Jumat, 02 Juli 2010

Koran Terkemuka AS Anggap Obama ''Bencong'' dalam Memerintah

addakwah.com ---, WASHINGTON--Koran terkemuka Amerika Serikat, The Washington Post, membuat judul "menggelikan" bertepatan dengan satu tahun pemerintahan Presiden AS Barack Obama, "Obama: Presiden Perempuan Pertama Kita". Ini adalah puncak dari serangkaian pemberitaan mereka yang selama ini rajin menyoroti kinerja mantan senator yang kemudian memimpin negara adidaya itu.

Setidaknya, koran ini menandai sejumlah momen pada tahun pertamanya di Gedung Putih: menandatangani tagihan stimulus ekonomi, mendorong Kongres untuk meluluskan reformasi layanan kesehatan, bepergian ke luar negeri, dan menjunjung tinggi tradisi seperti White House Easter Egg dan makan malam kenegaraan. Pendek kata, kebijakan Obama dinilai terlalu ragu dan flamboyan.

Dalam kolomnya, koran ini mengingatkan pembacanya pada julukan Toni Morrison saat Bill Clinton menjabat presiden, dengan menyebutnya sebagai "presiden kulit hitam pertama kita."

Penulis kolom itu, yang adalah kolumnis senior Washington Post, Kathleen Parker, menggarisbawahi judul itu tidak dimaksudkan bahwa Obama benar-benar seorang "presiden yang girlie" atau dia tidak cukup "coboy" untuk menjadi seorang presiden.

"Ini adalah bahwa pendekatan yang feminin dalam pengertian normatif. Artinya, kita memandang dan menilai dirinya sesuai dengan harapan budaya, dan dia tidak tepat menempatkan dirinya," ujarnya.

Menurutnya, Obama menampilkan banyak kiasan keperempuanan. "Saya mengatakan hal ini dengan cara yang terbaik. Saya tidak berpikir bahwa melakukan hal-hal seperti wanita adalah sebuah bukti kekurangan," ujarnya.

Krisis minyak BP, katanya, menunjukkan dengan kasat mata bagaimana gaya retoris Obama telah menghambat efektivitasnya. Presiden mungkin tidak memiliki kemampuan untuk "menyumbat lubang sialan itu," seperti yang ia katakan dalam salah satu pernyataannya. "Tapi ia memiliki wewenang untuk intervensi langsung dan itu tak dilakukannya," tulisnya.

Sebaliknya, kata Parker, Obama menghabiskan banyak waktu --sebelum akhirnya bersikap apa yang disebutnya sebagai banci -- untuk menimbang, mengingat, bahkan memberikan lelucon untuk makan malam Gedung Putih dengan asosiasi wartawan bahwa ia seharusnya berada di Air Force One ke pantai Louisiana.

Ia menyebut pemerintah AS saat ini kurang greget. Berbeda dengan pidato berapi-api Obama saat mencalonkan diri dimana pidatonya penuh dengan semangat. Juga saat berpidato di hari ke-56 pascakrisis global yang dinilai menampilkan hanya 13 persen suara pasif, tingkat tertinggi yang diukur dalam pidato seorang presiden abad ini, menurut Global Language Monitor, yang melacak dan menganalisis bahasa.

"Obama dapat membuktikan untuk menjadi presiden pertama laki-laki kami yang membayar harga politik untuk bertindak terlalu banyak seperti wanita," ujarnya. Pada akhir tulisannya, Parker menyebut ke depan, ia justru berharap ada presiden "perempuan sungguhan" di Amerika Serikat di masa mendatang. Oala...
Red: Siwi Tri Puji.B
Sumber: Washington Post

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Media Dakwah Copyright © 2010 LKart Theme is Designed by Lasantha