Mulai dari rajin mengajaknya bicara hingga telaten membacakan cerita. Dikatakan oleh psikolog keluarga dari Universitas Indonesia, Sani B Hermawan Psi, cara tersebut menjadi salah satu cara yang tepat untuk menstimulasi anak agar lebih cepat berbicara. ”Sebaiknya itu dilakukan sejak dini,” katanya.
Jika anak mengucapkan kata yang salah, benarkan tanpa memojokkan anak. Menarik bahasa anak agar sempurna adalah hal yang wajib dilakukan orangtua. Sani menjelaskan, saat berbicara, berarti ada dua organ yang terlibat, yaitu pendengaran dan wicara. Pada saat masih kecil, anak bisa berbicara jika mendengar dengan baik. Jadi, anak harus dirangsang baik dari segi pendengaran dengan menstimulasi lewat suara. Selain suara orangtua, lewat suara dari lagu atau suara televisi.
”Kenalkan beragam suara dari lingkungan bisa langsung maupun lewat media. Stimulasi wicara bisa dilatih dengan menguatkan otot wicara, dengan mainan gigitan yang lunak.
Disarankan oleh Sani agar mengajak bicara pada bayi sejak dini. Sejak lahir, bayi sudah bisa mendengar dan mengerti suara manusia, terutama suara ibunya. Walaupun bayi belum bisa menjawab dengan kata-kata, tetapi bayi bisa menyatakan perasaan dengan senyuman, gerakan bibir, bersuara, berteriak, menggerakkan tangan dan kaki, kepala, atau menangis.
Dengan berlatih setiap hari sejak bayi, maka lama-kelamaan bayi dan anak dapat menjawab dengan kata-kata dan kalimat. Latihan ini sekaligus merangsang perkembangan emosi, komunikasi sosial, dan perkembangan kecerdasannya.Supaya bayi Anda tidak terlambat bicara, maka lakukan metode ini setiap hari. Bicara sesering mungkin dan dalam kegiatan apa pun ketika orangtua berada tidak jauh dari bayi. ”Dengan seringnya anak mendengar, maka anak akan memiliki banyak kosakata.”
Jadi, semakin sering atau sebanyak mungkin orangtua berbicara dengan penuh kasih sayang walaupun anak belum bisa menjawab, hal itu dimungkinkan agar anak cepat merespons. Saat berbicara, orangtua bisa memulainya dengan bertanya kepada bayi seperti ”adik lapar ya? Ini mainan siapa? Gambar ini warna apa?” dan lainnya.
Orangtua bisa memancing respons anak dengan berkomentar terhadap perasaan bayi seperti, ”Kenapa sayang, kamu lapar yah? Yuk makan sini,”. Selain itu, melatih anak berbicara bisa juga dengan menyatakan perasaan ibu atau ayah, seperti kangen. Juga bercerita tentang benda-benda di sekitar bayi. Seperti ”itu ada pohon, pohon daunnya warna hijau, nanti berbuah mangga. Adik suka mangga nggak”.
Nah, di saat bayi sudah bisa mendengar pertanyaan atau cerita Anda, kemungkinan bayi akan merespons. Jadi, ketika bayi atau anak bersuara atau berbicara walaupun tidak jelas, sebaiknya orangtua menoleh dan memandang ke arah bayi dan mendengarkan suara bayi seolaholah orangtua mengerti maksudnya dan tirukan suaranya.
Jadi, semakin sering atau sebanyak mungkin orangtua berbicara dengan penuh kasih sayang walaupun anak belum bisa menjawab, hal itu dimungkinkan agar anak cepat merespons.”Berikan jawaban atau pujian seolah-olah bayi mengerti jawaban orangtua dan jangan pernah menyebutkan potongan kata, semisal sepatu..ya harus sepatu, bukan sepa.. tu,” ungkap Sani.
Cara lain yang bisa dilakukan adalah dengan mendengarkan lagu atau menonton televisi sambil mendampingi anak. Saat mendampingi anak menonton televisi, orangtua bisa sambil menunjukkan dan menyebutkan nama-nama benda, tokoh, atau kejadian yang ada di televisi. Ajak anak untuk mengulangi kata yang diajarkan.
Bermain dengan cilukba bisa menjadi alternatif. Saat ibu berkata “ciluuuuuuk” dengan muka yang ditutup bantal, beberapa detik kemudian bantal ditarik ke samping dan kembali ucapkan ”baaaaaaa” dengan nada riang. Setelah itu, Anda bisa melakukan bernyanyi bersama sambil bermain. Dengan tepukan dan menunjuk anggota tubuh lain dengan suara yang jelas.
Membacakan cerita sambil menunjukkan gambar bisa orang tua lakukan untuk melatih anak berbicara. Bacakan cerita singkat dari buku cerita anak yang bergambar. Selain itu, ajak bermain dengan anak lain atau dengan kakak, tetangga, sepupu yang sudah lebih jelas berbicaranya, semisal sambil bermain boneka, kubus, balok, gambar, atau yang lainnya.
”Dalam berinteraksi, gunakan bahasa yang sederhana agar si kecil dengan mudah dapat memahami maksud Anda,” sarannya.
Hal yang sama juga dilakukan oleh Paundara Dianti, 26. Saat ini, wanita yang akrab disapa Dian itu selalu mengajarkan cara sederhana yang diajarkan oleh orangtuanya agar bayinya cepat bicara. Seperti mengajak anak bercerita sejak anak dalam kandungan. ”Sekarang anak saya hampir satu tahun, tapi kerjaannya ngoceh, ceriwis banget, karena mungkin sudah diajarkan untuk bisa bicara sejak dini,” paparnya.
Cara sederhana yang diajarkan oleh orangtuanya agar bayinya cepat bicara, yaitu mengajak anak bercerita sejak anak dalam kandungan.Dian bercerita, saat bayinya memasuki umur 7 bulan, bayi sudah mulai mengucapkan suara yang hampir membentuk kata. Seperti ”ma-ma”atau ”pa-pa”. Selain senang karena sudah bisa diajak berkomunikasi, hal itu menjadi suatu kebanggaan untuk dirinya karena anaknya lebih cepat memiliki kemampuan untuk berbicara.
”Semua kosakata saya ajarkan secara bertahap, tapi sebisa mungkin anak saya dihindarkan dari kata-kata yang tidak pantas untuk seusianya,” ungkap Dian. (sydh/ Sindo)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar