LONDON (SINDO) – Pendiri situs “peniup peluit” WikiLeaks Julian Assange,kemarin,ditangkap polisi Inggris berdasar surat perintah penahanan Swedia atas tuduhan pemerkosaan dan pelecehan seksual.
Juru Bicara Polisi Metropolitan London mengatakan, pejabat dari Unit Ekstradisi Polisi Metropolitan telah menangkap Julian Assange. Assange ditangkap pada pukul 09.30 waktu setempat setelah membuat kesepakatan di kantor polisi London. “Dia (Assange) dituduh otoritas Swedia untuk satu kasus kekerasan melanggar hukum, 2 kasus kekerasan seksual dan 1 kasus pemerkosaan.Semua tuduhan tersebut terjadi pada Agustus 2010,” demikian keterangan Polisi London. Assange akan dihadapkan ke Pengadilan Kota Westminster di London.
Dia bakal diekstradisi ke Swedia. Sebelumnya, Julian Assange menyatakan siap menyerahkan diri kepada polisi Inggris. Namun, pengacara Assange, Mark Stephens, tidak mengungkapkan kapan kliennya akan menyerahkan diri. Stephens menuturkan, Assange siap menyerahkan diri setelah Kepolisian Metropolitan London meneleponnya untuk memberi tahu bahwa mereka sudah menerima surat perintah penangkapan dari pengadilan di Swedia dan bersedia menindaklanjuti surat tersebut. “Kami dalam proses bersedia menemui polisi,”ungkap Stephens yang menolak menyebut tempat Assange menyerahkan diri ke polisi.
Stephens mengungkapkan, tuduhan terhadap Assange itu ada sangkut pautnya dengan permainan politik. Ini mengingat kliennya tersebut dalam beberapa bulan terakhir mendapat sorotan dunia karena membocorkan ratusan ribu informasi rahasia milik pemerintah AS melalui laman Wiki- Leaks.Menurut Stephens,Assange akan melawan semua upaya ekstradisi ke Swedia. Meski pendirinya ditahan,WikiLeaks menyatakan akan terus berjalan secara normal. “Wiki- Leaks tetap beroperasi.Kami terus melakukan langkah yang sama seperti sebelumnya. Semua perkembangan yang terkait Julian Assange tidak akan mengubah rencana yang kami buat untuk rilis dokumen hari ini dan beberapa hari mendatang,” ungkap juru bicara WikiLeaks Kristinn Hrafnsson.
Menurut Hrafnsson,WikiLeaks akan dioperasikan sekelompok pendukungnya dari London dan lokasi-lokasi lain. Sementara itu, Jaksa Agung Amerika Serikat Eric Hodler menegaskan bahwa bawahannya sedang mencari-cari pasal hukum untuk mendapatkan dasar menuntut orang-orang yang terlibat pembocoran informasi. Washington menuduh Wikileaks memberi Al- Qaida daftar sasaran dengan menerbitkan rincian fasilitas yang dianggap AS memiliki arti penting strategis. Di sisi lain,Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat (AS) PJ Crowley mempermasalahkan pemuatan suatu informasi yang diklaim WikiLeaks sebagai memo dari Kementerian Luar Negeri AS kepada sejumlah Kedubesnya di mancanegara.
“Menyebarkan informasi demikian sama saja memberikan daftar sasaran kepada kelompok-kelompok seperti Al- Qaeda,”kata Crowley. Hal senada juga diutarakan juru bicara Kementerian Pertahanan AS Kolonel David Lapan yang menuturkan bahwa pengungkapan informasi itu bersifat merusak dan sama saja memberi informasi berharga ke pihak musuh. WikiLeaks pun terus merilis dokumen rahasia hingga kemarin. WikiLeaks mengungkapkan bahwa AS dan NATO (Pakta Pertahanan Atlantik Utara) ternyata telah memiliki rencana matang untuk mempertahankan dan membela negara-negara Baltik dari Rusia. Rencana tersebut termasuk melindungi Polandia dan diperluas meliputi Estonia,Latvia,dan Lituania.
Pesan diplomatik dari Kedutaan AS untuk NATO di Brusel, menyebut Laksamana James Stavridis, komandan utama NATO di Eropa, pada Januari mengusulkan rencana perluasan pertahanan NATO untuk negara Baltik yang disebut dengan istilah Pengawalan Elang.“Perluasan secara resmi disampaikan ke aliansi pertahanan di bawah prosedur rahasia,” demikian pesan tersebut. Kawat diplomatik lain,juga pada Januari 2010, ditandatangani Menteri Luar Negeri (menlu) AS Hillary Clinton yang menginstruksikan cara menanggapi rencana NATO yang baru untuk negara-negara Baltik sambil menekankan proyek itu harus dipertahankan kerahasiaannya.
“Kami melihat perluasan Pengawalan Elang sebagai satu langkah menuju kemungkinan perluasan rencana kontingensi khusus NATO menjadi sebuah rencana kawasan,” seperti tertulis dalam kawat itu.Kawat diplomatik tersebut juga mengatakan agar rencana militer itu sebaiknya tidak dibahas secara terbuka karena bisa meningkatkan ketegangan antara NATO-Rusia. Kawat diplomatik lainnya memperlihatkan kadar frustrasi antara Warsawa dan Washington sehubungan dengan rencana pertahanan rudal angkasa Patriot di Polandia. Rencana pertahanan itu merupakan imbalan penting bagi Polandia untuk mendukung Presiden George W Bush dalam rencana pertahanan rudal yang lebih meluas.
Salah seorang pejabat senior Polandia, seperti tertulis dalam sebuah kawat diplomatik pada Februari 2009, menyatakan kepada AS bahwa negaranya mengharapkan rudal yang beroperasi dan bukan sesuatu yang disebutnya sebagai “rencana pot bunga.” (AFP/Rtr/BBC/andika hm)
Selasa, 07 Desember 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar