanya, bagaimana perasaannya setelah menonton film porno/bokep? Jawaban kuesioner tentang pornografi beberapa siswa SMA dan SD di provinsi “X” (6 Agustus 2010): ada yang mengatakan: Merasa lebih senang, lega, pernah lihat di HP, asyik dilihat (senang), terutama dadanya dan rasanya menggairahkan badan. Pernah lihat di majalah dan internet, tetapi perasaan saya biasa saja dan sedikit menyesal. Pernah lihat di HP, perasaan saya biasa aja. Tidak tahu. Kebanyakan pecandu-pecandu pornografi memperlihatkan perilaku melecehkan dan perilaku agresi.
....Kebanyakan pecandu-pecandu pornografi memperlihatkan perilaku melecehkan dan perilaku agresi....
Ada penyebab pintu masuknya adiksi pornografi, yakni Bored or Burned-out (jenuh), lonely (kesepian), Angry or Afraid (marah), Stressed (stres), Tired (lelah). Akibat adiksi pornografi itu di antaranya: tidak bisa konsentrasi, tidak paham, tidak kreatif, mudah lupa, otak merasa “penuh”, sakit-sakitan karena menurunnya daya tahan tubuh, serta berpikiran negatif
Keberhasilan mencegah dan menanggulangi adiksi pornografi, lanjut Dr Gunawan, akan ditentukan oleh sejauh mana peran Pusat Informasi Layanan Pencegahan dan Penanggulangan Adiksi terhadap pornografi, tersosialisasinya kegiatan layanan pencegahan dan penanggulangan adiksi terhadap pornografi melalui peran media massa.
Kemudian, terselenggaranya layanan pencegahan dan penanggulangan adiksi terhadap pornografi lintas program dan sektoral secara komprehensif. Tersedianya anggaran untuk kegiatan penyuluhan, advokasi, edukasi dan rehabilitasi melalui peran serta masyarakat yang difasilitasi oleh media massa mulai dari tingkat Desa, Kecamatan, Kabupaten sampai Provinsi.
Mencegah Pornografi
Untuk mencegah dan menanggulangi pornografi, penguatan keluarga sebagai unit terkecil masyarakat memegang peranan penting dalam menata tata nilai kehidupan. Karena itu, keluarga harus diperkuat dari sisi kualitas sumberdaya manusia maupun pembagian peran dan tata kelola rumah tangga.
Dikatakan Jofizal, seseorang yang teradiktif pornografi, bisa disembuhkan dengan mengikuti empat hal: Pertama, punya motivasi diri untuk membebaskan diri dari adiksi dan memiliki kemauan melakukan apa yang diperlukan untuk sembuh. Anda tidak dapat memaksa seseorang untuk sembuh jika dia tidak ingin. Kedua, menciptakan lingkungan aman. Ketiga, ber-afiliasi dengan support group. Keempat, individu harus memilih seorang konselor/terapis yang mempunyai pelatihan khusus dan sukses dalam menangani kasus adiksi seks.
....seseorang yang teradiktif pornografi, bisa disembuhkan dengan mengikuti empat hal....
Bisa dipastikan, pornografi dapat menyebabkan adiksi dan mempengaruhi struktur otak dan hubungan psikososial, sehingga mempengaruhi intelegensia seseorang. Sesuai dengan fungsi otak, maka secara langsung dan tidak langsung terjadi kemunduran inteligensia. Untuk mengatasi adiktif pornografi adalah dengan pengendalian spiritual, yang meliputi: kontrol diri, membimbing kebutuhan, pendampingan dari orangtua, pengalihannya dengan Olahraga. “Mencegah itu lebih penting daripada mengobati. Karena itu peran pemerintah, masyarakat, orangtua, sekolah sangat dibutuhkan,” ungkap Jofizal. [taz/Desastian]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar