Jakarta - Ketua DPR Marzuki Alie belum mau berkomentar jauh tentang rencana redenominasi mata uang rupiah yang dilakukan oleh Bank Indonesia (BI). Menurutnya, redenominasi ini bisa menimbulkan inflasi tinggi jika BI tidak menyiapkan uang-uang pecahan kecil.
"Biarkanlah ahli-ahli yang bicara dulu. Memang secara prinsip tak ada dampaknya. Tapi sekarang masih ada permen yang harganya Rp 100, itu jadi inflasinya bisa jadi berapa?. Kecuali kita keluarkan uang sen. Kalau tidak ada uang sen, kenaikan inflasinya bisa tinggi dan harus dipikirkan," ujar Marzuki saat ditemui di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Rabu (11/8/2010).
Marzuki mengatakan, secara konsep wacana redenominasi cukup bagus, terutama untuk menyederhanakan nominal rupiah untuk pembukuan. Tapi akan sulit untuk dipraktikan.
"Redenominasi bagus kalau saat ini tidak ada lagi harga-harga terkecil di bawah Rp 1.000. Karena harga-harga kecil jadi problem yang mengangkat inflasi. Yang terpenting sosialisasikan dulu," tegasnya.
Pemerintah dan BI menurutnya harus bersinergi dalam menjalankan redenominasi ini. "Tapi walaupun bersinergi pemerintah tetap tidak bisa mengintervensi. Saya rasa ini (redenominasi) masih butuh sosialisasi," jelasnya.
Seperti diketahui, BI akan melakukan redenominasi rupiah karena uang pecahan Indonesia yang terbesar saat ini Rp 100.000. Uang rupiah tersebut mempunyai pecahan terbesar kedua di dunia, terbesar pertama adalah mata uang Vietnam yang mencetak 500.000 Dong. Namun tidak memperhitungkan negara Zimbabwe, negara tersebut pernah mencetak 100 miliar dolar Zimbabwe dalam satu lembar mata uang.
BI akan mulai melakukan sosialisasi redenominasi hingga 2012 dan dilanjutkan dengan masa transisi. Pada masa transisi digunakan dua rupiah, yakni memakai istilah rupiah lama dan rupiah hasil redenominasi yang disebut rupiah baru. Redenominasi diharapkan bisa tuntas pada tahun 2022.
(dnl/qom)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar